Monday, June 25, 2018

Dakwah Jahriyah

الجهر بالدعوة

DA’WAH TERBUKA


Penduduk Mekah mengamati gerakan Rasulullah saw di masyarakat, dan mereka menemukan jejak da’wahnya di tengah-tengah masyarakat Mekah pada masa da’wah sirriyah. Hanya saja mereka menganggapnya sesuatu yang kecil, tidak menyentuh para pembesar dan penasehat, yang sering muncul setiap waktu di pasar-pasar Arab dan kampung-kampungnya, kemudian hilang. Karena itu pada awalnya, mereka tidak menganggap da’wah Nabi sebagai ancaman. Mereka meyakini bahwa para pengikut itu akan segera bubar dari Nabi, akan pindah kembali ke agama mereka sampai akhir.

التحول من السر إلى الجهر

Perubahan dari Sirriyah ke Jahriyah


Di sisi lain, da’wah telah memiliki tokoh-tokoh yang beriman dan menjadi komunitas yang solid. Telah menjadi kebiasaan Nabi berkumpul dengan mereka untuk memberikan pengarahan dan pengajaran. Maka Nabi memilih rumah Al Arqam bin Abil Arqam, salah seorang terdepan dalam Islam  sebagai tempat pertemuan, taujih dan shalat. 

Rasulullah terus melakukan da’wah sirriyah sampai Allah ijinkan untuk merubah caranya dari sirriyah ke jahriyah, dari tersembunyi menjadi terbuka, mengumandangkannya agar semakin luas wilayahnya. Ketika itu Allah turunkan ayat yang mewajibkan Rasulullah melakukan hal ini. 

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ - 26:214
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ - 26:215
فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ - 26:216

214.  Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang- orang yang beriman.
216. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apayang kamu kerjakan"( QS. Asy Syu’ara: 214-216 )

Ketika itu Rasulullah saw melaksanakan perintah Rabbnya. Tsiqahnya (keyakinan) kepada Allah memenuhi dirinya dalam kebenaran da’wah yang dibawanya. Beliau naik bukit Shafa, menyerukan dengan lantang: “Wahai Bani Fihr… Wahai Bani ‘Adiy… “ isi suku Quraisy dipanggil semua sehingga mereka berkumpul. Dan yang tidak dapat hadir menyuruh utusan untuk mendengarkan berita yang hendak disampaikan. Lalu Rasulullah saw berbicara: 

أرأيتم لو أخبرتكم أن خيلاً بالوادي تريد أن تغير عليكم أكنتم مصدقي ؟


“ Bagaimana pendapat kalian jika saya sampaikan bahwa ada pasukan berkuda di lembah yang hendak menyerang kalian, apakah kalian membenarkannya? “

قالوا : نعم ! ما جربنا عليك إلاصدقاً


Mereka menjawab: “ Ya, kami tidak pernah membuktikan ucapanmu kecuali selalu benar. “

قال : فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد!!


Kata Nabi: “Sesungguhnya kami memperingatkan kalian dari adzab yang berat. “

فقال أبو لهب : تباً لك ! ألهذا جمعتنا ؟!   رواه البخاري ومسلم وأحمد 


Abu Lahab berkata: “ Celaka engkau! Hanya untuk urusan ini, engkau kumpulkan kami. 

Maka Allah turunkan dalam hal ini ayat yang berbunyi:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ - 111:1
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ - 111:2
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ - 111:3
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ - 111:4
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ - 111:5

1.  Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa (1)
2.  Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
3.  Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4.  Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (2)
5.  Yang di lehernya ada tali dari sabut.

(1) Yang dimaksud dengan kedua tangan abu Lahab ialah abu Lahab sendiri.
(2) Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab disebut pembawa kayu bakar Karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan nabi Muhammad s.a.w. dan kaum muslim. Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut.

مكة وأهلها بعد الجهر بالدعوة

Makkah dan Penduduknya Pasca Da'wah Jahriyah


Rasulullah mulai da’wah terbuka dengan tetap bertawakkal kepada Allah, menyampaikan di tengah-tengah umat manusia bahwa dirinya adalah pembawa peringatan bagi mereka dari azab hari kiamat. Berita ini tersebar luas setelah pertemuan di bukit Shafa. Warga Mekah baru menyadari bahwa masalahnya serius bukan main-main. Muhammad saw terus dengan da’wahnya, yang mengimaninya juga terus bertambah dan siap berkorban fi sabilillah. Maka orang Quraisy mulai merasakan ancaman bahaya dari da’wah ini yang akan menghancurkan apa yang mereka dapati dari nenek moyangnya, menyembah berhala. Mulai berubah tatanan yang sudah mapan antara tuan dan budak. Keluarga terbelah atas dasar iman dan kufur. Kebanggaan nasab dan kedudukan mulai luntur. Setelah peristiwa Shafa, Mekah mulai diliputi kewaspadaan dan goncangan, mulai berfikir menghadapi da’wah yang hampir menggeser tradisi dan wairsan dari nenek moyangnya. 

لماذا وقفت قريش في وجه الدعوة الإسلامية ؟

Mengapa Suku Quraisy Berdiri Melawan Da'wah Islam?


دعوة الإسلام إلى الإصلاح والمساواة

1.   DA’WAH ISLAM KEPADA PERBAIKAN DAN KESETARAAN

Sesungguhnya prinsip Islam yang Rasulullah ajarkan menghancurkan pilar-pilar masyarakat jahiliyah yang dibangun di atas kesukuan, membelah manusia berdasarkan kedudukan, keturunan, kekayaan dan upaya pemenuhan nafsu tanpa batas. Maka bagaimana mungkin kaum seperti ini mau meninggalkan hak-hak istimewa yang telah lama mereka rasakan dan menjadi pilar hidup serta tegaknya kekuasannya? Kaum Quraisy sangat takut dengan apapun yang baru meskipun itu benar. Mereka lebih senang dengan yang klasik yang diwarisi dari nenek moyangnya meskipun bathil (salah). 

حرص الزعماء على الرياسة

2.   AMBISI KEKUASAAN

Para pembesar dan pemuka Quraisy berdiri melawan da’wah Islam karena rasa hasad (iri) dalam dirinya sendiri. Karena merekalah orang yang paling berambisi untuk menjadi pemimpin, sehingga mereka buta dari kebenaran. Mereka tidak melihat Rasulullah, kecuali sosok yang akan mengambil sendiri seluruh kekuasaan. Dalam dugaan mereka bahwa da’wah adalah kekuatan yang memberikan kepada pembawanya ghanimah materi dan kekuasaan. 

عبادة الأصنام تيسر لهم ارتكاب السيئات

3.   MENYEMBAH BERHALA MEMUDAHKANNYA MELAKUKAN KEBURUKAN

Warga Makkah mengakui bahwa berhala mereka tidak mampu mendatangkan keuntungan atau menghindarkan bahaya. Berhala itu tidak akan menuntut mereka karena kesalahan yang mereka buat. Dari itulah mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka menyadari jika beriman kepada Allah, maka mereka akan diperhitungkan apa yang telah mereka perbuat. Sehingga mereka menolak beriman dan meneruskan kufurnya untuk dapat menikmati kebebasannya dan kebahagiaan dengan berhalanya. 

الإيمان بالآخرة يلزمهم بالصلاح ويمنعهم من الظلم

4.   MENGIMANI AKHIRAT MENGHARUSKAN BERAMAL SHALIH DAN MENCEGAHNYA DARI PERBUATAN ZHALIM

Ayat-ayat tegas yang dibacakan Nabi Muhammad saw mengetuk telinganya, mengingatkan mereka dari adzab Allah ketika mereka dihadapkan dengan perhitungan amal yang detail setelah kematian. Jika mereka beramal baik maka surga balasannya, dan jika beramal buruk maka neraka abadi telah menantinya.

Orang-orang Quraisy mengalami kebimbangan tentang kebangkitan, perhitungan dan surga, karena keterikatan mereka dengan kenikmatan sesaat hari ini. Adapun mengimani surga maka akan mengharuskan mereka beramal shalih, hati terus terjaga, usaha yang serius, hidup mulia. Sedang mereka ingin lepas dari semua tugas ini agar dapat melakukan maksiat, memenuhi syahwat, tanpa ada pengawas atau penghitung. Dari semua itulah mereka melakukan perlawanan keras dan penolakan terhadap da’wah tauhid, dendam kepada Rasul yang mulia dan para pengikutnya yang beriman.

قريش على طريق الخصومة والعداء

5.   SUKU QURAISY DI JALUR PERMUSUHAN DAN PERLAWANAN

Rasulullah saw berdakwah dengan hikmah serta nasehat yang baik, berdialog dengan cara yang lebih baik, lembut dalam menampilkan Islam, mengungkap aib berhala dan keburukannya, sebagai pengamalan perintah Allah yang telah menurunkan ayat yang tegas, shabar dalam da’wah. Tidak mengungkit pemberiannya pada siapapun atau merasa telah banyak memberi. Tetapi ini semua tidak membuat para pembesar dan pemimpin merelakannya. Statusnya telah menggelapkan matanya, yang mereka lihat bahwa da’wah Muhammad adalah ancaman bagi kepentingannya. 

Dari sinilah kaum Quraisy mulai meletakkan permusuhan dan perlawanan, anti kebenaran dan menyerang jalan yang lurus. Hatinya dipenuhi duri kebencian dan ketidaksukaan, untuk memuaskan egoisnya yang menjijikkan dan kesombongannya yang menyakitkan. 

Berikutnya kita akan lihat tekanan kaum Quraisy atas Nabi Muhammad saw dan orang-orang yang mengimaninya, dengan berbagai macam bentuk siksaan dan tekanan. 

الدروس المستفادة

PELAJARAN BERHARGA
  1. Tidak diragukan lagi bahwa jahriyatudda’wah yang Rasulullah lakukan adalah perintah Allah. dan hal itu di zaman sekarang ini sangat berpulang kepada kondisi yang meliputi da’wah dan para aktifisnya. Sehingga sangat berbeda-beda kerena perbedaan situasi, kondisi, dan tempat. Sedangkan orang yang lebih berhak didakwahi adalah kerabat dekat, secara keturunan (nasab), atau tempat tinggal, karena merekalah yang paling mengenal da”inya.
  2. Cara dan gaya da’wah bukan sesuatu yang tauqifi (paten dari Allah) seperti shalat. Maka tidak menjadi kewajiban para da’i hari ini untuk naik bukit kemudian memanggil kaumnya. Akan tetapi berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Para da’i berkewajiban menggunakan seluruh sarana yang memungkinkan untuk menyebarkan da’wahnya.
  3. Da’wah jahriyah hari ini adalah hukum aslinya. Sehingga semua orang dapat mendengar tentang Islam. Akan tetapi masih boleh sirriyah di sebagian situasi yang mencekam atau gerakan yang menekan. Karena mereka yang mengintai Islam sangat banyak sekali, da’wah jahriyah lebih luas jangkauannya, meskipun da’wah fardiyah lebih fokus. Keduanya saling berkaitan dalam da’wah dan saling menyempurnakan. Prinsipnya tarbiyah (pembinaan) harus terus berlangsung di sepanjang waktu. 
  4. Di tengah-tengah da’wah terbuka seorang da’i harus memilih elemen-elemen yang bagus yang memiliki kesiapan untuk memikul beban da’wah. Karena mereka akan menjadi figur-figur da’wah setelah itu. Sebagaimana yang Rasulullah saw lakukan bersama para sahabatnya di rumah Al Arqam bin Abil Arqam. Adapun hanya dengan da’wah terbuka saja, maka mereka akan terpisah-pisah kembali sebagaimana mereka tadi berkerumun, tidak akan ada bekas yang diharapkan dalam merealisasikan tujuan dan sasaran da’wah. 
  5. Para da’i wajib tegas dalam da’wahnya, tidak basa-basi dalam kebenaran meskipun hal ini harus berhadapan dengan penderitaan fisik, atau materi. Hendaklah membuka hakekat sesuatu sebagaimana Ibrahim menyebut berhala dengan kata BERHALA tidak dengan kata tuhan. 
  6. Sebagaimana Rasulullah saw telah menjelaskan kesesatan kaum musyrikin, menilai bodoh para pemimpinnya, mencela tuhan-tuhannya, maka kita juga harus tegas, maka tidak boleh menyebut riba dengan bunga, lacur dan jorok dengan seni, nifaq dengan sebutan diplomasi, dst. 
  7. Da’wah Islam adalah da’wah perbaikan, dan kesetaraan untuk semua. Da’wah pengorbanan bukan mengambil keuntungan, bukan untuk mebelah ras, memperbudak manusia. Da’wah pembebasan dari nafsu, da’wah untuk beramal dan istiqamah. Dari itulah da’wah ini dilawan oleh para pemuas nafsu, pemburu jabatan, kepentingan tertentu, orang-orang yang iri yang tidak meolak keberadaan Al Qur’an kecuali karena diturunkan kepada Muhammad saw meskipun merekalah yang memberinya gelar Ash Shadiq (yang benar) dan Al Amin (terpercaya) sebelum masa kerasulan, mereka menerimanya sebagai hakim yang adil dalam meletakkan hajar aswad kembali ke tempat semula ketika renovasi ka’bah, kemudian mereka memusuhinya. Sungguh kontras sekali sikap mereka ini. 

EVALUASI 



1. Sempurnakanlah kalimat berikut ini:

(أ) اختار رسول الله ـ  ـ دار. . . . . . . . . .مكاناً للإرشاد و. . . . . . . . . ومكث
يدعو إلى الله. . . . . . فصعد على . . . . . . .وجعل ينادي : يا بني. . . . . . . . . يا بني. . . . . . . . . . .حتى اجتمعوا فأخبرهم أنه. . . . . . . . . . .بين يدي عذاب شديد .
(ب)دعا الإسلام إلى عقيدة . . . . . . . . . . .والتصديق بيوم. . . . . . . . . . .
وإلى. . . . . . . . . . .بين الناس جميعاً ، فوقف زعماء قريش ضد الدعوة ، لأنهم كانوا 
حريصين على. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  

2. Berikan tanda (V) di depan kalimat yang kamu anggap benar dan tanda (X) di depan kalimat yang kamu anggap salah:

3. من طبيعة الدعوة الحقة أن يبدأ الداعي إلى الله بأهله وعشيرته .

4. إن عبادة الأوثان تحرض متبعيها على اقتراف المنكرات.
ج- الإسلام لا يفرق بين الناس إلا على أساس التقوى وصالح العمل .
د- تدبرت قريش أمر الدعوة ، واستعملت الحكمة في معاداة الرسول  .
هـ- كان من الممكن أن تستمر الدعوة سراً ، ليتحقق لها الذيوع والانتشار.


5. berilah tanda (V) di depan kalimat yang benar di antara kalimat berikut ini

1-وقف المشركون في وجه الدعوة الإسلامية : 

أ-لاعتقادهم القوي في عبادة الأصنام.

ب-خوفاً على مكانتهم وحقداً على الرسول .

ج-لمجرد العناد والمشاكسة.

 2-لم تكن قريش تشكل خطراً على رسول الله ـ rـ زمن الدعوة السرية : 

أ-لاعتقادها أنه كغيره من الوعاظ والرهبان.

ب-لأنها لم تكن تعلم شيئاً عنها .

ج-لأن الله تعالى أعماهم وأغشى أبصارهم.

3-أصر المشركون على عبادة الأصنام وحاربوا من أجلها :

أ-لغفلتهم وقلة عقولهم .

ب- لاعتقادهم أن الأصنام توجههم إلى الخير والنجاة .

ج-لأنها تمحو ذنوبهم .


6. Jawablah dengan singkat: 
a. mengapa orang quraisy berdiri melawan Rasulullah saw dan da’wahnya kepada Islam
b. Apa yang Rasulullah lakukan ketika Allah memerintahkannya untuk da’wah jahriyah

7. firman Allah: 
:}تبت يدا أبي لهب وتب -ما أغنى عنه ماله وما كسب -سيصلى ناراً ذات لهب -وإمرأته حمالة الحطب -في جيدها حبل من مسد -{
a. merujuklah ke Zubadatuttafasir atau tafsir Ibnu Katsir, bacalah penjelasan surah itu, dan ringkaslah apa yang kamu fahami

Sumber: http://rijaluldakwah.blogspot.com/2011/04/dakwah-jahriyah.html


Dakwah Jahriyah (Bag. 2)

Era dakwah terbuka mengandung konsekwensi. Seruan Islam mulai banyak diperbincangkan, musuh-musuh dakwah pun mulai melakukan tindakan-tindakan penentangan.

Ancaman Kekerasan dan Fitnah

Ancaman kekerasan mulai menimpa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini tergambar dari riwayat yang disebutkan oleh  Imam Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ قَالَ فَقَالَ لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Abu Jahl pernah berkata: “Seandainya aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di Ka’bah, tentu aku akan mendatanginya, hingga menginjak lehernya”. Ibnu ‘Abbas berkata: Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya ia berbuat, tentulah para malaikat akan menyiksanya secara terang-terangan”

Orang-orang musyrik juga melakukan penghinaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengejek saat Nabi beribadah, menyimpan kotoran di muka rumah Nabi, melempar dengan kotoran, menjerat leher Nabi, menaburkan kotoran dan tanah ke kepala Nabi, dan lain-lain.

Mereka menghasut masyarakat agar tidak menyenangi Islam. Abdul Uzza (Abu Lahab) menghasut kalangan laki-laki; Aura (Ummu Jamil) menghasut kalangan wanita;‘Amr bin Hisyam (Abu Jahl) menghasut kalangan pemuda. Mereka bersekongkol menahan laju gerakan dakwah Islam, sehingga citra dakwah Islam menjadi buruk di mata masyarakat. Disebarlah isu bahwa Muhammad itu penghina nenek moyang dan pemecah belah persatuan bangsa Quraisy.
Namun Rasulullah dan para sahabatnya tetap tegar berdakwah dan memegang teguh Islam.

Upaya Kompromi

Musyrikin kemudian menawarkan kompromi—tepatnya menyuap Nabi—agar berhenti dari dakwah, yang ditawarkan adalah harta, tahta dan wanita. Untuk keperluan ini mereka mengutus Utbah bin Rabi’ah. Namun diplomasi Utbah mengalami kegagalan.

Berikutnya Musyrikin mencoba menekan Abu Thalib untuk tidak melindungi dakwah Islam. Dikisahkan, bahwa sejumlah tokoh terkemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dan berkata: “Sesungguhnya kemenakanmu telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita, mencela agama kita, menuduh pikiran kita bodoh, dan menganggap nenek moyang kita sesat. Pilihlah oleh engkau, menghentikannya atau engkau biarkan (tidak turut campur) antara kami dengan dia. Karena engkau dan kami sama-sama mengingkarinya, maka kami cukupkan engkau untuk menghentikannya”. Mendengar seruan ini, justru Abu Thalib menolaknya dengan lemah lembut.[1]

Musyrikin Quraisy terus menekan hingga akhirnya Abu Thalib menyampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keinginan mereka, yaitu agar beliau menghentikan dakwahnya. Namun permintaan pamannya ini ditolak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan Ibnu Ishaq, al Bukhari dalam kitab tarikhnya, dan al Baihaqi dengan sanad hasan dari hadits Aqil bin Abi Thalib, bahwa Abu Thalib mengutusnya memanggil Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. setelah itu, Abu Thalib berkata kepadanya: “Sesungguhnya Bani Pamanmu (Quraisy) mengatakan, bahwa engkau telah menyakiti mereka di majlis-majlis dan tempat ibadah mereka. (Maka) berhentilah dari menyakiti mereka”.

Mendengar ungkapan pamannya ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendongakkan pandangannya ke langit sambil berkata: “Apakah kalian melihat matahari itu?”

Mereka menjawab, ”Ya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi: “Aku tidak mungkin mampu meninggalkan hal itu (dakwah Islam, Red.), walaupun kalian dapat mengambil cahaya dari matahari tersebut”.

Melihat kekokohan kemenakannya, maka Abu Thalib pun berkata: “Demi Allah! Kemenakanku tidak berdusta, maka kembalilah kalian!”[2]

Penyiksaan

Musyrikin juga menggunakan cara kekerasan, yakni dengan menyiksa para pengikut Islam yang lemah, yakni mereka yang tidak memiliki kabilah pelindung, seperti Bilal bin Rabah, Sumayyah, Amr bin Yasir, Yasir, dan lain-lain. Mereka menghadapi penyiksaan yang demikian keras, bahkan Yasir dan Sumayyah gugur syahid.

Gelombang penindasan yang  semakin dahsyat mendorong Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammembolehkan orang-orang yang lemah untuk menampakkan ‘kemurtadan’. Said bin Jubair berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Abbas, ‘Apakah orang-orang musyrikin melancarkan siksaan kepada para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai siksaan itu membolehkan mereka untuk ‘meninggalkan’ agama mereka?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘Ya demi Allah. Sesungguhnya orang-orang musyrik memukuli salah seorang mereka, setelah tidak diberi makan dan minum, sampai tidak bisa duduk akibat siksaan itu dan (terpaksa) memberikan apa yang mereka inginkan yaitu fitnah. Sampai mereka berkata kepadanya, ‘Lata dan Uzza adalah tuhanmu selain Allah?’ Ia menjawab, ‘Ya’ Sampai ketika ada kumbang melintas, mereka bertanya kepadanya, ‘Apakah kumbang ini ‘tuhanmu selain Allah?’ Ia menjawab, ‘Ya’.”

Salah seorang sahabat yang mendapat siksaan dahsyat adalah Ammar bin Yasir, sehingga saat orang-orang musyrik memaksanya untuk mencela Rasulullah dan memuji Lata dan Uzza, ia pun melakukannya. Maka turunlah firman Allah, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)…” (Q.S. An-Nahl: 106)

Rasulullah bersabda kepada Ammar bin Yasir, “Bagaimana kamu dapati hatimu?” Ammar menjawab, “Dalam keadaan tenang dengan keimanan.” Sahut Nabi saw, “Jika mereka kembali (menyiksamu) maka ulangilah lagi (sikapmu).”[3]

Hijrah pertama ke Habasyah

Karena semakin kerasnya siksaan dan penghinaan akhirnya Nabi memerintahkan sebagian sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Ada sekitar 15 orang sahabat yang berhijrah, diantaranya adalah Utsman bin Affan dan Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pergi pada bulan Rajab tahun ke 5 bi’tsah dengan cara menyewa kapal laut.

Umar dan Hamzah Masuk Islam

Dalam keadaan tertekan seperti itu kaum muslimin mendapat kegembiraan dengan masuk Islamnya dua orang kuat: Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Upaya Penumpasan Dakwah Islam Terus Berlanjut

Musyrikin Quraisy terus menyebarkan tuduhan dan berita-berita bohong tentang Islam. Contoh: menyebut Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang gila[4], penyihir[5], pendusta[6], melontarkan tuduhan terhadap Al-Qur’an sebagai kumpulan dongeng orang-orang terdahulu dan bukan berasal dari Allah[7], peramal, dukun, dll).

Ibrah (Pelajaran Penting):

  1. Fitnah berupa penentangan, tuduhan, ancaman, dan siksaan; juga bujuk rayu dunia adalah sunnatullah di dalam dakwah. Ia adalah ujian keimanan dari Allah Ta’ala,

الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)


“Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 1-3)

  1. Pada fase gerakan dakwah belum memiliki kekuatan, tidak ada langkah yang patut diambil kecuali bersabar menanggung siksaan dan penindasan. Gerakan dakwah tidak melakukan upaya perlawanan bukan karena mereka penakut. Namun siyasatu dakwah (politik dakwah) pada saat itu memang tidak menghendaki adanya perlawanan yang hanya akan menyebabkan musnahnya ‘benih-benih dakwah’ secara keseluruhan. Kesabaran kaum muslimin  menanggung siksaan dan penindasan ini tiada lain agar dakwah ini tetap hidup dan berkembang, walaupun harus terhambat sementara waktu oleh deraan badai kebencian.

Wallahu A’lam.

[1]  Riwayat ini disampaikan Ibnu Hisyam dari riwayat Ibnu Ishaq tanpa sanad periwayatan.
[2]  Syaikh al Albani dalam kitab Shahih as-Sirah an-Nabawiyah, hlm. 143 mengatakan: “Hadits ini telah dikeluarkan al Hakim dalam al Mustadrak (3/577) dari sisi lain, yang tidak sama dengan riwayat al Baihaqi ini. Dan dalam sanadnya terdapat Thalhah bin Yahya dari Musa bin Thalhah dari Aqil. Sanadnya hasan sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab ash-Shahihah, 92. Adapun hadits yang berbunyi: ‘Wahai pamanku! Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku …,’ tidak saya sampaikan disini, kerena (riwayatnya) lemah walaupun sangat masyhur. Tentang lafazh ini telah dijelaskan dalam kitab ad-Dhaifah, 913”.
[3]  Lihat: Manhaj Haraki, hal. 68 – 70
[4]  Lihat: QS. Al-Hijr, 15: 6, Al-Qalam, 68: 2 dan 51
[5]  Lihat: QS. Shad, 38: 4 dan Al-Furqan, 25: 8
[6]  Lihat: QS. Al-Furqan, 25: 4
[7]  Lihat: QS. Al-Furqan, 25: 5 dan An-Nahl, 16: 103




No comments:

Post a Comment