Saturday, May 2, 2015

Risalah Al-Ma’tsurat (Al-Ma'tsurat wa Ad'iyah)

Al-Matsurat

Pendahuluan

Ini merupakan rangkaian ta’limat ringkas yang saya himbau dari risalah Al-Ma’tsurat oleh Al-Ustadz Asy-Syaikh Hasan Al-Banna-semoga Allah mencurahkan rahmat kepadanya dimana rangkaian ta’limat ini akan menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti, serta membantu para pembaca untuk memahami makna dan maksudnya. Saya juga telah men-takhrij hadits-haditsnya dari kitab aslinya., yakni dari kitab Al-Jami’ Ash-Shahih oleh Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, kitab Al-Jami’ Ash-Shahih oleh Imam Abil Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, kitab As-Sunan oleh Imam Abi Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasai, kitab As-Sunan oleh Imam Abu Muhammad Abdullah bin Abdiurrahman Ad-Darini, kitab Amalul Yaumi wal Lailah oleh Imam Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ishad Ad-Daniri yang terkenal dengan nama Ibnus Sunni, serta kitab-kitab lainnya.

Saya benahi kekeliruan, kemudian saya modifikasi, yang mana ini tidak terdapat dalam naskah Al-Ustadz Hasan Al-Banna yang beliau tulis dengan tangan beliau sendiri.

Dengan begitu saya berharap bahwa saya telah melakukan kewajiban terhadap hadits-hadits Nabi, terhadap Al-Ustadz Hasan Al-Banna, dan para pembaca ma’tsuratnya.

Ridhwan Muhammad Ridhwan

Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw. Beliau adalah sebaik-baik ahli dzikir, pemimpin orang-orang yang bersyukur, imam para rasul, penutup para nabi, dan panglima orang-orang terbaik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada keluarga, seluruh sahabat, dan orang-orang yang menapaki jalannya, hingga hari kiamat.

1. Dzikir di Setiap Kesempatan

Ketahuilah wahai saudaraku-semoga Allah menganugerahkan taufiq-Nya kepada kita-bahwa setiap manusia itu mempunyai tujuan asasi dalam kehidupannya, seluruh pemikiran diarahkan kesana, dan ke sana pula tertuju semua amal perbuatan serta semua angan dan cita-citanya. Tujuan asasi itulah yang banyak orang menamakannya dengan al-matsalul a’la (nilai yang tinggi). Kapan saja tujuan ini meninggi dan melambungkan nilainya, maka akan naik pula amal perbuatan yang tinggi dan agung, jiwa pemiliknya akan terformat dengan sebuah bentuk keindahan ruhani dan selalu meniti menuju kesempurnaan, sampai akhirnya tergapai apa yang diinginkan.

Islam - yang datang untuk mengislahkan, mentazkiyah jiwa-jiwa manusia, dan mengajaknya ke puncak kesempurnaan yang memungkinkan untuk diraih - telah menjelaskan kepada sekalian manusia akan tujuan yang mulia dan al-matsalul a’la. Al-matsalul a’la ini tiada lain adalah “men-taqdis-kan Allah jalla wa a’la.” Al-Qur’an sendiri mengatakan,

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu (Adz-Dzariyat: 50)

Jika anda mengetahui hal ini wahai saudaraku, janganlah merasa aneh jika seorang muslim menjadi hamba yang selalu berdzikir kepada Allah setiap waktu dan kesempatan. Jangan heran jika ia selalu berusaha mewarisi dari Rasulullah - dan beliau adalah hamba yang berma’rifat kepada Rabbnya - lafal yang indah, memiliki kedalaman makna dari dzikir, do’a, syukur, tasbih, dan tahmid dalam setiap waktu dan kesempatan, baik dzikir yang kecil maupun yang besar, atau bahkan yang kelihatan remeh. Karena Rasulullah saw selalu berdzikir dalam setiap kesempatan yang dimilikinya. Jangan heran jika kami menuntun Ikhwanul Muslimin agar berittiba’ dan beruswah kepada sunah Nabi dengan cara menghafal lafal-lafal dzikir ini dan bertaqarrub kepada Allah dengannya.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)

2. Keutamaan dzikir dan Orang-orang yang Melakukannya

Terdapat perintah yang memperbanyak dzikir, terdapat penjelasan akan keutamaannya dan keutamaan orang-orang yang melakukannya pada banyak ayat dan hadits Rasulullah saw. Cukuplah bagi anda mengetahui puncak martabat orang-orang yang berdzikir itu pada firman Allah berikut;

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin laki-laki dan perenpuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama kepada Allah, Allah telah menyediakan unyuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Dan Allah telah memerintahkan kaum mukminin untuk banyak berdzikir dalam firman-Nya;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا . وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41-42)

Terdapat banyak hadits tentang keutamaan dzikir.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Rasulullah bersabda meriwayatkan dari Rabbnya, dimana Allah swt. Berfirman, “Aku terserah kepada persangkaan hamba-Ku terhadap Ku, jika ia mengingat-Ku (baca: berdzikir) dalam diri-Nya, aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam sebuah jamaah, aku akan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik dari mereka.”(Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Abu Hurairah)

وَقَالَ الْآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَمُرْنِي بِأَمْرٍ أَتَثَبَّتُ بِهِ فَقَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا بِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Dari Abdullah bin Yusr ra. Bahwa ada seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam telah banyak ada padaku, maka beritahulah kepadaku dengan sesuatu yang aku berpegang teguh dengannya.” Rasulullah bersabda, “Hendaklah lisanmu selalu basah karena berdzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan)

3. Adab Berdzikir

Ketahuilah wahai saudaraku, yang dimaksud dzikir di sini bukanlah sebatas dzikir ucapan, tetapi taubat itu merupakan dzikirtafakkur itu dzikir, menuntut ilmu itu dzikir, mencari rezeki - jika niatnya baik - juga termasuk dzikir, dan segala sesuatu yang di sana ada upaya taqarrub kepada Allah dan anda selalu waspada akan pengawasan-Nya kepada anda, maka itu adalah dzikir. Oleh karena itu orang yang arif adalah orang yang bisa berdzikir di setiap waktu dan kesempatan.

Orang yang berdzikir itu harus ada bekas dan pengaruhnya dalam hati, dengan cara menjaga adab-adabnya. Karena kalau tidak, dzikir berupa kata-kata yang terucap tanpa punya makna dan pengaruh. Para ulama banyak menyebut adab-adab dan tata cara berdzikir. Namun yang terpenting dan paling utama untuk dijaga dan diperhatikan adalah:

1. Khusyu’, menghadirkan hati dan pikiran akan makna-makna lafal yang terucap, berusaha terwarnai olehnya, serta berusaha menetapi maksud dan tujuannya.

2. Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan konsentrasi yang penuh dan iradah yang sempurna, sehingga tidak mengganggu yang lain. Terkait dengan ini, Allah swt. berfirman:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 205)

3. Sesuai dengan jamaah (irama dan suaranya), jika kebetulan dzikirnya itu bersama jamaah. Usahakan agar tidak mendahului, terlambat, atau mengungguli bacaan mereka. Bahkan manakala ia datang sementara mereka telah memulai, hendaklah ia memulai dengan bacaan mereka, kemudian mengqadha’ apa yang belum dia baca setelah berakhir. Jika ia terlambat di tengah-tengah mereka membaca dzikir, hendaklah ia baca apa yang telah lewat dan dengan menyusul bacaan mereka. Hal ini agar tidak menyelewengkan bacaan atau mengubah tatanan. Dan yang demikian ini kalau dilanggar hukumnya haram.

4. Bersih pakaian dan tempat, memperhatikan tempat-tempat yang terhormat dan waktu-waktu yang sesuai. Hal ini dimaksudkan agar semakin menambah pengkristalan iradah, kejernihan hati, dan ketulusan niat.

5. mengakhiri dengan penuh khusu’ dan adab, menjauhi kesalahan dan main-main, yang hal itu bisa menghilangkan faedah dan pengaruh dzikir.

Jika seorang memperhatikan adab dan tata krama ini, niscaya ia akan bisa mengambil manfaat dari apa yang ia baca atau akan menjumpai pengaruh dan kelezatan dalam hatinya, mengais cahaya untuk ruhaninya, dan kelapangan dalam dadanya dengan limpahan (rahmat) dari Allah ta’ala, insya Allah.

4. Dzikir Berjamaah

Terdapat banyak hadits yang mengisyaratkan disunahkannya dzikir berjamaah. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah saw. Bersabda;

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah suatu kaum duduk-duduk (untuk) berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat mengitari mereka, rahmat memayunginya, ketenangan turun kepadanya, dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang berada di sisi-Nya.” (Sunan Abi Daud)

Dan anda akan menjumpai banyak hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. Keluar untuk shalat berjamaah, sementara mereka berdzikir di masjid. Lalu beliau memberikan kabar gembira dan tidak melarang mereka (melakukan hal itu).

Berjamaah dalam ketaatan itu pada dasarnya dianjurkan apabila membuahkan banyak manfaat, seperti: bersatunya hati, menguatkan ikatan, menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermanfaat, dan mengajarkan kepada orang awam yang belum baik dalam belajar serta mengumandangkan syi’ar Allah swt.

Memang berjamaah dalam dzikir itu dilarang, jika dengannya mengakibatkan hal-hal yang terlarang secara syar’i, seperti mengganggu orang shalat, senda gurau dan tertawa, menyelewengkan lafal, mengungguli bacaan yang lain, atau yang sejenisnya. Maka ketika terjadi demikian, dzikir secara jama’i dilarang karena ada kerusakan-kerusakan ini, bukan karena jamaahnya itu sendiri. Khususnya jika dzikir secara jama’i itu dilakukan dengan lafal-lafal dzikir yang ma’tsur dan shahih, sebagaimana dalam wadzifah ini. Maka alangkah baiknya para aktivis Ikhwan sering berkumpul untuk membaca pada pagi dan sore di tempat-tempat berkumpul mereka, atau di masjid, dengan tetap menjauhi hal-hal yang dilarang oleh syari’at. Bagi siapa saja yang tidak bisa berjamaah, hendaknya membaca sendiri, jangan sampai meninggalkannya sama sekali.

2)   Diantara hadits Abu Said Al-Khudzri ra., ia berkata,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى حَلْقَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ قَالَ آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَمَا كَانَ أَحَدٌ بِمَنْزِلَتِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَلَّ عَنْهُ حَدِيثًا مِنِّي
وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ

“Muawiyah keluar (menuju) sebuah halaqah di masjid. Ia berkata, ‘Apa yang membuat kalian duduk (disini)?’ Mereka menjawab, ‘Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah.’ Muawiyah berkata, ‘Demi Allah, kalian tidak duduk di sini untuk hal itu.’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, kami tidak duduk disini melainkan untuk itu (berdzikir).’ Muawiyah berkata, ‘Saya tidak meminta kalian bersumpah karena ketidakpercayaan saya kepada kalian. Dan tidak ada seorang pun yang setara denganku di mata Rasulullah saw., yang lebih sedikit dariku dalam menukil hadits dari beliau. Dan sesungguhnya Rasul Allah saw. Keluar (menuju) ke sebuah halaqah dari para sahabat, seraya bertanya, ‘Apa yang menjadikan kalian duduk di sini’ Mereka menjawab, ‘Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah, memanjatkan puji dan syukur kepada-nya, karena Dia telah memberikan hidayah kepada kami.’ Rasulullah bersabda, ‘Saya tidak meminta kalian untuk bersumpah karena ketidakpercyaanku kepada kalian. Namun Jibril telah datang kepadaku seraya memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan malaikat.’” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i)

Khatimah

Amma Ba’du,

Ikhwanul Muslimin mempersembahkan wadzifah ini tidak hanya diperuntukkan bagi mereka saja, tetapi juga untuk seluruh kaum muslimin. Mudah-mudahan ia dapat membantu mereka dalam taat kepada Allah swt. Dibaca di waktu pagi, dari shubuh hingga zhuhur; dan sore hari, dari Ashar hingga ba’da isya’, baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Barangsiapa melalaikannya, hendaklah tidak meninggalkan sebagiannya, agar tidak terbiasa mengabaikanya.

Sedangkan wirid-wirid Al-Qur’an, untuk dibaca siang dan malam, juga adzkar yang lain, dibaca pada waktunya yang tepat.

Kita memohon kepada Allah-untuk kami dan mereka semuanya-taufik dan hidayah-Nya. Kami juga memohon kepada Allah untuk mereka, kiranya kebaikan do’a-do’a mereka tidak melalaikan kami.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.

Pertengahan Ramadhan, 1355 H

Hassan Al-Banna

Bagian pertama

AL-WADZIFAH (Amalan)

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk.” 1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ . اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-Mulah kami menyembah dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepadanya; bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.” (Al-Fatihah 1-7)2)

بسم الله الرحمن الرحيم . الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ . وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ . أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menunaikan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang telah mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 1-5)3)

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ . لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ . اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan mengetahui apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat mengurus keduanya. Dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam; sesungguhnya telah jelas yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung mereka adalah thaghut, mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (Al-Baqarah 255-257)

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ . لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada di langit dan ada di bumi. Jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam dirimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang di kehendaki-Nya dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada AL-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ (mereka berdoa), “Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali.’ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, jangnalah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami, Engkau Penolong kami, maka tolonglah terhadap kaum yang kafir.” (Al-Baqarah: 284-286)

بسم الله الرحمن الرحيم الم. اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Alif Lam Mim. Allah tiada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.” (Al-Imran: 1-2) (4)

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا . وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluknya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang-orang yang melakukan kezhaliman, dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang shalih dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.” (Thaha: 111-112)

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

“Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (At-Taubah: 129) (dibaca tujuh kali)5)

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا . وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا

‘Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama mana saja kamu seru. Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik), janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula kamu merendahkannya dan carilah jalan tengan di antara keduannya itu.’ Katakanlah, ‘Segala puji bagi kerajaan-Nya, dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengangung yang sebesar-besarnya.” (Al-Isra’: 110-111)6)

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ . فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ . وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

‘Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan kamu tidak dikembalikan kepada kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang mulia. Dan barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada sesuatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung. Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang baik.” (Al-Mukminun: 115-118) (7)

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ . وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ. يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرَجُونَ . وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ. وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ. وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ . وَمِنْ آَيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ . وَمِنْ آَيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ. وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ . وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ

“Maka bertasbilahlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan di waktu kamu berada di waktu shubuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hati dan di waktu kamu berada di waktu zhuhur. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan sepreti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. Untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan jadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu d iwaktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengar. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akal. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekalian sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.” (Ar-Rum: 17-26) (8)

حم . تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ . غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ

“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ha Mim. Diturunkan kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukum-Nya, yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluknya).” (Al-Mukmin: 1-3)9)

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ . هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ . هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja yang Mahasuci, yang Mahasejahtera, yang Mengaruniakan keamanan, yang Maha Memelihara, yang Mahaperkasa, yang Mahaesa, yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka mempersekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk rupa, yang Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbilah kepada-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Al-Hasyr: 22-24)10)

بسم الله الرحمن الرحيم . إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا. وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا. وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا . يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا.  بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا . يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ . فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini). Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kapadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarah pun, niscaya dia melihat (balasan)nya pula .” (Az-Zalzalah: 1-8)11)

بسم الله الرحمن الرحيم. قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ . لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

‘Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kau sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak akan menjadi penyembah apa yang kau sembah, dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku.’” (Al-Kafirun: 1-6)12)

بسم الله الرحمن الرحيم. إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (An-Nashr: 1-3)13)

بسم الله الرحمن الرحيم. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Dialah Allah yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tiada seorang pun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlas: 1-3) (tiga kali)

بسم الله الرحمن الرحيم. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ . وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ . وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dengan menyebut nama asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai shubuh dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukanh sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki.” (Al-Falaq: 1-5) (tiga kali)

بسم الله الرحمن الرحيم. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . إِلَهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa tersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.” (An-Nas: 1-6) (tiga kali) (14)

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الُمُلْكُ للهِ وَالْحَمْدُ للهِ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ / الْمَصِيْرُ

‘Kami berpagi hari dan berpagi hari pula kerajaan milik Allah. Segala puji bagi Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Tuhan melainkan Dia, dan pada-Nya tempat kembali.” (tiga kali)15)

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ

‘Kami berpagi hari di atas fitrah Islam, di atas kata keikhlasan, di atas agama Nabi Kami; Muhammad saw., dan di atas millah bapak kami: Ibrahim yang hanif. Dan ia bukan termasuk golongan orang-orang yang musyrik.” (tiga kali)16)

اللَّهُمَّ إِنِّى أَصْبَحْتُ مِنْكَ فِى نِعْمَةٍ وَعَافِيَةٍ وَسِتْرٍ فَأَتِمَّ عَلَيَّ نِعْمَتَكَ وَعَافِيَتَكَ وَسِتْرَكَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berpagi hari dari-Mu dalam kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan akhirat.” (tiga kali)17)

اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ

“Ya Allah, kenikmatan yang aku atau salah seorang dari makhluk-Mu, berpagi hari dengannya, adalah dari-Mu semata; tiada sekutu bagi-Mu. Maka bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu rasa syukur.”(tiga kali)18)

يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ

“Ya Rabbi, bagi-Mu segala puji sebagaimana seyogyanya; bagi kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.” (tiga kali)19)

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Aku rela dengan Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.” (tiga kali)20)

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

“Mahasuci dan puji bagi-Nya; sebanyak-banyak bilangan makhluk-Nya, serela diri-Nya, setimbangan ‘Arasy-Nya dan sebanyak tinta (bagi) kata-kata-Nya.” (tiga kali)21)

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dengan nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak celaka segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi maha Mengetahui.” (tiga kali)22)

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ

“Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami mohon ampun kepada-Mu untuk sesuatu yang tidak kami ketahui.” (tiga kali)23)

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari keburukan yang Dia ciptakan.” (tiga kali)24)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan hutang, dan kesewenang-wenangan orang.” (tiga kali)25)

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي

“Ya Allah, sehatkanlah badanku; Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku; Ya Allah, sehatkanlah penglihatanku;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (tiga kali)26)

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Berada di atas janji-Mu, semampuku. Aku mohon perlindungan dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat (yang Engkau anugerahkan) kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.” (tiga kali)27)

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ

“Aku mohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia, yang Mahahidup kekal dan senantiasa mengurus (makhluk-Nya) dan aku bertaubat kepada-Nya.” (tiga kali)28)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberikan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Di alam ini, Engkaulah yang Maha Terpuji lagi Mahamulia.” (sepuluh kali)29)

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Mahabesar.” (seratus kali)30)

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Tiada Tuhan melainkan Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, Dia berkuasa atas segala sesuatu.” (sepuluh kali)31)

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Mahasuci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (tiga kali)32)

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ وَأَحْصَاهُ كِتَابُكَ وَارْضَى اللَّهُمَّ عَنْ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

“Ya Allah berilah shalawat kepada Nabi Muhammad; hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi. Juga kepada keluarga dan para sahabatnya, serta berilah keselamatan sebanyak yang terjangkau oleh ilmu-Mu; yang tergores oleh pena-Mu; dan yang terangkum oleh kitab-Mu. Ridhailah-ya Allah-para pemimpin kami: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta semua sahabat, semua tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari Pembalasan.”

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Maha suci Tuhanmu, Tuhan kemuliaan dari apa-apa yang mereka sifatkan. Keselamatan semoga tercurah kepada para utusan dan segala puji bagi Allah. Tuhan sekalian alam.33)

WADZIFAH SHUGHRA

Jika seorang akh mendapatkan waktunya sempit atau tengah terjadi degradasi keimanan (futur) pada dirinya, atau pada saudaranya yang lain jika dibaca bersama mereka, maka hendaklah ia meringkas seperti berikut ini:

Bacalah isti’adzah, Al-Fatihah, ayat kursi, tiga ayat terakhir Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tiga kali. Kemudian bacalah dzikir dan doa yang telah disebutkan di atas, sampai istighfar yang terakhir.

Lalu ikutlah secara langsung dengan istighfar dengan sighat, 'Subhanakkallahumma wa bihambika ...'. Demikianlah hingga akhir wadzifah.

________________________________________________________________

1) Allah swt. berfirman, “Maka jika kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Anas ra. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa di waktu pagi mengatakan: a’udzubillahis sami’il alim…., dia akan dibebaskan dari gangguan syetan hingga sore.”

2) Hadits Ubai bin Ka’ab ra. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah diturunkan dalam Taurat, Zabur, Injil, atau Furqan yang se-banding dengan Al-Fatihah. Sesungguhnya ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Qur’an yang agung yang di-anugerahkan kepadaku.” (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan, “Hadits hasan shahih.” Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi saw. bahwa beliau saw. bersabda, ‘Setiap pekerjaan yang bermanfaat yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrahmanirrahim’, maka perkara itu terputus.” Artinya, amal itu sedikit nilai berkahnya.

3) Diriwayatkan oleh Ad-Darami dan Al-Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari Ibnu Mas’ud ra. bahwa dia berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari surat Al-Baqarah di permulaaan siang, maka ia tidak akan didekati oleh syetan sampai sore. Dan jika membacanya sore hari, maka ia tidak akan didekati oleh syetan sampai pagi dan ia tidak akan melihat sesuatu yang dibenci pada keluarga dan hartanya”. Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Hakim dalam Shahih-nya, dari Ibnu Mas’ud ra., Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat; empat ayat dari awal aurat Al-Baqarah, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya serta ayat-ayat terakhir dari Al-Baqarah tersebut, maka rumahnya tidak akan di-masuki oleh syetan sampai pagi. ”

4) Dari Al-Qasim bin Abdurrahman ra., dari Nabi saw. bahwa asma Allah yang agung itu ada pada tiga surat dalam Al-Qur’an yakni: surat Al-Baqarah, Ali Imran, dan surat Thaha. Al-Qasim berkata, “Kemudian aku mencarinya, maka aku mendapatkan pada surat Al-Baqarah adalah ayat (kursi),“allahu Ia ilaha illa huwal hayyul qayyum”, pada surat Ali Imran adalah ayat, “alif lam mim, allahu Ia ilaha illah huwal hayyul qayyum”, dan pada surat Thaha adalah ayat, ‘wa ‘analil wujuhu ill hayyil qayyum.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dan belum dikomentari oleh Adz-Dzahabi

5) Dari Abu Darda ra. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa di waktu pagi atau sore membaca: hasbiyallahu …. tujuh kali, maka Allah akan mencukupi apa yang diinginkan dari perkara dunia dan akhirat.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dan Ibmt Asakir secara marfu’ Diriwayatkan pula Oleh Abu Dawud dan secara mauquf oleh Abu Darda’

6) Dari Abu Musa Al-Asy’ari ia. berkata bahwa Rasulullah saw. : “Barangsiapa pada waktu pagi dan sore membaca: qulid’ullaha awid’urrahman sampai akhir ayat, maka hatinya tidak akan mati pada hari dan malam itu (Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Dilami dalam kitab Musna Al-Firdaus)

7) Dari Muhammad bil Ibrahim At-Taimi dari ayahnya berkata, “pada suatu Peperangan Rasulullah saw. memberikan nasehat kepada kami agar membaca: afahasibtum annama khalaqnakum….. dan ayat-ayat berikutnya. Kami pun membacanya. maka kami berhasil memperoleh ke-keselamatan dan keselamatan.” (Hadits diriwayatkan oleh lbnu Sunni, Abu Nu’aim, dan Ibnu Mandah. Al-Hafidz [Ibnu Hajar, Pent.] berkata, “Sanadnya bisa diterima.”)

8) Ibnu Abbas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa ketika pagi membaca: subhanallahi hiina…. sampai pada… wakazalika tukhrajun, maka ia akan menemukan apa-apa yang hilang pada hati itu. Dan barangsiapa membacanya pada sore hari, akan ia menemukan apa yang hilang Pada malamnya (HR. Abu Dawud)

9) Dari Abu Hurairah ra, berkata bahwa telah bersabda Rasulullah saw.,: “Barangsiapa membaca:haa-miim… dalam surat Al-Mukmin sampai ilaihil mashir dan ayat kursi, maka ia akan dipelihara oleh kedua ayat tadi sampai sore dan barangsiapa membacanya Pada sore hari. maka kedua ayat itu akan menjaganya sampai pagi hari . ” Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Sunni, dan Al-Maruzy)

10) Dari Abu Umamah ra, bahwa beliau saw. bersabda: “Barangsiapa membaca ayat-ayat akhir surat Al-Hasyr pada waktu malam atau siang, maka Allah akan menjamin baginya surga.” (HR. Al-Baihaqi)

11) Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas ia. –marfu’- disebutkan bahwa, “idza zulzilat” itu menyamai separo Al-Qur’an.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi Al-Hakim dari hari hadits Yaman Bin Al-Mughirah)

12) Hadits Ibnu Abbas ra., “qul ya ayyuhal kafirun itu menyamai seperempat Al-Qur’an (Hadits riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim. Dia mengatakan, “sanadnya shahih.”)

13) Hadits dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada salah seorang sahabatnya, “Bukankah bersamamu idza ja-a nashrullahi walfathuu?” Sahabat tadi menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, ” Ia menyamai seperempat Al-Qur’an.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi. Dia mengatan, “ini hadits hasan.”)

14) Dari Abdullah bin Hubaib ra.. ia berkata, “(Suatu ketika) kami keluar pada malam yang gelap gulita dan sedang hujan. Kami meminta kepada Rasulullah saw. agar berkenan mendoakan kami. Maka kami pun menjumpai beliau, lalu beliau bersabda, “Katakanlah saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian saya bertanya -Apa yang harus saya katakan, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, -quhuwaallahu ahaddan dua surat perlindungan (Al-Falaq dan An-Nas) tatkala sore dan pagi hari masing-masing tiga kali, niscaya ia sudah mencukupi dari segala sesuatu.” (Hadits riwayat Abu Dawud, Timidzi, dan An-Nasa’i. At-Tirmidzi berkata, “Ini hadits hasan shabih.”)

15) Dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah saw. tatkala pagi hari selalu membaca: asbahna wa-asbahal mulku lillahi… dan ketika sore berkata: amsaina wa-amsal mulku lillahi….”(Hadits riwayat lbnu Sunni dan Al-Bazzar. Al-Baihaqi berkata, “Hadits ini sanadnya baik.”)

16) Dari Ubay bin Ka’ab ra. berkata “Ketika pagi hari Rasulullah saw. mengajarkan kepada kami untuk membaca: asbahna ala fithratil islam… dan ketika sore hari juga dengan doa yang sama (Hadits riwayat Abdullah bin Imam Ahmad Ibnu Hanbal dalam Zawaid-nya)

17) Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah saw., ‘Barangsiapa membaca tiga kali: allahumma inni asbahtu mingka maka wajib bagi Allah untuk menyempurnakan nikmat-Nya kepadanya.” (Hadits riwayat Ibnu Sunni)

18) Dari Abdullah bin Ghannam Al-Bayadhi bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi membaca: allahumma ma-asbaha bi …., maka sesungguhnya ia telah menunaikan syukur pada hari itu. Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia telah menunaikan syukur pada malam harinya.” (Hadits riwayat Alyu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)

19) Dari Abdullah bin Umar ra., bahwasanya Rasululah saw. bercerita kepada mereka tentang seorang hamba dari hamba Allah yang mengatakan: ya rabbi lakal hamdu…. maka dua malaikat merasa berat dan tidak tahu bagaimana harus mencatat (pahalanya). Kemudian keduanya naik ke langit seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya hamba-Mu telah mengatakan satu perkataan yang kami tidak tahu bagaimana mencatat (pahala)-nya,” Allah swt. -Dia Mahatahu apa yang dikatakan hamba-Nya- berfirman, “Apakah yang dikatakan hamba-Ku?” Kedua malaikat menjawab, Sesungguhnya ia mengatakan: ya rabbi lakal hamdu…. Maka Allah swt. berfirman. catatlah pahalanya sebagaimana. Yang diucapkan oleh hamba-Ku tadi sampai ia berjumpa dengan-Ku niscaya Aku akan membalasnya,” (Hadits riwayat Imam Ahmad. Ibnu Majah, dan para perawinya tsiqah)

20) Dari Abi Salam ra. -seorang pelayan Rasulullah- dalam hadits marfu’, ia berkata, saya. mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi dan sore mengatakan: radiitu billahi rabba ….., maka adalah wajib bagi Allah untuk meridhainya.” (Hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi An-Nasa’i dan Al-Hakim)

21) Dari Juwairiyah (Ummul Mukminin ra.), Nabi saw. keluar dari sisinya pagi-pagi untuk Shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana Lalu Rasulullah saw. bertanya “Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yaag engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya (empat kata itu adalah) yakni: subhanallah wabihamdihi ‘adada khalqihi……” (Hadits riwayat Muslim)

22) Dari Utsmam bin Affan ra. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore membaca: bismillahilladzi layadhurru ….., kecuali bahwa tidak ada sesuatu yang membahayakannya. ” (Hadits riwayat Abu dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahih. “)

23) Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan kita, seraya bersabda: “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepada syirik, karena sesungguhnya syirik itu lebih lembut daripada binatang semut.” Kemudian berkatalah seseorang kepada beliau, “Bagaimana kita berhati-hati kepadanya wahai Rasul, sementara dia lebih lembut daripada binatang semut?” Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah allhumma inna na’udzubika …..” (Hadits riwayat Ahmad dan Thabrani dengan Sanad yang baik. Juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la sebagaimana hadits tadi dari Khudzaifah, hanya saja Khudzhaifah berkata, “Beliau (Rasulullah saw.) membacanya tiga kali.”)

24) Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menjelang sore membaca:a’udzubukalimatillahi ….. sebanyak tiga kali, maka tidak akan membahayakan baginya racun yang ada pada malam itu.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

25) Dari Abu Sa’id Ak-Khudri ra. berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. masuk masjid, tiba-tiba beliau jumpai seorang Anshar yang-bernama Abu Umamah. Rasulullah saw. bertanya, ‘Wahai Abu Umamah, mengapa kamu duduk-duduk di masjid di luar waktu shalat?’ Abu Umamah menjawab, ‘Karena kegalauan Yang melanda hatiku dan hutang-hutangku, wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Bukankah aku telah megajarimu beberapa bacaan, yang bila kau baca, niscaya Allah akan menghilang rasa galau dari dirimu dan melunasi hutang-hutangmu?’ Abu Umamah berkata ‘Betul, wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Ketika pagi dan sore ucapkanlah: allahumma inni a’udzubika minalhammi wal hazan……’ Kemudian aku melakukan perintah tadi, maka Allah menghilangkan rasa galau dari diriku dan melunasi hutang-hutangku.” (HR. Abu Dawud)

26) Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah ra., dia berkata kepada ayahnya ‘ “Wahai ayahku, sesungguhnya aku mendengar engkau berdoa: allahumma ‘afini fi badani . ……Engkau lakukan itu tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore,” Sang ayah berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw berdoa seperti itu, maka aku pun ingin mengikuti sunah beliau.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya)

27) Dari Syaddad bin Aus ra., Nabi saw. bersabda, “Sayyidul istighfar (doa permohonan ampunan yang terbaik) adalah: allahumma anta rabbi Ia-ilaha illaanta khakaqtani….. Barangsiapa membacanya ketika sore hari sembari yakin akan kandungannya, kemudian meninggal pada malam itu, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa membacanya pada pagi hari sembari yakin akan kandungannya kemudian meninggal pada hari itu, maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari dah yang lainnya)

28) Dari Zaid (pelayan Rasulullah saw.) berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca: astaghfirullahalladzi la-ilaha illa huwal hayyu……., Allah akan mengampuninya, meski ia lari dari pertempuran.’ (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata, “Hadits ini shahih berdasarkan atas syarah Bukhari dan Muslim.”)

29) Dari Abu Darda’ ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca Shalawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore, maka ia akan memperoleh syafaatku pada hari Kiamat.” (HR. Thabrani)

30) Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya berkata, “Barangsiapa bertasbih kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang melakukan haji seratus kali. Barangsiapa bertahmid kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang membawa seratus kuda perang untuk berjihad dijalan Allah.Barangsiapa mengucapkan tahlil (ucapan ‘lailaha illallah’) seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti memerdekakan seratus budak dari anak cucu Ismail. Barangsiapa mengucapkan takbir (ucapan’Allalm Akbar’) seratus kali di pagi hari dan seratus kali di sore hari, maka Allah tidak akan memberi seseorang melebihi apa yang diberikan kepadanya, kecuali orang itu melakukan hal yang sama atau lebih.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan.” An-Nasa’i juga meriwayatkan hadits yang sama)

Dan dari Ummu Hani’ ra., Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Wahai Ummu Hani’, ketika pagi hari bertasbihlah kepada Allah seratus kali, bacalah tahlil Seratus kali, bacalah tahmid seratus kali, dan bertakbirlah seratus kali, maka sesungguhnya seratus tasbih itu (pahalanya)  dengan seratus unta yang kau korbankan, dan seratus tahlil itu tidak akan menyisakan dosa sebelumnya dan sesudahnya.” (HR. Thabrani)

31) Dari Abu Ayyub ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi hari membaca: Ia-ilaaha iliallahu wahdahu Ia-syarika lahu….. sepuluh kali, maka Allah akan mencatat setiap kali itu dengan sepuluh kebaikan dan menghapus sepuluh kejelekan, serta mengangkatnya dengan bacaan tadi sepuluh derajat. Bacaan tadi (pahalanya) bagaikan memerdekakan sepuluh budak, dan ia bagi pembacanya sebagai senajata bagi permulaan siang sampai menjelang sore, serta hari itu ia tidak akan mengerjakan pekerjaan yang akan mengalahkannya.  Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia (pahalanya) seperti itu juga.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Sa’id bi Mansur dan yang lainnya)

32) Dari Jubair bin Muth’im ra- berkata, Rasulullah saw. bersabda “Barangsiapa membaca: subhanalli wabihamdika asy-hadu….pada suatu majelis dzikir maka bacaan ‘Itu seperti stempel Yang dicapkan padanya. Dan barangsiapa mengucapkannya pada forum iseng, maka bacaan itu sebagai kafarat baginya. (HR. An-Nasa’i, Al-Hakim, dan Ath-Thabrani, dan Yang lainnya)

33) Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata, “Kami meriwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ dari Ali ra., ‘Barangsiapa suka mendapatkan timbangan kebajikan yang sempurna, maka hendaklan diakhir majelisnya ia membaca: subhana rabbika raabil ‘izzati amma yassifun

(Sumber: http://www.al-ikhwan.net/al-ma%E2%80%99tsurat/)

Bagian Kedua

RISALAH WIRID QUR'AN

Keutamaan Al-Qur’an

Al-Qur’an Al-Karim adalah sistem yang komprehensif bagi seluruh hukum Islam. Al-Qur’an adalah sumber mata air yang senantiasa menyirami hati-hati yang beriman dengan kebajikan dan hikmah. Dan yang paling utama seorang hamba dalam upaya bertaqarub kepada Allah adalah dengan membacanya.

Dalam hadits dari Ibnu Mas’ud, Nabi saw. bersabda:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأَدْبَةُ اللهِ فَاقْبَلُوا مِنْ مَأْدَبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ ، إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ ، وَالنُّوْرُ الْمُبِيْنُ ، وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ ، وَنَجَاةٌ لِمَنِ تَبِعَهُ ، لاَ يَزِيْغُ فَيَسْتَعْتَبُ، وَلاَ يَعُوْجُ فَيَقُوْمُ ، وَلاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَلاَ يُخْلَقُ مِنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ ، اتْلُوْهُ فَإِنَّ اللهَ يَأْجَرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ كُلُّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَّا إِنِّيْ لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفْ وَلاَمْ وَمِيْم

“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah panggilan dari Allah, maka terimalah panggilan-Nya semampu kalian. Al-Qur’an ini adalah tali Allah. Cahaya yang terang, dan syifa’ (obat) yang bermanfaat. Qur’an adalah perisai bagi yang berpegang teguh kepadanya, dan penyelamat bagi yang mengikuti (petunjuk)nya. Tidak akan pernah menyimpang, karena Qur’an akan meluruskannya. Qur’an tidak akan pernah habis keajaiban-keajaibannya. Tidak akan pernah lenyap kemuliaan dan kelezatannya karena sering diulang. Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Allah akan memberi pahala kepadamu karena bacaan itu untuk setiap hurufnya sepuluh kebajikan. Saya tidak mengatakan kepada kalian bahwa ‘alif lam mim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu huruf, ‘lam’ satu huruf, dan ‘mim’ satu huruf.” (Hakim)

Juga wasiat Rasulullah saw. kepada Abu Dzar Al-Ghifari,

عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ وَذِكْرِ اللهِ فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَكَ فِي الأَرْضِ وَذُخْرٌ لَكَ فِي السَّمَاءِ

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan (deposit amal) di langit.” (Ibnu Habban dalam hadits yang panjang)

Dari Aisyah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an, sementara ada kesulitan (dalam membacanya), maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah benar-benar membawa manusia kepada (pelaksanaan) Al-Qur’an, melakukan klasifikasi di antara mereka menurut kedudukan mereka terhadap Al-Qur’an dan memerintah kepada orang yang tidak mampu membaca agar mau mendengarkan dan memahami, sehingga tidak terputus berkah dari hubungan spiritual dengan kitab Allah tabaraka wa ta’ala.

Rasulullah saw, hubungan spiritual dengan kitab Allah tabaraka wa ta’ala.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى كُتِبَ لَهُ حَسَنَةٌ مُضَاعَفَةٌ وَمَنْ تَلَاهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa mendengarkan satu ayat dari Al-Qur’an, akan dicatat baginya satu kebajikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa membacanya, maka baginya cahaya pada hari kiamat.” (Ahmad)

بَعْثًا وَهُمْ ذُو عَدَدٍ فَاسْتَقْرَأَهُمْ فَاسْتَقْرَأَ كُلَّ رَجُلٍ مِنْهُمْ مَا مَعَهُ مِنْ الْقُرْآنِ فَأَتَى عَلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ مِنْ أَحْدَثِهِمْ سِنًّا فَقَالَ مَا مَعَكَ يَا فُلَانُ قَالَ مَعِي كَذَا وَكَذَا وَسُورَةُ الْبَقَرَةِ قَالَ أَمَعَكَ سُورَةُ الْبَقَرَةِ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ فَاذْهَبْ فَأَنْتَ أَمِيرُهُمْ

Juga dalam hadits Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul Allah saw. Mengutus (untuk suatu perkara), sementara mereka banyak jumlahnya. Maka beliau meminta kepada mereka untuk menghafal apa yang mereka hafal dari Al-Qur’an. Beliau menguji setiap orang dikalangan mereka. Tibalah giliran seseorang yang tertua dari mereka. Rasulullah saw. Bertanya, “Apa yang bisa kau miliki (dari hafalan Al-Qur’an) wahai fulan?” Dia menjawab, “Saya telah hafal ini dan ini, serta surat Al-Baqarah.” Rasulullah bertanya, “Benarkah kau telah hafal surat Al-Baqarah?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah bersabda, “Pergilah, maka engkaulah yang menjadi amir (pemimpin) mereka.” (At-Tirmidzi, dia mengatakan, “Ini hadits hasan”)1)

Para salafus shalih tahu benar keutamaan Al-Qur’an dan keutamaan membacanya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai tasyri’, sumber perundang-undangan, penentram hati, dan wirid dalam ibadah. Mereka melapangkan dada-dada mereka di hadapannya, mentadaburi isi dan kandungannya, serta reflekasikan makna-makna luhur yang terkandung di dalamnya ke dalam ruh dan spiritualitas mereka. Maka Allah memberikan pahala di dunia dengan menjadikan mereka sebagai qiyadah alam dan di akhirat mereka mendapatkan derajat yang tinggi. Namun ternyata Al-Qur’an kini kita terlantarkan, sehingga sampailah kita pada kondisi yang rapuh di dunia dan terlampau longgar dalam (pengamalan) agama.

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda:

عُرِضَتْ عَلَيَّ أُجُورُ أُمَّتِي حَتَّى الْقَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنْ الْمَسْجِدِ وَعُرِضَتْ عَلَيَّ ذُنُوبُ أُمَّتِي فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا

“Diperlihatkan kepadaku semua pahala umatku, sampai-sampai (pahalanya) seseorang yang membuang kotoran dari masjid. Diperlihatkan pula dosa-dosa umatku. Maka aku tidak melihat dosa yang paling besar melebihi surat Al-Qur’an atau ayat Al-Qur’an yang dihafalkan oleh seseorang lalu dilupakannya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Oleh karena itu, Ikhwanul Muslimin sangat menaruh perhatian untuk menjadikan kitab Allah sebagai wirid pertama mereka. Dan di antara ata’ahhud (janji setia) dalam menjalankannya, setiap al-akh wajib mengkondisikan dirinya untuk membaca minimal satu hizb dari Al-Qur’an setiap hari.

Kadar Wirid

Masing-masing ikhwan memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, wirid Al-Qur’an ini tidak ada pembatasan. Hal ini tergantung kepada kondisi dan kemampuan masing-masing.2) Yang terpenting jangan sampai ada hari berlalu tanpa membaca sesuatu pun dari kitab Allah.

Sebagai contoh dan penjelasan masalah tersebut, berikut ini akan kami paparkan wirid qur’ani yang ideal menurut salafush shalih.

1. Batas minimal (paling cepat) untuk mengkhatamkan Al-Qur’an adalah tiga hari. Mereka memakruhkan jika ada orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari atau lebih dari sebulan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya mengkhatamkan Al-Qur’an dengan cepat kurang dari tiga hari tidak akan bisa membantu untuk memahami dan mentadaburi isinya. Dan mengkhatamkannya lebih dari sebulan berarti keterlaluan dalam meninggalkan tilawah”.

Dari Abdullah bin Amru bin Al-‘sh ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda:

لَمْ يَفْقَهْ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ

“Tidaklah bisa paham orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, dan Ibnu Majah. At-Tarmidzi berkata, “Ini hadits hasan shahih.”)

2. Batas pertengahan adalah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekan, jika hal itu memungkinkan. Rasulullah saw. suatu ketika menyuruh Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash untuk mengkhatamkan Al-Qur’an tiap pekan.3) Demikian pula sahabat-sahabat lain melakukannya, seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka’ba ra. Bahkan Utsman bin Affan membuka malam jum’at dengan membaca Al-Baqarah sampai Al-Ma’idah; malam sabtu surat Al-An’am sampai surat Hud; malam ahad surat Yusuf sampai Maryam; malam senin surat Thaha sampai tha'shin mim, Musa, dan Fir’aun, yakni surat Al-Qashash; malam selasa surat Al-Ankabut sampai Shad; malam rabu surat Tansil (Az-Zumar) sampai Ar-Rahman; dan malam kamis mengkatamkannya.

Ibnu Mas’ud mempunyai cara pembagian lain, yang berbeda dari sisi jumlah surat, namun sama dalam mengkhatamkan, yakni tiap pekan. Banyak riwayat tentang pembagian bacaan dalam sepekan tersebut.4)

Surat-surat yang disunnahkan untuk memperbanyak bacaannya

Di antara wirid Al-Qur’an Jamaah Ikhwanul Muslimin yang kontinyu dilakukan tiap hari adalah membaca surat-surat berikut, Yaitu : Yasiin, Ad-Dukhan, Al-Waqi’ah, dan Tabaraka (Al-Mulk). Lebih dikhususkan lagi dalam hal itu pada hari dan malam Jum’at. Kemudian ditambah dengan surat Al-Kahfi dan Ali-Imran. Banyak hadits Rasulullah yang menerangkan hal itu. Diantaranya adalah:

1. Dari Ma’qil bin Yassar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda:

قَلْبُ الْقُرْآنِ يس لاَ يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ الآخِرَةَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ , اقْرَءُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

“Jantung Al-Qur’an adalah surat Yasin. Tidaklah seseorang membacanya dalam rangka menginginkan ridha Allah dan kampung akhirat, kecuali Allah akan mengampuninya. Bacalah surat itu pada jenazah-jenazah kalian (detik-detik mejelang kematian).” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan yang lainnya)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata:

مَنْ قَرَأَ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ كُلَّ لَيْلَةٍ مَنَعَهُ اللهُ بِهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَكُنَّا فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُسَمِّيْهَا الْمَانِعَةَ , وَأَنَّهَا فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سُوْرَةً مَنْ قَرَأَ بِهَا فِي لَيْلَةٍ فَقَدْ أَكْثَرَ وَطَابَ

“Barangsiapa membaca ‘tabarakalladzi biyadihil mulku…’ setiap malam, dengan surat itu Allah akan mencegahnya dari adzab kubur. Pada zaman Rasulullah saw. kami menamakannya Al-Mani’ah (yang mencegah). Surat tersebut dalam Al-Qur’an merupakan surat yang barangsiapa membacanya setiap malam, maka dia telah memperbanyak (tilawah) dan memperbaikinya.” (An-Nasa’i, Al-Hakim meriwayatkan hadits serupa dan menshahih-kannya

Dalam hadits abu Hurairah:

مَنْ قَرَأَ حم وَالدُّخَانِ فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ يَسْتَغْفِرُ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ

“Barangsiapa membaca surat Ad-Dukhan setiap malam, tujuh puluh ribu malaikat akan memohon ampun untuknya.” (At-Tirmidzi dan Al-Ashbahani)

Hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra., Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةُ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, Allah akan meneranginya dengan cahaya di antara (rentang waktu) dua Jum’at.” (An-nasa’i dan Al-Baihaqi secara marfu’)

Hadits Ibnu Abbas ra., ia berkata Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ قَرَأَ السُّوْرَةَ الَّتِي يَذْكُرُ فِيْهَا آلَ عِمْرَانَ يَوْمَ الُجُمُعَةِ صَلَّى عَلَيْهُ اللهُ وَمَلاَئِكَتُهُ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ

“Barangsiapa membaca surat yang biasa disebut Ali Imran pada hari Jum’at, Allah akan mendo’akannya dan juga para malaikat-Nya sampai terbenamnya matahari.” (Ath-Thabrani, dalam kitab Al-Ausath dan Al-Kabir”)

Terdapat banyak atsar yang marfu’ dan yang mauquf dari hadits Abdullah bin Mas’ud tentang keutamaan surat Al-Waqi’ah. Apalagi di dalamnya terdapat ayat tentang hari kebangkitan, hari pembalasan, dan argumentasi yang kuat tentang hal itu, yang tidak mungkin akan meninggalkan keraguan-keraguan bagi orang yang berakal. Maka disunahkan bagi setiap al-akhmuslim untuk tidak menghalangi sampainya keutamaan surat ini kepadanya dengan cara mentilawahinya setiap hari sekali. Pada hari Jum’at dibaca sekali pada siang hari dan sekali pada malam hari, pada waktu ashar sampai maghribnya digunakan untuk membaca surat Ali-Imran. Barangkali itu merupakan waktu dikabulkannya do’a. Maka seorang al-akh menggunakan waktunya untuk menyibukkan diri dengan sebaik-baik dzikir, yakni tilawah Al-Qur’an.

Adab Tilawah

Di mukadimah telah kami sebutkan sebagian adab dzikir. Kami tambahkan di sini bahwa di antara adab tilawah adalah sungguh-sungguh dalam tadabbur dan tafakkur. Dan inilah tujuan awal dari tilawah Al-Qur’an. Allah swt berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad: 29)

Apalagi jika diperhatikan bahwa Al-Qur’an adalah kalam dari Rabbul ‘alamin.

Adab tilawah yang lain adalah menjaga hukum-hukum tajwidnya. Membaca huruf harus benar-benar dari makhrajnya dan menetapi kaidah-kaidahnya, memanjangkan yang harus dipanjangkan, mendengungkan yang harus didengungkan, mentafkhim - mempertebal - yang harus di-tafkhimdan men-tarqiq - menipiskan - yang memang harus di-tarqiq. Demikian pula kaidah-kaidah yang lainnya.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra., Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا وَتَغَنَّوْا بِهِ فَمَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِهِ فَلَيْسَ مِنَّا

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dalam suasana sedih maka apabila kalian membacanya, menangislah. Jika tidak bisa menangis, maka seakan-akan menangis dan lagukanlah (sesuai tajwidnya, pent.) Barangsiapa yang tidak melagukan Al-Qur’an, maka ia bukan golongan kami.” (HR. lbnu Majah)

Yang dimaksud dengan melagukan Al-Qur’an adalah berusaha menampakkan rasa khusyu’ dengan tajwid yang benar dalam membaca. Ada hadits Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتُمُوهُ يَقْرَأُ حَسِبْتُمُوهُ يَخْشَى اللَّهَ

“Sesungguhnya yang paling baik suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah orang-orang yang jika kalian mendengarkan ia membaca, kalian menganggap bahwa ia khusyu’ kepada Allah” (lbnu Majah)

Majelis Istima’

Dan di antara wirid Qur’an jamaah Ikhwanul muslimin adalah berkumpul untuk ber-istima’ kepada kitab Allah dari orang yang baik bacaannya. Bagi pembaca di majelis istima’ ini, hendaknya membaca Al-Qur’an secara tartil dengan tetap memperhatikan adab-adab di atas. Bagi para ikhwan yang mendengarkan, hendaknya konsentrasi dan merenungkan makna-makna yang terkandung di dalamnya serta berada pada puncak kekhusyu’an, penghormatan, dan pengagungan terhadap kitab Allah, sembari menghadirkan makna ayat berikut ini (dalam hati)..!

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat.”(Al-A:raf: 204)

Para sahabat Rasulullah saw. ketika mendengarkan Al-Qur’an, seolah di atas kepala mereka ada seekor burung. Para masyayikh Makkah dari kalangan orang-orang shalih, ketika hendak tadzakkur, mereka menghadap kepada imam Syafi’i. Beliau dikenal sangat baik bacaannya. Beliau membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka, maka seseorang tidak akan melihat orang-orang yang menangis melebihi tangisan mereka tatkala mendengar ayat-ayat yang dibacakannya hal itu.

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui.” (Al-Maidah: 83)

Sebagai upaya kesempurnaan manfaat yang bisa diperoleh dianjurkan kepada para alim yang menghadiri majelis mereka untuk memberikan gambaran ringkas tentang maksud-maksud yang terkandung di dalam ayat-ayat yang dibacakan

Wirid Hafalan

Bagi setiap al-akh Muslim juga dianjurkan - dan ini adalah bagian dari wirid qur’ani - agar bersungguh-sungguh dengan segenap kemampuan untuk menghafal apa yang memungkinkan bisa dihafalnya dari Al-Our’an Al-Karim. Ia harus mengkondisikan diri setiap hari untuk menghafal dengan sebaik-baiknya satu ayat atau beberapa ayat sesuai dengan kadar kemampuannya. Dengan rutinitas seperti ini, akan memungkinkan baginya untuk menghafal banyak ayat dari Kitab Allah tabaraka wa ta’ala.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Dzar ra:

يَا أَبَا ذَرٍّ لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ

“Wahai Abu Dzar, ketika engkau di awal siang lalu engkau mengerti satu ayat dari kitab Allah itu, lebih baik bagimu dari pada shalat seratus raka’at.” (Ibnu Majah dengan sanad yang hasan. Hadits ini diperkuat oleh hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud dengan makna yang senada)5)

Maka bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku untuk memperoleh keuntungan dengan fadhilah (keutamaan) ini. Kepada Allah kita memohon agar menjadikan kita termasuk para ahlul Qur’an. Yang dengan begitu, maka kita menjadi ahli Allah dan khawwash-Nya. Cukuplah Allah sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

___________________________________________________________

1) Lengkapnya hadits berbunyi, “Maka berkatalah seseorang dari kalangan pembesar mereka, ‘Wahai Rasulullah, tidak ada yang menghalangiku untuk menghafal Surat Al-Baqarah, melainkan aku khawatir tidak bisa melaksanakan (isi)nya.’ Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Belajarlah dan bacalah Al-Qur’an, maka perumpamaan Al Qur’an bagi orang yang mempelajari kemudian membaca dan mengamalkannya adalah bagaikan kantong kulit yang penuh dengan minyak wangi, (di mana) baunya semerbak ke setiap tempat. Dan perumpamaan Al-Qur’an bagi yang mempelajarinya kemudian berhenti sampai di situ, dan Al-Qur’an hanya sebatas di kerongkongannya adalah bagaikan kantong kulit yang berlapis minyak wangi.’”

2) Dalam kitab At-Tibyan Imam Nawawi berkata, “Yang jelas hal itu berbeda karena keragaman manusia. Maka barangsiapa tampak pada dirinya ketelitian dan berbagai pengetahuan tentang kejelian berpikir, hendaklah ia membatasi sesuai dengan keberhasilan dia  dalam mencapai kesempurnaan pemahaman dari apa yang dibacanya. demikian pula barangsiapa yang disibukkan dengan tugas-tugas keagamaan demi kemaslahatan kaum muslimin hendaklah ia membatasi pada kadar tertentu, sehingga, tidak terganggu apa yang menjadi tujuannya. Kalau bukan dari kalangan mereka, maka hendaklah ia memperbanyak sebatas yang memungkinkan baginya tanpa harus membatasi sampai capek atau mempercepat (bacaan).”

3) Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. berkata, “Aku berpuasa terus-menerus dan membaca (mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam. Terkadang aku sebutkan kepada Rasulullah, dan kadang ada yang diutus menemuiku. Maka aku yang datang kepada beliau, kemudian beliau bersabda. ‘Benarkah aku mendengar bahwa kau puasa terus menerus dan membaca Al-Qur’an setiap malam?’ Aku menjawab, ‘Ya wahai Nabi Allah. Aku tidak menghendaki hal itu kecuali kebaikan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya cukuplah bagimu untuk  berpuasa tiga hari tiap bulan.’ Aku berkata, ‘Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku kuat lebih banyak dari itu.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya istrimu punya hak yang harus kau tunaikan, tamumu punya hak yang harus kau tunaikan, dan jasadmu punya hak yang harus kau tunaikan. Maka berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud, sesungguhnya beliau adalah manusia yang paling menghamba (kepada Allah).’ Aku bertanya, ‘Bagaimanakah puasa Daud itu, wahai Nabi Allah?’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Nabi Daud itu sehari puasa dan sehari berbuka. Dan khatamkan Al-Qur’an setiap bulan.’ Aku berkata, ‘ sesungguhnya aku kuat lebih dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Khatamkan setiap dua puluh hari. Aku berkata, ‘Aku kuat Yang lebih dari itu.’ Beliau menjawab, ‘Khatamakan setiap tujuh hari dan jangan sampai kurang dari itu (jangan sampai kurang dari tujuh hari pent.) Karena sesungguhnya istrimu mempunyai hak yang harus kau tunaikan, tamumu mempunyai hak yang harus kau tunaikan, dan jasadmu mempunyai hak yang harus kau tunaikan Aku memperberat diriku, maka Rasulullah pun memberatkan aku, dan Rasulullah saw. bersabda kepadaku, ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu barangkali kau akan diberi umur panjang.’ Maka aku pun melaksanakan apa yang telah disabdakan Rasulullah saw. tersebut. Ketika pada usia senja, aku membayangkan seandainya waktu itu aku mau menerima dipensasi dari Nabi Allah saw.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4) Pembagian ini tidak mutlak harus begitu, tetapi ini hanya dalam rangka beritiba’ (kepada salafush shalih) dan menyebut yang lebih utama. Maka seorang al-akh hendaklah membaca semampunya, Yang penting jangan sampai ada waktu berlalu tanpa tilawah. Jika dia tidak begitu mahir dalam tilawah, hendaklah bersungguh-sungguh dalam melakukan istima’ atau dengan menghafal sebagian surat-surat pendek setiap kali terbuka kesempatan untuk itu.

5) Matan hadits itu berbunyi, “Dari Uqbah bin Amir ra. ia berkata, ‘Rasulullah keluar (menuju kami) -sementara waktu itu kami berada di Shuffah- dan bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian yang di awal pagi bisa bepergian dari Bath-ham ke Al-Aqiiq. Dari situ ia membawa dua unta yang besar dan gemuk. Dia sendiri tidak pernah berbuat dosa dan memutus tali silaturahmi.’ Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah kami menyukai hal itu.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak inginkah salah seorang dari kalian bersegera menuju mesjid, kemudian mengerti dan membaca dua ayat dari kitab Allah? Itu lebih baik daripada dua unta, empat ayat lebih baik baginya dari pada empat unta dan (sebanyak ayat yang dibaca) itu lebih baik dari pada sebanyak unta (yang sesuai dengan jumlah ayat tadi).” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

 

1 comment: