Sunday, June 10, 2018

Tafsir Surah At-Thariq



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah yan Maha Pengasih lagi Maha Penyayan.

وَالسَّمَآءِ وَالطَّارِقِ ١
1. Demi langit dan yang datang pada malam hari,

وَمَآ أَدْرٰكَ مَا الطَّارِقُ ٢
2. tahukah kamu apa yang datang pada malam hari itu?

النَّجْمُ الثَّاقِبُ ٣
3. (Yaitu) bintang yang cahayanya menembus,

إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ ٤
4. tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya.

فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ ٥
5. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?

خُلِقَ مِنْ مَّآءٍ دَافِقٍ ٦
6. Dia diciptakan dari air yang terpancar,

يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ ٧
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan dada perempuan.

إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ ٨
8. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati).

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَآئِرُ ٩
9. Pada hari dinampakkan segala rahasia,

فَمَآ لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ ١٠
10. maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.

وَالسَّمَآءِ ذَاتِ الرَّجْعِ ١١
11. Demi langit yang mengandung hujan, *1

وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ ١٢
12. dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan,

إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ ١٣
13. sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang haq dan yang batil,

وَّمَا هُوَ بِالْهَزْلِ ١٤
14. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau.

إِنَّهُمْ يَكِيدُوْنَ كَيْدًا ١٥
15. Sesungguhnya orang-orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.

وَأَكِيْدُ كَيْدًا ١٦
16. Dan Aku pun membuat rencana (pula) yang sebenar-benarnya.

فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا ١٧
17. Karena itu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.



Terjemah perkata

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah yan Maha Pengasih lagi Maha Penyayan.

Ayat 1.
ۙ وَالطَّارِقِ
وَالسَّمَاءِ 
 dan yang datang pada malam hari
 demi langit
Ayat 2.
ۙ مَا الطَّارِقُ
 وَمَآ أَدْرٰكَ
 apa yang datang pada malam hari itu
 dan tahukah kamu
Ayat 3.
ۙ الثَّاقِبُ
النَّجْمُ 
 yang bersinar tajam
(yaitu) bintang 
Ayat 4.
ۗ حَافِظٌ
 لَّمَّا عَلَيْهَا
إِنْ كُلُّ نَفْسٍ 
 penjaga
 pasti ada padanya
 setiap orang
Ayat 5.
 مِمَّ خُلِقَ
فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ 
 dari apa dia diciptakan
 maka hendaklah manusia memperhatikan
Ayat 6.
ۙ دَافِقٍ
 مِنْ مَّآءٍ
 خُلِقَ
 yang terpancar
 dari air (mani)
dia diciptakan 
Ayat 7.
ۗ وَالتَّرَآئِبِ
 مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ
يَخْرُجُ 
 dan tulang dada
dari antara tulang punggung (sulbi) 
yang keluar 
Ayat 8.
ۗ  لَقَادِرٌ
 عَلٰى رَجْعِهٖ
إِنَّهٗ
 benar-benar kuasa
 untuk mengembalikannya
sungguh, Allah 
Ayat 9.
ۙ يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ
 (pada) hari ditampakkannya segala rahasia
Ayat 10.
ۗ وَلَا نَاصِرٍ
 مِنْ قُوَّةٍ
فَمَا لَهٗ 
 dan tidak (pula ada) penolong
 suatu kekuatan
maka tidak ada bagi manusia 
Ayat 11.
ۙ ذَاتِ الرَّجْعِ
وَالسَّمَاءِ 
 yang mengandung hujan
demi langit 
Ayat 12.
ۙ ذَاتِ الصَّدْعِ
وَالْاَرْضِ 
 yang mempunyai tumbuhan-tumbuhan
 dan bumi
Ayat 13.
ۙ فَصْلٌ
 لَقَوْلٌ
إِنَّهٗ 
 pemisah
 benar-benar firman
 sungguh, (Al-Quran) itu
Ayat 14.
ۗ بِالْهَزْلِ
وَّمَا هُوَ 
 senda gurauan
dan (Al-Quran) itu bukanlah 
Ayat 15.
ۙ كَيْدًا
 يَكِيدُوْنَ
إِنَّهُمْ 
 yang jahat
 merencanakan tipu daya
sungguh, mereka 
Ayat 16.
ۖ كَيْدًا
وَأَكِيْدُ 
 yang jitu
dan Aku pun membuat rencana 
Ayat 17.
ؑ رُوَيْدًا
 أَمْهِلْهُمْ
 الْكٰفِرِيْنَ
فَمَهِّلِ 
 untuk sementara waktu
 berilah mereka kesempatan
 (pada) kaum kafir
sebab itu, berilah penangguhan 

Pengantar
Dalam mukadimah juz ini telah kami kemukakan bahwa surat-surat dalam juz ini menggambarkan ketukan-ketukan yang berturut-turut untuk menge­tuk perasaan manusia; jalan-jalanyang keras, kuat, dan tinggi; dan teriakan-teriakan yang menggugah orang-orang yang terlelap dalam tidur. Ketukan­-ketukan dan teriakan-teriakan itu terus-menerus me­ngetuk perasaan mereka dengan kesan yang sama, dan juru peringatan yang lama. "Bangunlah! Sadar­lah! Lihatlah! Perhatikanlah! Pikirkanlah! Renung­kanlah bahwa di sana ada Tuhan, rancangan, dan pengaturan! Tetapi, di sana juga ada ujian, tanggung jawab, hisab atau pemeriksaan dan pembalasan, ser­ta azab yang pedih dan nikmat yang besar!"

Penjelasan ini adalah salah satu contoh yang jelas bagi kekhususan-kekhususan itu. Kesannya tajam, sei­ring dengan jenis pemandangannya, jenis nuansa musikalnya, bunyi lafalnya, dan isyarat makna-mak­nanya.

Di antara pemandangan-pemandangannya ialah sesuatu yang datang pada waktu malam, bintang yang cahayanya menembus, air yang terpancar, hujan, dan tumbuh-tumbuhan. Dan, di antara ma'ani­nya 'aspek immateriilnya' adalahpenjagaan terhadap setiap jiwa (Ath Thaariq: 4), tiadanya kekuatan dan penolong (Ath  Thaariq: 9-10), kesungguhan dankeseriusan (Ath  Thaariq: 13-14) dan ancaman di dalamnya yang sesuai dengan tabiat mereka (Ath  Thaariq: 15-17)

Hampir-hampir surat ini mengandung apa saja yang diisyaratkan di dalam mukadimah juz ini, bah­wa "di sana ada Tuhan, pemberi peringatan, takdir, ujian, pertanggungjawaban, hisab dan pembalasan, dan sebagainya". Di antara pemandangan-pemandangan alam dan hakikat-hakikat tema surat ini, juga terdapat kese­rasian yang mutlak dan lembut serta memerlukan perhatian. Semuanya tampak jelas dalam untaian surat dengan susunan Qur'aninya yang indah.

Langit dan Bintang Yang Cahayanya Menembus serta  Jiwa dan Penjaganya
'Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahu­kah kamu, apakah yang datang pada malam hari itu (Yaitu) Bintang yang cahavanya menembus. Tidak ada suatu jiwa(diri) pun melainkan ada penjaganya. "(Ath  Thaariq: 1-4)
Sumpah ini meliputi pemandangan alam dan ha­kikat keimanan. Ia dimulai dengan menyebut langit dan bintang yang datang pada malam hari. Kemu­dian diulang lagi dengan menggunakan kata tanya sebagaimana yang biasa dipergunakan dalam ung­kapanAl-Qur'an, "Tahukah kamu, apakah yang datang pada malam hari itu?"Seakan-akan ia adalah suatu urusan tersendiri di balik pemikiran dan penge­tahuan. Kemudian dibatasinya pada bintang tertentu. Akan tetapi, tidak ada jalan untuk menentukan jenis bintang itu dalam nash ini, dan tidak penting pula untuk menentukan batasannya. Bahkan, penyam­paian secara mutlak itu iebih utama bagi maknanya.

Demi langit dan bintangnya yang cahayanya me­nembus kegelapan, yang menembus dari balik din­ding yang menutupi segala sesuatu. Isyarat ini me­nunjukkan seputar hakikat surat dan seputar pe­mandangan-pemandangannya yang lain, sebagaima­na akan dibicarakan. Allah bersumpah dengan langit dan bintang yang cahayanya menembus, bahwa setiap jiwa memiliki penjaga yang diperintahkan Allah untuk meng­awasinya,
'Tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada pen­jaganya. "(Ath  Thaariq: 4)
Ungkapan dengan redaksi semacam ini memiliki makna penegasan yang sungguh-sungguh, bahwa tidak ada satu pun jiwa melainkan pasti ada penjaga­nya yang mengawasi, menghitung, dan menjaganya. Penjaga yang diserahi tugas-tugas itu atas perintah Allah, dan untuk membantu jiwa. Karena, ia meru­pakan tempat penyimpanan rahasia-rahasia dan pemikiran-pemikiran. Juga karena semua amal dan pembalasan tergantung pada jiwa ini. Dengan demikian, di sana tidak ada kekacauan dan kotoran. Manusia tidaklah dibiarkan bebas tanpa pengawas: Mereka tidak dibiarkan melakukan apa saja dengan anggota-anggota fisiknya tanpa penja­gaan, dan tidak dibiarkan berbuat apa saja tanpa pengawas. Akan tetapi, ia disertai dengan pengawas­an dan penilaian yang amat cermat secara langsung. Ia akan dihisab sesuai dengan pengawasan yang cermat dan langsung ini.

Nash ini juga memberikan kesan yang menakutkan karena setiap jiwa merasa bahwa dia tidak sen­dirian, meskipun jauh dari orang lain. Karena, di sana ada yang menjaga dan mengawasinya ketika dia se­dang sendirian dan terlepas dari pengawas (manu­sia), tersembunyi dari semua mata, dan aman dari semua ketukan. Di sana ada penjaga yang membelah semua tutup dan menembus semua tabir, sebagai­mana bintang yang cahayanya menembus tirai malam yang menutupi. Yah, ciptaan Allah ini satu jua modelnya, dan sangat serasi dalam jiwa dan alam semesta.

Hendaklah Manusia Memperhatikan Kejadiannya
Selesai memberikan sentuhan semesta kepada jiwa ini, dilanjutkan dengan sentuhan lain yang me­nguatkan hakikat takdir dan pengaturan IIahi, yangDia bersumpah atasnya dengan langit dan bintang yang datang pada waktu malam. Maka, inilah keja­dian pertarna manusia yang menunjukkan hakikat itu. Juga yang memberi isyarat dan kesan bahwa manusia tidak dibiarkan tersia-sia, tidak dibiarkan terabaikan,

'Hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada. (Ath  Thaariq: 5-7)
Hendaklah manusia memperhatikan, dari apa dia diciptakan dan ke mana dia akan kembali. Dia dicip­takan dari air yang terpancar, yang keluar dari tulang sulbi dan tulang dada. Dia diciptakan dari air yang memancar dari tulang sulbi laki-laki, yaitu dari tulang-­tulang punggungnya dan tulang-tulang dada wanita sebelah atas. Sesungguhnya ini merupakan rahasia tersembunyi dalam ilmu Allah yang tidak diketahui oleh manusia. Namun, setengah abad terakhir dengan adanya penyelidikan ilmu pengetahuan modern yang me­nyingkap hakikat ini dengan metodenya, barulah diketahui bahwa di tulang-tulang belakang lelaki inilah terbentuknya sperma laki-laki, dan di tulang-tulang dada sebelah atas itu terbentuk air mani wa­nita. Keduanya bertemu dalam tempat yang kokoh (rahim) yang dari situ kemudian tercipta manusia.

Jarak yang jauh antara tempat penciptaan dan tempat kembali, antara air yang memancar dari sulbi laki-laki dan tulang dada wanita, dengan manusia yang mengerti dan memikirkan serta merenungkan susunan anggota tubuh, saraf,  pikiran, dan jiwanya, diungkapkan dengan air yang memancar kepada manusia yang berpikir. Hal ini memberi kesan bahwa di sana, di luar diri manusia, terdapat tangan yang mendorong benda cair (sperma) yang tidak berarti, tidak punya kehendak, dan tidak memiliki kekua­saan apa pun untuk melalui tahapan yang panjang dan mengagumkan. Sehingga, sampai menjadi makh­luk yang ideal seperti ini.

Selain itu juga memberikan isyarat bahwa di sana ada penjaga yang dengan perintah Allah bertugas menjaga nuthfah 'sperma dan ovum' yang belum berbentuk, belum berakal, belum berkehendak, dan belum berkemampuan apa-apa, dalam tahapan perjalanannya yang panjang dan mengagumkan. Semua ini mengandung keajaiban-keajaiban berkali lipat daripada keajaiban yang dialami manusia setelah kelahiran hingga kematiannya. Sebuah sel yang dibuahi yang hampir-hampir tidak terlihat dengan mikroskop sekalipun, tiba-tiba ia mengembangkan berjuta-juta sel dalam sekali perjalanannya. Makhluk yang tidak berharga, tidak berakal, tidak berkemampuan, dan tidak berkehen­dak ini, keadaannya dimulai dengan semata-mata ditetapkan keberadaannya di dalam rahim dalam suatu sistem kerja tanpa berbekal makanan apa apa. Ia dibekali oleh tangan penjaga dengan makanan khusus dengan cara mengubah dinding rahim dan sekitarnya menjadi kolam darah yang terus mengalir dan menyediakan makanan yang segar. Hanya de­ngan semata-mata berkonsentrasi pada makanannya itu, ia mulai melakukan aktivitas baru. Yaitu, aktivitas pembelahan yang terus-menerus untuk membuat sel-sel darinya.

Makhluk sederhana yang belum punyai nilai, pikiran, kemampuan, dan kehendak ini sudah me­ngerti apa yang harus ia perbuat dan kehendaki. Karena, ia dibekali oleh 'tangan pembimbing' dengan petunjuk, pengetahuan, kemampuan, dan kehendak yang dengan begitu ia mengetahui jalan yang harus ditempuhnya (dalam perkembangannya). Ia ditugasi untuk melakukan spesialisasi terhadap masing-­masing himpunan sel-sel yang baru ini untuk mem­bangun sebuah pilar dari pilar-pilar bangunan yang besar, bangunan fisik manusia. Maka, himpunan sel yang ini bekerja membuat bangunan tulang-tulang, himpunan yang itu bekerja membuat sarana otot-otot. Kelompok ini membangun perangkat saraf, kelompok sel itu membangun perangkat limpa dan seterusnya dalam membuat pilar-pilar pokok bangunan manusia!

Akan tetapi, kerja ini tidak sesederhana itu saja.Karena, di balik itu masih ada pengkhususan yang lebih lembut lagi, dan setiap tulang dari tulang-tulang itu, setiap otot dari otot-otot itu, dan setiap saraf dari saraf-saraf itu tidak sama dengan yang lain. Karena bangunan itu amat lembut ciptaannya, amat mengagumkan kejadiannya, dan beraneka macam tugas­nya. Dari sana, masing-masing kelompok saraf yang bebas belajar membangun pilar bangunan, dengan melakukan pembagian tugas secara khusus. Masing-masingkelompok melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidang kerjanya dalam membangun pilar khusus bagi bangunan besar itu.

Setiap sel yang kecil itu mengetahui jalan yang harus ditempuhnya. Ia tahu ke mana ia pergi dan apa yang ditugaskan padanya untuk dilakukan. Tidak ada satu pun sel yang salah jalan dalam bangunan yang tinggi dan besar ini. Karena itu, sel yang ber­tugas membuat mata, maka ia tahu bahwa mata itu harus diletakkan di wajah, tidak boleh di perut, kaki, atau bahu. Setiap tempat dari tempat-tempat itu pun layak menjadi tempat pertumbuhan mata. Seandai­nya sel pertama yang ditugasi membuat mata ini berada di suatu tempat pada tubuh, niscaya ia akan membuat mata di sana. Tetapi, ia sendiri ternyata tidak mau pergi kecuali ke tempat yang khusus untuk mata dalam bangunan fisik manusia. Maka, siapakah gerangan yang telah berkata kepadanya,"Sesungguhnya perangkat ini membu­tuhkan mata di tempat ini, bukan di tempat lainnya?" Dia adalah Allah. Dialah Penjaga Yang Maha Tinggi,yang memelihara, mengarahkan, dan menunjuk­kannya kepada jalannya di padang luas yang tidak ada yang dapat memberikan petunjuk padanya kecuali Allah.

Semua sel itu, masing-masing atau kolektif, be­kerja dalam bingkai yang ditentukan untuknya de­ngan sejumlah sel tertentu yang merupakan kelom­poknya, yang tersembunyi di dalamnya. Yaitu, kesatuan-kesatuan yang turun-temurun, yang meme­lihara kelangsungan jenis dan kekhususan-kekhu­susan pendahulunya. Maka, sel mata terbagi dan berkembang banyak untuk membentuk mata. Di dalam kerjanya, sel itu berusaha membentuk mata khusus untuk mata manusia, bukan mata binatang atau makhluk hidup lainnya. Manusia dengan para pendahulunya memiliki bentuk mata tertentu dan kekhususan-kekhususannya. Sedikit saja penyim­pangan dari ketentuan baku mata ini, baik dari segi bentuknya maupun segi-segi lainnya, akan membu­atnya menyimpang dari garis yang sudah ditentukan.

Maka, siapakah gerangan yang telah memberi sel ini kemampuan seperti itu, dan mengajarinya sede­mikian rupa? Padahal dia hanya sebuah sel seder­hana yang tidak punya akal, pengetahuan, kehendak, dan kekuatan? Sesungguhnya yang memberikan semua itu adalah Allah. Dia mengajarkan kepadanya apa yang tidak dapat dilakukan oleh seluruh manusiauntuk membuat sebutir mata atau sebagiannya saja. Sedangkan sebuah sel atau sejumlah sel yang se­derhana dapat melakukan pekerjaan yang besar ini.

Di balik gambaran sepintas kilas tentang gam­baran-gambaran perjalanan yang panjang dan me­ngagumkan antara air yang memancar dan manusia yang berpikir ini, tersimpan sejumlah keajaiban dan keanehan yang tidak terhitung dalam perangkat­-perangkat dan anggota-anggota yang istimewa, yang tidak dapat dihitung jumlahnya dalam tafsir Azh Zhilal ini. Semua hal itu menjadi saksi atas adanya ketentuan dan pengaturan Ilahi. Juga menunjukkan adanya tangan yang memelihara, yang memberi petunjuk dan pertolongan. Hal ini dikuatkan denganhakikat pertama yang Allah bersumpah dengan langit dan bintang yang datang pada waktu malam, sebagaimana hal ini juga sebagai pengantar bagi hakikat yang kedua. Yaitu, hakikat penciptaan ter­akhir (di akhirat) yang tidak dibenarkan oleh kaummusyrikin, orang-orang yang pertama kali diajak bicara dalam surat ini.

Allah Berkuasa Menghidupkan Manusia Sesudah Mati
"Sesungguhnya Allah benar-benar berkuasa untuk me­ngembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditam­pakkan segala rahasia. Maka, sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong." (Ath  Thaariq: 8-10)
Sesungguhnya Allah Ta'ala yang telah mencip­takan dan memeliharanya itu benar-benar ber­kuasa mengembalikan manusia kepada kehidup­an sesudah mati, memperbaruinya lagi setelah rusak. Penciptaan pertama kali itu menjadi saksi akan kemahakuasaan Allah, sebagaimana ia juga menjadi saksi atas penentuan dan pengaturan­-Nya. Penciptaan yang agung dan cermat ini akan hilang hikmahnya dan sia-sia kalau nanti tidak ada penghidupan kembali untuk menampakkan ra­hasia-rahasia dan memberikan balasan yang se­timpal kepadanya,

'Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath  Thaa­riq: 9)
Rahasia-rahasia yang tersembunyi, yang terlipat di atas rahasia-rahasia yang tertutup. Pada hari itu akan ditampakkan dan diperlihatkan sehingga ter­ungkap dan tampak jelas, sebagaimana cahaya bin­tang menembus celah-celah malam yang tertutup kegelapan. Juga sebagaimana penjaga menembus jiwa yang dilapisi dengan bermacam-macam firmSemua rahasia akan ditampakkan pada hari ketika manusia sudah dilucuti dari segenap kekuatan dan penolong,
'Maka, sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu ke­kuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath Thaariq: 10)
Ia tidak mempunyai kekuatan dari dalam diri sendiri, dan tidak mempunyai penolong dari luar dirinya. Penampakan rahasia dari semua firmdan pelucutan manusia dari semua kekuatan, menambah keter­cekaman semakin berat, dan memberikan sentuhan yang amat dalam pada perasaan. Ini adalah peralihan dari alam dan jiwa, kepada penciptaan manusia dan tahapan-tahapannya yang mengagumkan. Kemudian, kepada ujung perjalan­annya di sana (akhirat), ketika tirainya tersingkapdan rahasianya terbuka. Sedangkan, ia sudah lepas darisegenap kekuatan dan penolong.

Perhatikan Langit  Yang Mengandung Hujan dan Bumi dengan Tumbuh-Tumbuhannya
Barangkali masih ada sedikit keraguan dan ke­bimbangan yang tersisa dalarn jiwa, mengenai ke­pastian bakal terjadinya semua ini. Karena itu, dite­tapkanlah dengan tegas bahwa informasi ini adalah kata pasti. Dihubungkanlah kepastian ini dengan pemandangan-pemandangan alam, sebagaimana vanag disebutkan pada permulaan surat tadi,

"Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya Al­ Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. "(Ath  Thaariq: 11-14)
Raj'i adalah hujan yang dikembalikan langit se­cara berulang-ulang, satu kali sesudah kali lain. Shad'i adalah tumbuh-tumbuhan yang membelah bumi dan muncul darinya. Kedua hal ini menggam­barkan suatu pemandangan tentang kehidupan da­lam salah satu bentuknya. Kehidupan tumbuh-tum­buhan dan kejadiannya yang pertama. Yaitu, air yang memancar dari langit, dan tumbuhan yang muncul dari dalam bumi. Serupa benar dengan air (sperma) yang memancar dari tulang sulbi dan tulang dada, alam janin (embrio) yang muncul dari kegelapan rahim.

Kehidupan adalah kehidupan, pemandangan ada­lah pemandangan, dan gerakan adalah gerakan. Se­muanya sebagai aturan yang tetap dan ciptaan yang menjadi pertanda. Juga menunjukkan kepada ada­nya Yang Maha Pencipta, yang tidak seorang pun dapat menyamainya, baik dalam hakikat ciptaan itu maupun dalam bentuk lahirnya! Itu adalah pemandangan yang mirip dengan sesuatu yang datang pada malam hari. Yaitu, bintang yang cahayanya menembus, yang membelah tutup­-tutup dan tirai-tirai. Hal ini sebagaimana ia juga serupa dengan ditampakkannya segala rahasia dan disingkapnya semua tabir, sebuah penciptaan yang menunjukkan adanya Yang Maha Pencipta! Allah bersumpah dengan kedua makhluk dan kedua peristiwa ini. Yaitu, langit yang mengandunghujan dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuh­an. Pemandangan dan isyarat-isyarat dari keduanya memberikan kesan sebagaimana kesan yang dibe­rikan oleh bunyi kalimat itu sendiri, dengan keras, tegas, dan pasti.

Allah bersumpah bahwa firman yang menetapkan adanya kehidupan kembali dan penampakan rahasia rahasia ini, atau bahkan seluruh isi Al Qur'an secara umum, adalah kata pasti, bukan senda gurau. Kata pasti yang menyudahi semua perkataan, semua ban­tahan, semua keraguan, dan semua kebimbangan. Kata pasti yang tidak ada perkataan lain lagi sesudah itu (yang bertentangan dengan itu) yang dapat dite­rima. Hal ini disaksikan oleh langit yang mengandung hujan dan bumi yang mempunyai tumbuh­tumbuhan!

Rencana Allah dan Rencana Mereka
Di bawah bayang-bayang kata pemutus yang menerangkan adanya kehidupan kembali sesudah mati dan akan ditampakkannya segala rahasia manusia, maka firman berikutnya ditujukan kepada Rasulullah saw dan para pengikut beliau, golongan minoritas mukmin di Mekah. Kaum mukminin ber­juang dengan susah payah menghadapi tipu daya kaum musyrikin dan persekongkolan jahat mereka terhadap dakwah dan orang-orang yang beriman kepadanya. Yaitu, orang-orang yang selalu berada dalam kesedihan dan kesulitan karena tipu daya dan rencana musuh-musuhnya yang selalu menghalang­-halangi jalannya dan berusaha merobohkan dakwah­nya dengan berbagai sarana.

Firman ini ditujukan kepada Rasulullah saw un­tuk memantapkan dan menenangkan hati beliau. Juga untuk memandang kecil terhadap tipu daya dan orang-orang yang membuat tipu daya itu, yang hanya akan berjalan hingga suatu waktu tertentu saja. Sedangkan, peperangan itu sebenarnya berada di tangan-Nya dan di bawah komando-Nya. Oleh kare­na itu, hendaklah Rasul dan orang-orang mukmin bersabar dan tenang,
"Sesungguhnya orang-orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. "(Ath 
Thaariq: 15-17)

Sesungguhnya orang-orang yang diciptakan dari air yang memancar dari antara tulang sulbi (laki-laki) dan tulang dada (wanita), tidak memiliki daya, keku­atan, kekuasaan, kehendak, pengetahuan, dan petun­juk. Mereka dijaga oleh tangan kekuasaan di dalam perjalanannya yang panjang. Mereka akan dihidup­kan kembali setelah mati dan ditampakkan segala rahasianya pada hari itu, sedang mereka tidak memi­liki kekuatan apa pun dan tidak memiliki penolong seorang pun. Sesungguhnya mereka itulah yang membuat tipu daya yang jahat dengan sebenar-­benarnya.

Allah Yang menciptakan, Yang memberi petun­juk, Yang memelihara, Yang mengarahkan, Yang mengembalikan, Yang menguji, Yang menampakkan segala rahasianya, Yang berkuasa, Yang berku­asa memaksa, Pencipta langit dan bintang yang da­tang pada malam hari, Pencipta air yang memancar, Pencipta manusia yang berpikir, Pencipta langit yang mengandung hujan dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. Allahlah yang membuat rencana dengan sebenar-benarya pula.
Itu rencana mereka, alam ini rencana Allah! Inilah peperangan sebenarnya yang pada hakikatnya ber­ujung pada satu ujung, meskipun digambarkan de­ngan dua ujung karena semata-mata untuk meng­hina dan merendahkan mereka.
"Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. "
Janganlah kamu tergesa-gesa dan menganggap lambat selesainya peperangan itu, padahal kamu sudah mengetahui tabiat dan hakikat peperangantersebut karena terdapat hikmah di balik pemberian tangguh itu. Pemberian tangguh yang sebentar, ha­nya sampai habisnya umur kehidupan dunia. Apa sih artinya umur kehidupan dunia dibandingkan dengan masa yang kekal abadi dan tidak diketahui ujungnya itu?
Kita perhatikan kalimat IIahi untuk menenangkan Rasulullah saw, "Karena itu, beri tangguhlah orang­-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. " Seolah-olah Rasulullah saw ini pemilik urusan itu, pemilik izin, dan yang memberi izin untuk memberi tangguh kepada mereka, atau pemberi persetujaan untuk memberi tangguh kepada me­reka. Padahal, semua ini sama sekali bukan dari Rasulullah, melainkan hanya untuk menenangkan beliau. Juga untuk menunjukkan kasih sayang Allah kepada beliau dalam kondisi seperti ini yang sangat membutuhkan tebaran rahmat untuk menenangkan dan menghibur hatinya, dengan terpenuhinya kei­nginannya dan atas kehendak Tuhannya.

Diikutsertakannya beliau dalam urusan ini sea­kan akan beliau mempunyai andil. Diangkatlah pemi­sah-pemisah dan penghalang-penghalang antara beliau dan pelataran IIahiah yang di sana diputuskan dan ditetapkan suatu urusan. Seakan-akanTuhannya berfirman kepadanya, "Sesungguhnya engkau diberi wewenang bertindak terhadap mereka. Akan tetapi, beri tangguhlah mereka, beri tangguhlah barang sebentar....Maka, ini adalah kasih sayang yang halus dan pem­berian hiburan yang lembut, yang menghapuskan penderitaan, kepayahan, dan tipu daya itu. Sehingga, semuanya terhapus dan meleleh, dan tinggallah kelembutan dan kasih sayang.

No comments:

Post a Comment