Friday, June 29, 2018

Nabi Ya'qub as dan nabi Yusuf as

Dia adalah Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim. Ibunya bernama Rifqah binti Bitwail, anak dari saudara Ibrahim. 

Ya'qub sangat dikasihi oleh ibunya. Ketika Ishak memanggil Ya'qub  -sementara ia menganggapnya sebagai 'Aishu- Aishu pun datang dibalut amarah. Karena Rifqah khawatir bila Aishu berlaku kasar kepada Ya'qub, ia lalu menyuruhnya pergi menemui pamannya, Laaban di Faddan Arom. Di sana ia tinggal dan melayani pamannya sebagai mahar untuk menikahi putrinya, Rahil. Tapi pamannya ingin menikahkannya dengan putrinya yang lain bernama Layya yang tidak diinginkan oleh Ya'qub. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada pamannya. Pamannya kemudian berkata, "Kalau begitu, engkau harus melayaniku selama 10 tahun berikutnya untuk menikahkanmu dengan Rahil." Ya'qub setuju dengan kesepakatan itu. Ia juga menikahi dua budak wanitanya, Zulfa dan Bilha. Dari istri-istrinya itulah lahir seluruh putranya di Faddang Arom selain Benyamin. Ia kemudian datang ke Palestina dengan harta dan kenikmatan yang sangat banyak. Ia lalu menghadiahkan sebagian harta miliknya kepada saudaranya walau ia masih takut bila saudaranya itu berlaku jahat kepadanya. Tapi Aishu menerima kedatangannya dengan baik[1].

Putra-putra Ya'qub
Nabi Ya'qub as. Memiliki 10 anak laki-laki. Mereka adalah, Roubin, Syam'un, Lawi, Yahudza, Yasakir dan Zabulon. Keenam anak nabi Ya'qub berasal dari istrinya, Layya, putra pamannya Laaban. Adapun Yusuf dan Benyamin, berasal dari istri keduanya Rahil, yang juga adalah putri pamannya, Laaban, atau adik dari Layya[2]. Laban lalu memberi dua wanita budak kepada kedua putrinya yang telah dinikahi oleh Nabi Ya'qub. Budak pertama bernama Bilha diberikan kepada Rahil, dan kedua bernama Zulfa yang diberikan untuk Layya. Kedua budak wanita itu lalu dinikahi oleh Nabi Ya'qub dan masing-masing melahirkan dua orang anak. Dari Bilha lahir Naftali serta Dan, sementara dari Zulfa lahir Jad dan Asyir. Seluruh anak tersebut di atas lahir ketika ia masih di Faddan Arom menggembalakan kambing-kambing pamannya Laaban sebagai mahar pernikahannya dengan kedua putrinya, Layya dan Rahil. Ia lalu membawa keduanya bersama putra-putranya –juga kambing-kambing pamannya sebagai upah kerjanya selama setahun- ke bumi Kan'an. Kecuali Benyamin yang lahir di Kan'an. Selanjutnya kita akan mengetahui kisah Ya'qub dengan Yusuf as.

Nabi Yusuf as.
A. Tujuan Kognitif yang Diharapkan dapat diperoleh dengan mempelajari kisah ini:
1.     Peserta mampu menyebutkan nasab Nabi Yusuf as.
2.     Peserta mampu menyebutkan hukum syariat dalam menggabungkan sebuah hukum dalam pemerintahan yang tidak menerapkan hukum Islam.
3.     Peserta mampu menjelaskan pengaruh dari lingkungan dimana Yusuf tumbuh semasa hidupnya.
4.     Peserta mampu menjelaskan nilai meminta dan memberi maaf kepada orang lain.
5.     Peserta mampu memetik manfaat dari kebersihan jiwa seorang pemuda.
6.     Peserta mampu menjelaskan alasan Nabi Yusuf meminta kekuasaan.
7.     Peserta mampu menilai keutamaan bersyukur kepada Allah Ta'ala atas nikmat-Nya.
8.     Peserta mampu menyebutkan syarat-syarat yang dimiliki Nabi Yusuf sehingga ia layak dengan kedudukan tersebut.
9.     Peserta mampu meringkas kisah Nabi Yusuf as.
10.  Peserta mampu memetik pelajaran dan bimbingan dari kisah Nabi Yusuf as.
11.  Peserta mampu menjelaskan secara ringkas sebab-sebab hak persaudaraan Yusuf as.
12.  Peserta mampu menerangkan urgensi dan pentingnya kebebasan bagi setiap individu dan masyarakat.
13.  Peserta mampu membandingkan antara lingkungan dimana Yusuf tumbuh dengan rumah al-'Aziz
14.  Peserta mampu menjelaskan urgensi akal dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
15.  Peserta mampu menjelaskan nilai dari cobaan dalam mentarbiyah setiap individu, seperti dalam menghadapi berbagai kesulitan.

B. Tujuan Psikomotorik
1.     Peserta memiliki respon yang baik dalam membaca kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur'an al-Karim.
2.     Peserta memuji sifat 'iffah Nabi Yusuf as.
3.     Mencontoh dan meneladani Nabi-nabi Allah yang mulia
4.     Peserta membenci berbagai konspirasi, sifat dusta dan khianat.
5.     Peserta lebih mengutamakan untuk menolong orang-orang yang teraniaya dan melakukan pembelaan untuk mereka.
6.     Peserta memberi aprisiasi sangat tinggi atas keteguhan Nabi Yusuf menghadapi bujukan dan godaan hawa nafsu.
7.     Peserta menyebarluaskan masyarakat yang rusak dan tidak membantu terjadinya kejahatan dan kerusakan.
8.     Mendukung diangkatnya orang-orang shalih menangani berbagai masalah.
9.     Bersungguh-sungguh dalam memohon bantuan kepada Allah, khususnya pada waktu yang sulit.
10.  Lebih mengutamakan redha Allah Ta'ala daripada redha selain-Nya.
11.  Mampu memikul beban ujian di atas jalan Allah Ta'ala.

Tujuan Keterampilan:
1.     Membaca kisah Yusuf as. dengan penuh kesadaran
2.     Mendengar dengan seksama ketika surat Yusuf dibaca.
3.     Berbicara tentang peran akhlak terpuji dalam menegakkan kemuliaan umat.
4.     Berbicara tentang kepemimpinan yang bijaksana dalam menyelamatkan umat dari kebinasaan.
5.     Berbicara tentang urgensi persamaan di antara ikhwah dalam berinteraksi.
6.     Menulis makalah tentang sarana untuk menangkal kerusakan akhlak pada sebagian wanita.
7.     Menulis makalah tentang sifat-sifat seorang hakim muslim yang mencintai agamanya dan tulus melayani rakyatnya.
8.     Mempelajari kisah Nabi Yusuf as. dalam beberapa tafsir outentik.

Muatan Ilmiah
Nasab atau Garis Keturunannya
Beliau adalah Nabi Allah Yusuf bin Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim, sang kekasih Allah Azza wa Jalla. Beliau adalah Nabi, putra seorang Nabi, putra Nabi dari  putra Nabi. Dalam shahih Bukhari, Rasullah saw. ditanya tentang manusia paling mulia. Beliau berkata, Yusuf Nabi Allah, putra nabi Allah, putra nabi Allah, putra sang kekasih Allah[3]."

Nabi Yusuf as. adalah salah satu Nabi dari bani Israil. Allah Azza wa Jalla menurunkan satu surat khusus dalam Al-Qur'an al-Karim terkait dengan beliau, agar setiap orang dapat mentadabburi isi dan kandungannya berupa hukum, nasehat dan etika.

Kami telah menyebutkan sebelumnya tentang Nabi Ya'qub, ayah Yusuf as., bahwa dia berasal dari tanah Kan'an, bumi Palestina. Memiliki 12 anak, dan yang paling mulia dan agung di antara mereka adalah Yusuf as. Yusuf dan saudaranya, Bunyamin berasal dari satu ibu bernama Rahil. Kematian sang ibu saat keduanya masih kecil, membuat Ya'qub sangat kasih pada keduanya. Sebab kedua kecintaan Ya'qub kepada Yusuf, karena ia melihat pada diri putranya tanda kemuliaan dan kecerdasan, dan masa depan cemerlang dan keagungan dari sisi Allah Ta'ala.

Kisah Yusuf as. dimulai ketika dalam tidurnya –saat masih kecil sebelum memasuki usia balig- ia menyaksikan sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya. Ia lalu menceritakan mimpi tersebut kepada ayahnya. Dari situlah Ya'qub mengetahui bahwa putranya kelak akan mendapat kedudukan yang tinggi, mulia dan agung di dunia dan akhirat, dimana kedua orang tua dan saudara-saudaranya akan tunduk kepadanya. Ia lalu mengingatkan putranya agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak iri dan membuat tipu daya kepadanya.
Al-Qur'an yang mulia menunjukkan hal ini dalam firman Allah Azza wa Jalla:
إذ قال يوسف لأبيه يا أبت إني رأيت أحد عشر كوكبا والشمس والقمر رأيتهم لي ساجدين   قال يا بني لا تقصص رؤياك على إخوتك فيكيدوا لك كيدا إن الشيطان للإنسان عدو مبين

"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.  Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS. Yusuf: 4-5)

Ketika saudara Yusuf merasakan bahwa cinta ayah mereka terlampau berlebihan kepada Yusuf dan saudaranya Benyamin, mereka pun iri pada keduanya. Mereka bahkan berkata, "Sesungguhnya ayah kita berada dalam kesesatan yang nyata." Mereka lalu berembuk untuk menyingkirkan Yusuf. Apakah dengan membunuhnya atau membiarkannya berada di atas padang pasir agar dimangsa binatang buas. Tapi kakak mereka yang paling besar, Yahudza menyarankan agar mereka tidak membunuhnya, tapi cukup dengan melemparkan Yusuf ke dasar sumur pada sebuah jalan yang sering dilalui oleh kafilah dagang. Mungkin saja mereka menemukan dan mengambilnya ketika menimba air disumur itu.
Setelah sepakat dengan saran itu, mereka lalu menemui ayah mereka dan bertanya, "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya  kami adalah  orang-orang yang mengingini kebaikan baginya." Mereka lalu meminta agar memperknankan Yusuf keluar bersama mereka untuk menggembala ternak, bermain dan bersenang-senang. Ayah mereka menjawab, "Sangat berat bagiku bila ia keluar bersama kalian. Karena saya khawatir ia dimangsa srigala, sementara kalian lalai padanya."

Mereka kemudian berusaha menentramkannya dan berkata, bahwa kekhawatiran ayahnya itu tidak mungkin terjadi, karena selain jumlah mereka yang banyak, mereka juga akan selalu menjaga dan mengawasinya." Nabi Ya'qub akhirnya mengizinkan mereka membawa. Ketika mereka keluar bersamanya, mereka pun menjalankan rencana tersebut dengan membuang Yusuf ke dalam sumur. Mereka lalu membiarkannya di sana dan pulang ke rumah pada sore hari sebagaimana kebiasaan mereka.

Mereka lalu menemui ayahnya sambil menangis dan berkata, "Wahai ayah kami. Waktu itu kami sedang berlomba lari dan meninggalkan Yusuf bersama barang-barang kami. Ketika selesai dan kembali ke tempat kami, kami sangat terkejut karena seekor srigala telah memangsanya. Buktinya adalah, bahwa baju ini berlumur darah." Tapi baju tetap utuh dan tidak koyak. Akhirnya ayahnya mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar, dan apa mereka sampaikan bahwa Yusuf dimakan srigala adalah cerita dusta yang dibuat-dibuat. Bagaimana mungkin ia dimangsa srigala sementara bajunya tidak sobek? Namun Nabi Ya'qub tetap bersabar seraya memohon pertolongan kepada Allah atas tipu daya dan makar yang mereka lakukan[4].

Adapun Yusuf yang dibuang ke dasar sumur, maka Allah Ta'ala telah menggiring kafilah dagang kepadanya. Seorang dari mereka lalu diutus untuk mengambil air di sumur. Ketika ia memasukkan timba ke dalam sumur dan mengangkatnya kembali, Yusuf pun bergelantungan di timba tersebut dan berhasil ke luar dari sumur. Ketika orang itu melihat seorang anak bergelantungan di timba, ia pun berteriak, "Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!" mereka lalu mengambilnya dan berkata kepada manusia bahwa Yusuf sebelumnya adalah seorang budak yang mereka bawa untuk dijual.

Ketika saudara-saudara Yusuf mengetahui kafilah yang mengambil Yusuf, mereka segera menyusul dan berkata, "Ini adalah sahaya milik kami, dan biarkan ia bersama kami." Mereka akhirnya membelinya dengan harga murah, lalu membawanya ke Mesir dan menjualnya disana kepada seorang pembesar Mesir bernama Qitfir bin Ruhaib. Dia adalah menteri yang bertanggung jawab terhadap gudang kekayaan Mesir yang ketika itu dipimpin seorang raja bernama ar-Royyan bin al-Walid. Seseorang dari yang berasal dari masyarakat negeri tersebut.

Pembesar Mesir ini lalu berkata kepada istrinya, " "Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita angkat ia sebagai anak."  Adapun nama istri pembesar itu adalah Ra'il, dan ada yang berkata, Zulaikha. Ia pun melayani Yusuf dengan baik membuatnya hidup dalam rumah pembesar Mesir itu dengan tenang, gembira dan bahagia. Allah Ta'ala kemudian mengajarkan padanya berbagai pengetahuan sebagai bekal baginya untuk derajat kenabian. Ilmu yang diajarkan kepadanya mengenai pemahaman terhadap berbagai situasi dan menyingkap arti mimpi. 

Ketika ia sampai pada usia dewasa –atau empat puluh tahun, menurut sebagian besar pendapat- Allah memberinya hikmah dan ilmu. Sehingga ia menjadi salah satu ulama yang arif bijaksana[5].

Kehidupan damai dan tenang yang selama ini dirasakan oleh Nabi Yusuf, ternyata tidak berlangsung lama, karena istri al-Aziz jatuh cinta padanya dan tak dapat menyembunyikan di hadapannya. Ia lalu meminta kepada nabi Yusuf agar mau berzina dengannya. Namun Yusuf menolak, dan Allah Azza wa Jalla melindunginya dari perbuatan keji itu. Ketika istri pembesar itu meminta kembali, Yusuf lalu berusaha menghindar dan berlari menuju pintu. Wanita itu pun mengeja dan menarik baju Yusuf hingga sobek. 

Saat itu pula suaminya tiba dan berdiri di pintu. Istrinya yang tidak menduga kehadiran suaminya segera menampakkan diri sebagai wanita yang bersih dan menuduh bahwa Yusuf yang ingin berbuat keji padanya. Yusuf berkata, "Dialah yang justru menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)". Allah Azza wa Jalla lalu menampakkan kekuasaan-Nya di hadapan pembesar itu bahwa Yusuf berlepas diri dari kekejian itu, ketika seorang bayi yang berada di dekat lokasi itu dapat berbicara dan memberi kesaksian bahwa apabila baju Yusuf sobek di depan, maka wanita itulah yang benar, dan bila bajunya sobek di belakang, maka wanita itu dusta, dan Yusuf terbebas dari tuduhan keji yang dilontarkan wanita tersebut.

Takkala suaminya melihat baju Yusuf sobek di belakang, ia pun tahu bahwa istrinya dusta dan Yusuf benar. Namun ia ingin agar peristiwa ini tidak menyebar. Ia lalu berkata kepada Yusuf, "Jangan ceritakan peristiwa ini kepada siapa pun." Dan kepada istrinya ia berkata, "Bertaubatlah atas dosa yang engkau lakukan, sesungguhnya engkau termasuk orang yang bersalah."[6]

Ternyata peristiwa memalukan ini tidak dapat ditutupi dan akhirnya diketahui oleh sejumlah wanita pembesar dan menteri lainnya. Mereka pun memperbincangkan hal ini, dan mencela istri al-Aziz atas perbuatan keji yang seharusnya tidak pantas ia lakukan. Ketika istri al-Aziz tahu bahwa kasus tersebut telah merebak luas, ia pun mengundang mereka hadir pada sebuah pesta di rumahnya. Dalam jamuan itu istri al-Aziz menyiapkan buah-buahan dan pisau. Ketika para tamu undangannya sedang mengupas buah, ia lalu menyuruh Yusuf masuk menemui tamu-tamu tersebut. Ketika mereka melihat ketampanan dan keelokan wajah Yusuf, mereka pun takjub dan kagum sehingga tanpa sadar tangan mereka terluka oleh pisau.

Ketampanan wajah Yusuf seakan menyihir mereka, hingga mereka berkata, "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." Saat itulah wanita pembesar tersebut berkata kepada mereka, "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya," Ia pun mengakui bahwa dialah yang menggoda Yusuf, namun Yusuf menolak dan menjaga diri. Apabila ia tidak melakukan apa yang saya inginkan darinya, niscaya ia akan dipenjarakan dan termasuk orang-orang yang hina.
Para wanita itu lalu berkata kepada Yusuf agar mematuhi perintah tuannya. Namun Yusuf menolak seraya berlindung kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar Ia singkirkan darinya tipu daya wanita istri al-Aziz dan kawan-kawannya. Yusuf memohon, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya penjara lebih aku sukai daripada yang mereka inginkan dariku." Allah Azza wa Jalla akhirnya mengabulkan doa Yusuf dan menyingkirkan darinya tipu daya istri al-Aziz dan kawan-kawannya.

Al-Azis dan istrinya akhirnya memenjarakan Yusuf selama masa tertentu, agar semakin sedikit orang yang berbicara tentang kasus tersebut. Dan agar tampak di hadapan manusia bahwa Yusuflah yang telah menggoda istri al-Aziz dan di penjara karena itu. Mereka pun memenjarakannya secara zalim dan aniaya[7].

Ketika Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, dua orang pemuda juga di penjara bersamanya yang bekerja sebagai pegawai raja. Pemuda pertama bertugas menyediakan minuman dan yang kedua membuat roti untuk raja. Kedua pemuda tersebut dijebloskan ke penjara karena dituduh telah melakukan tindakan kejahatan. Pada suatu malam, kedua pemuda ini bermimpi. Pemuda yang bekerja menyediakan minum raja melihat dirinya sedang memerah khamer dan menyediakannya untuk tuannya. Sementara yang lain melihat dirinya membawa nampan keranjang berisi roti di atas kepalanya. Lalu burung-burung berdatangan dan memakan roti tersebut.

Ketika melihat Yusuf berada di dalam penjara dan mengetahui sejarah perjalanannya, mereka pun kagum padanya atas sikap istiqamah yang dimilikinya. Mereka lalu bertanya kepadanya tentang arti mimpi mereka. Yusuf pun menafsirkan mimpi keduanya, yang kesimpulannya adalah, bahwa yang bekerja menyediakan minuman raja, tak lama lagi ia akan bebas dan keluar dari penjara serta kembali kepada pekerjaannya semula. Adapun pemuda kedua, maka tuduhan itu akan ditetapkan atasnya, sehingga ia akan dihukum jilid dan burung-burung akan berdatangan memakan bangkai tubuhnya dari kepalanya. Melalui tafsiran mimpi itu, Yusuf mengajak keduanya agar beriman dan mentauhidkan Allah Ta'ala, karena tak ada manfaat sedikit pun dalam menyembah patung dan berhala[8].

Ketika pemuda yang bekerja sebagai pembuat minuman raja itu keluar dari penjara, Yusuf lalu meminta kepadanya agar menyebutkan perkaranya dan kezaliman yang ia alami di hadapan raja. Semoga raja mencabut tuduhan tersebut sehingga ia dapat bebas dan keluar dari penjara. Namun pemuda itu lupa tentang Yusuf dan tidak menyebutkannya sedikit pun di hadapan raja. Sehingga Yusuf tinggal cukup lama di dalam penjara. Ada yang berkata selama tujuh tahun atau lebih[9]

Beberapa tahun kemudian, raja yang memerintah Mesir ketika itu; ar-Rayyan bin al-Walid melihat dalam mimpinya tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, dan ia juga melihat tujuh bulir gandum yang hijau dimakan oleh tujuh tangkai bulir gandum kering. Ia lalu bertanya kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya dan yang memiliki pengetahuan tentang mimpi tersebut. Namun mereka hanya berkata, "Ini adalah mimpi yang kacau dan kosong, dan kami tidak memiliki pengetahuan tentang tafsir mimpi."[10]

Ketika itulah pemuda yang bekerja sebagai penyedia minuman raja mengingat Yusuf, dan dialah orangnya yang mampu menafsirkan mimpi tersebut. Ia lalu berkata kepada raja dan pengawalnya, "Saya sampaikan padamu orang yang mengetahui tafsir mimpi itu. Bawalah saya menemui Yusuf." Orang itu dibawa menemui Yusuf. Ketika tiba di hadapannya, ia pun menanyakan tentang mimpi itu, dan Yusuf dapat menafsirkannya, yang kesimpulannya adalah, "Bahwa akan tiba masa tujuh tahun yang subur, dan setelah itu tujuh tahun berikutnya dilanda kekeringan, dan setelah itu tiba kembali tahun-tahun yang di dalamnya melimpah kebaikan."

Maka untuk menghadapi semua ini, hendaklah kalian menanam gandum selama tujuh tahun berturut-turut, dan apa yang kalian peroleh dari hasil panen itu kalian simpan di dalam lumbung penyimpanan, kecuali sedikit yang khusus untuk kalian makan. Karena setelah itu akan datang tujuh masa berikutnya dimana negeri ini dilanda kekeringan, sehingga kalian dapat makan dari apa yang pernah kalian simpan dahulu[11].

Ketika raja mengetahui keluasan ilmu dan kecerdasan Yusuf as., pendapat dan pemahamannya yang kuat tepat, ia pun memerintakan pegawainya untuk mengeluarkannya dari penjara dan menyuruhnya menghadap ke hadapannya, agar ia dapat menganggkatnya sebagai pembantu istimewa baginya. Ketika utusan raja datang menemuinya dan menyampaikan padanya titah raja, ia berkata tidak akan keluar dari penjara sehingga menjadi jelas bagi setiap orang tentang kasus yang dihadapinya, bahwa ia dipenjara secara zalim dan aniaya. Dan sesungguhnya ia berlepas diri dari apa yang dituduhkan kepadanya.

Karena itu pula, ia meminta kepada utusan tersebut untuk kembali kepada raja dan meminta kepadanya agar bertanya kepada para wanita, kawan-kawan istri dari al-Aziz tentang penyebab yang membuatnya dijebloskan ke dalam penjara. Para wanita itu pun memberikan kesaksian perihal kebersihan Yusuf. Ketika raja bertanya tentang hal tersebut, mereka pun mengakuinya bahwa Yusuf tidak terkait dengan tuduhan itu, dan istri al-Aziz itulah yang menggoda dan memintanya melakukan kekejian namun Yusuf menolak dengan tegas permintaannya. Karena itu ia dijebloskan ke dalam penjara.

Ketika istri al-Aziz menyaksikan realitas yang terjadi di hadapannya, ia akhirnya mengaku salah dan berkata, "Sekarang kebenaran sudah jelas. Sayalah yang menggodanya agar menundukkan dirinya kepadaku, dan sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang jujur." Yusuf berkata, "Yang saya inginkan dari proses investigasi ini adalah, agar al-Aziz mengetahui bahwa saya tidak berkhianat kepadanya pada istrinya ketika ia tak ada. Karena sesungguhnya Allah tidak meredhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Yusuf lalu menambahkan, "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku."[12]

Ketika jelas bagi raja bahwa Yusuf bersih dari semua tuduhan itu setelah proses invetigasi selesai, ia berkata, "Bawalah dia kemari, dan angkatlah ia sebagai salah satu dari pembesar negaraku dan pembantu istimewaku." 

Takkala Yusuf datang dan berbicara dengannya, semakin jelas bagi raja perihal yang sebenarnya. Ia lalu berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". Yusuf berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan". Maksudnya adalah, "Jadikanlah saya sebagai penanggung jawab gudang-gudang tempat penyimpanan makanan yang masuk untuk negeri ini sebagai perbekalan untuk rakyat. Karena saya tahu bagaimana menjaga dan mendistribusikannya secara adil."

Hati raja menjadi lapang mendengar ucapan tersebut. Ia juga merasa tenang dengan sifat amanah dan kebaikan prilakunya. Raja lalu mengangkat Yusuf sebagai penanggung jawab manajemen gudang logistik dan ia pun bebas bepergian ke seluruh penjuru negeri Mesir. Jalan kemana yang ia sukai sebagai orang terhormat dan dimuliakan. Ada yang berkata bahwa, tak lama kemudian al-Aziz Qithfiir meninggal dunia, raja lalu mengangkat Yusuf sebagai penggantinya dan menikahkannya dengan istrinya, Zulaikha. Ia pun menjadi menteri yang jujur sebagai kepercayaan raja.[13]

Ketika Yusuf diangkat sebagai pejabat, apalagi sebagai penanggung jawab logistik rakyat dimana masa sulit dan musim kering tiba, saudara-saudara Yusuf pun datang ke Mesir untuk mengambil persediaan makanan. Ketika mereka masuk menemui Yusuf, ia pun mengetahuinya bahwa mereka adalah saudara-saudaranya. Tapi mereka tidak mengenal bahwa Yusuf kini berdiri di hadapan mereka. 

Mereka lalu meminta bekal makanan kepadanya. Yusuf kemudian bertanya tentang kondisi dan jumlah mereka. Mereka berkata, "Jumlah kami sebelumnya dua belas orang. Seorang dari kami lalu pergi dan tinggallah saudara kandungnya bersama ayah kami." Ketika Yusuf memberi persediaan makanan sebagaimana yang ia berikan kepada yang lain, yaitu seberat beban seekor unta untuk setiap orang, ia berkata, "Bila kalian datang lagi kemari tahun depan, kalian harus datang bersama saudara yang kalian tinggalkan bersama ayah kalian. Tidakkah kalian melihat bahwa saya menjamu kalian dengan baik sebagai tamu? Bila kalian tidak datang bersamanya kelak, maka saya takkan memberi persediaan makanan seperti ini kepada kalian, dan janganlah kalian sekali-kali mendekat kepadaku."

Mereka lalu berjanji akan berbicara dengan ayah mereka tentang hal itu, dan kelak mereka akan datang bersama saudaranya yang lain, insya Allah. Ketika mereka hendak pulang kembali, Yusuf berkata kepada para pembantunya, "Masukkan kembali ke dalam karung makanan mereka apa yang mereka bawa untuk harga makanan itu, sebagai jaminan bahwa tahun depan mereka kembali bila mereka mengetahui bahwa harga dari makanan yang harus mereka bayarkan ternyata dikembalikan[14]."

Setelah sampai di rumah, mereka lalu meminta kepada ayahnya agar saudara mereka yang paling kecil, Bunyamin saudara Yusuf, dibiarkan ikut bersama mereka kelak. Bila mereka tidak membawanya, maka tahun depan mereka takkan diberikan bahan makanan. Ayahnya berkata, "Saya tidak mungkin membiarkannya pergi bersama kalian sehingga kalian memberikan janji tegas bahwa kalian akan membawanya kembali pulang kemari dengan selamat. Kecuali bila kalian dibelit sebuah masalah yang membuat kalian tidak dapat membawanya pulang."

Ketika anak-anak Nabi Ya'qub as. Membuka harta bawaan mereka, mereka pun terkejut karena menemukan barang-barang yang seharusnya mereka berikan kepada Yusuf sebagai harga dari bahan makanan yang mereka peroleh. Mereka lalu berkata, "Wahai ayah kami, apa yang dapat kami lakukan dari kebaikan yang dilakukan kepada kami? Bila kami membawa saudara kami kelak, niscaya kami akan mendapatkan bahan makanan, sebagaimana yang kami peroleh tahun ini. Dan itu adalah bagian untuk saudara kami bila membawanya kelak."[15]

Pada tahun berikutnya, saudara-saudara Yusuf pun datang bersama Benyamin, saudara kandung Yusuf. Mereka lalu masuk menemui Yusuf untuk meminta bahan makanan. Ketika Yusuf melihat saudaranya, ia segera mengajaknya pergi dan mengatakan padanya bahwa dia adalah saudaranya. Ia berusaha menenangkannya dan berkata, "Jangan sedih dengan perlakuan saudara-saudaramu itu kepadamu." Yusuf menyampaikan semua itu secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh saudara-saudaranya yang lain.

Yusuf kemudian merancang strategi agar ia dapat mengambil saudaranya dari mereka. Ia lalu menyuruh pegawainya agar menyimpan sukatan –wadah buat menakar makanan- dengan sembunyi-sembunyi ke dalam karung makanan milik saudaranya, Benyamin. Ketika mereka hendak pulang, ia lalu memerintahkan seseorang menyeru mereka, "Wahai rombongan, sesungguhnya kalian telah mencuri." Saat mendengar tuduhan tersebut, mereka segera menemui orang yang berteriak itu dan berkata, "Kalian kehilangan apa?" Mereka menjawab, 'Kami kehilangan sukatan milik raja, dan barang siapa yang mengembalikannya kepada kami, maka baginya makanan sebanyak beban seekor onta, dan kami menjamin itu untuknya."

Mereka berkata, "Demi Allah, kami datang kesini meninggalkan negeri kami bukan untuk mencuri atau melakukan kerusakan." Pembantu raja berkata, "Lalu apa balasan bagi orang yang kami temukan sukatan raja padanya?" mereka berkata,  "Siapa pun yang engkau temukan dari kami telah mengambil sukatan milik raja, maka engkau berhak menahannya, dan mengambilnya sebagai budak sahaya." Seperti itulah aturan yang berlaku ketika itu.

Setelah mereka dengan tegas menyatakan hal itu, mereka lalu memeriksa barang bawaan mereka. Para pembantu Yusuf memeriksa barang bawaan mereka satu persatu. Ketika memeriksa barang milik Benyamin, mereka pun menemukan sukatan pada barang bawaan miliknya. Yusuf akhirnya mengambil saudaranya sendiri, Benyamin sebagai dasar atas aturan yang mereka buat. Andai bukan karena itu, niscaya Yusuf takkan mungkin mengambil saudaranya ke dalam aturan raja. Karena syariat yang berlaku ketika itu di Mesir adalah, barang siapa yang ditemukan mencuri, maka dia harus dipukul dan didenda dua kali lipat atas apa yang ia curi.

Ketika mereka menyaksikan sukatan raja dikeluarkan dari barang milik Benyamin, mereka berkata, "Bila ia mencuri, maka saudaranya dahulu juga pernah mencuri." Maksudnya adalah Yusuf. Konon Yusuf pernah mencuri patung kakek dari ibunya, dan memecahkannya. Ketika mereka berkata demikian, dalam hati Yusuf berkata, "Bahkan kedudukan (sifat-sifat) kalian lebih buruk di sisi Allah, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan itu". Mereka lalu berusaha meminta keringanan, yaitu dengan membiarkan Benyamin pergi dan mengambil seorang dari mereka sebagai gantinya, karena ia memiliki seorang ayah yang sudah sepuh. Namun Yusuf menolak, dan berkata, "Kami tidak mungkin mengambil dan menahan orang yang tidak bersalah dan membiarkan pelakunya bebas. Bila kami melakukan itu, niscaya kami termasuk orang yang zalim[16]."
Saat mereka mulai putus asa untuk membawa Benyamin pulang, mereka akhirnya keluar meninggalkan Yusuf. Mereka lalu berkumpul dan berembuk. Saudara mereka yang paling tua, Roubil berkata, "Tidakkah kalian tahu bahwa ayah kalian, Ya'qub telah mengambil perjanjian di antara kalian agar menjaga Bunyamin dan mengembalikannya kepadanya. Lalu bagaimana kita dapat pulang menemui ayah kita tanpa dirinya. Karena itu saya takkan meninggalkan Mesir untuk kembali ke Palestina, kecuali bila ayah mengizinkanku kembali ke sana, atau Allah mudahkan bagiku untuk mendapatkan saudaraku, Bunyamin.

Raobil lalu berkata kepada mereka, "Pulanglah kalian menemui ayah, dan katakan padanya bahwa Bunyamin telah mencuri, dan kami melihatnya dengan mata kepala kami sendiri, dan sesungguhnya kami tidak tahu hal yang gaib. Bila dia tidak percaya, maka biarlah dia bertanya kepada penduduk Mesir yang mengetahui peristiwa itu, atau bertanya kepada kafilah dagang yang pulang bersama kalian. Karena sesungguhnya kami termasuk orang yang jujur."

Mereka pun kembali dan menjelaskan semua itu kepada ayah mereka. Tapi Nabi Ya'qub as. tidak percaya dengan semua itu, karena mereka pernah melakukan hal yang sama terhadap Yusuf dengan mengatakan bahwa ia dimakan srigala. Ya'qub berkata kepada mereka, "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu.  Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).  Mudah-mudahan Allah mendatangkan padaku Yusuf, Benyamin dan Raobil semuanya." Ia lalu meninggalkan mereka dan berkata, "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena sedih berpisah dengannya. 

Ya'qub kembali berkata kepada anak-anaknya, "Wahai anak-anakku! Kembalilah kalian ke Mesir. Carilah Yusuf dan saudaranya Benyamin. Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah selain orang yang kafir."[17]

Saudara-saudara Yusuf akhirnya kembali ke Mesir mencari tahu tentang Yusuf dan Benyamin. Mereka lalu menemui Yusuf as. saat ia berada kekuasaan yang mulia. Mereka berkata, "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan membutuhkan sesuatu yang sangat banyak. Sementara kami datang membawa barang-barang buruk yang takkan sepadan dengan apa yang engkau minta sebagai harga bahan makanan. Maka kami harap agar engkau membantu kami dan iba pada keadaan kami. Bersedekahlah untuk kami, berilah kami al-miirah yang banyak."

Mendengar ucapan mereka membuat Yusuf iba. Ia akhirnya menyingkap tentang dirinya dan berkata kepada mereka, "Apakah kalian masih ingat apa yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, Benyamin." Ketika mereka melihatnya dengan seksama, mereka pun mengetahuinya melalui wajahnya yang tampan. Mereka lalu berkata, "Bukankah engkau Yusuf?" Yusuf berkata, "Ya saya adalah Yusuf, dan ini saudaraku Benyamin yang telah melimpahkan karunia, kebaikan dan perlindungan-Nya kepada kami. Itu karena kami senantiasa taat dan bertakwa kepada-Nya, dan juga karena kesabaran kami atas apa yang kalian lakukan kepada kami. Dan sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik."

Betapa sangat malu saudara-saudara Yusuf mengetahui sosok yang ada di hadapan mereka. Mereka lalu berkata, "Demi Allah, Ia sungguh lebih mengutamakanmu daripada kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berdosa karena perbuatan yang telah kami lakukan." Yusuf berkata, "Sekarang tidak ada cercaan bagi kalian. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. Ambillah bajuku ini, pulanglah kalian dan letakkanlah ia di atas wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali. Lalu datanglah kalian kepadaku bersama keluarga kalian."[18]

Ketika mereka keluar meninggalkan Yusuf menuju Palestina –bersama baju Yusuf- dan sampai di tempat berteduh di Mesir, tiba-tiba angin bertiup membawa aroma baju Yusuf hingga tercium oleh ayahnya. Ya'qub segera tahu bahwa aroma tersebut adalah milik putranya, walau jarak tempuhnya tiga hari perjalanan atau lebih. Ya'qub lalu berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, "Saya mencium aroma Yusuf, bila saja kalian tidak menuduhku lemah akal." Mereka berkata,"Demi Allah, sesungguhnya kamu masih berada dalam kekeliruanmu yang dahulu, karena kecintaanmu yang terlampau berlebihan dan harapan untuk bertemu dengannya walau sangat tidak mungkin tercapai.".

Ketika mereka tiba di hadapan ayah mereka, Yahudza lalu mengambil baju Yusuf          dan meletakkan di wajah ayahnya. Seketika itu juga mata Nabi Ya'qub as. dapat melihat. Ia lalu berkata kepada anak-anaknya, "Bukankah saya pernah berkata kepada kalian bahwa saya mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui?" bahwa Allah akan menyatukanku kembali dengan Yusuf dan membuatku senang dan bahagia dengan kehadirannya. 

Saudara-saudara Yusuf lalu meminta kepada Ya'qub agar mendoakan mereka semoga Allah mengampuni perbuatan yang telah mereka lakukan dahulu kepadanya dan kepada Yusuf. Nabi Ya'qub as. berkata, "Saya akan memintakan ampun untuk kalian kepada Tuhanku, karena sesungguhnya Ia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ia lalu mendoakan mereka pada waktu sahur sebagai waktu yang tepat terkabulkannya doa yang dipanjatkan. Nabi Ya'qub as. lalu berangkat ke Mesir bersama seluruh anak-anaknya, cucu dan kerabatnya untuk bertemu Yusuf di sana[19].

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka pun tiba di Mesir dan disambut suka cita oleh Yusuf. Raja dan balatentaranya turut menyambut kedatangan mereka sebagai penghormatan kepada Yusuf dan pemuliaan bagi seorang Nabi Allah, Ya'qub as. Ketika mereka masuk di rumah Yusuf, ia pun merangkul kedua orang tuanya seraya berkata, "Masuklah kalian ke negeri Mesir dengan aman, Insya Allah." Maksudnya, tinggal dan menetaplah kalian dengan damai dan aman. 

Yusuf lalu mendudukan ayahandanya di atas singgasananya. Kedua orang tua dan saudara-saudara Yusuf lalu bersujud kepadanya sebagai penghormatan, dan cara ini adalah sesuatu yang sesuai syariat pada masa itu di dalam agama mereka. Yusuf lalu berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku, inilah arti mimpiku dahulu, Allah telah menjadikannya benar." Ia lalu menceritakan kepada ayahnya tentang nikmat Allah yang Ia curahkan kepadanya, ketika ia dikeluarkan dari penjara lalu diberi kekuasaan yang agung, kedatangan orang tua dan saudara-saudaranya, dan berkumpulnya keluarga mereka kembali setelah syetan merusak hubungan dirinya dan saudara-saudaranya ketika mereka melakukan perbuatan buruk itu kepada Yusuf as. Yusuf lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Bila Ia menginginkan sesuatu, maka Ia menyiapkan sebab-sebabnya. Dialah Allah yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya dan Maha Bijaksana[20].

Selama empat puluh hari lamanya, Ya'qub berada di negeri Yusuf, setelah melalui masa perpisahan yang berlangsung selama empat puluh tahun. Saat kematiannya menjelang, Ya'qub berpesan kepada Yusuf agar membawanya dan menguburkannya di dekat makam ayahnya, Ishak di Palestinaan, dan Yusuf memenuhi wasiat itu. Ketika Ya'qub wafat, ia lalu membawanya dan menguburkannya di dekat makam ayahnya, kemudian kembali ke Mesir. Nabi Yusuf as. hidup selama dua puluh tiga tahun setelah kematian ayahnya.

Ketika urusan Yusuf telah selesai dan ia mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, dimana jiwanya rindu kepada akhirat dan bertemu Tuhannya, ia pun memuji-Nya dan mengakui limpahan kebaikan-Nya yang tak terhingga. Ia lalu memohon agar diwafatkan dalam Islam dan kelak menyusul hamba-hamba-Nya yang shaleh. Yusuf berkata:
رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث فاطر السماوات والأرض أنت وليي في الدنيا والآخرة توفني مسلما وألحقني بالصالحين

"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi.  (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS. Yusuf: 101)

Sebelum kematian menjemputnya, ia berwasiat kepada saudara-saudaranya agar membawanya bila mereka keluar dari Mesir dan menguburkannya di dekat ayahandanya. Ketika ia wafat, mereka pun mengawetkan jenazahnya dan meletakkan di dalam tabut. Jenazah Nabi Yusuf tetab berada di Mesir hingga Nabi Musa diutus yang kemudian membawanya keluar dari Medir dan menguburkannya di dekat ayahnya. Usia Nabi Yusuf 120 tahun, dan ada yang berkata 110 tahun.
Nama Nabi Yusuf as. Disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 27 kali, 25 kali di antaranya dalam surat Yusuf yang menceritakan tentang kisah beliau, 1 kali dalam surat al-An'am, yaitu dalam firman Allah Azza wa Jalla:

ووهبنا له إسحاق ويعقوب كلا هدينا ونوحا هدينا من قبل ومن ذريته داوود وسليمان وأيوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزي المحسنين

"Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya (kepada Ibrahim). Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-An'aam: 84) dan 1 kali dalam surat Ghafir. Yaitu firman Allah melalui lisan seorang mukmin dari keluarga Fir'aun:
ولقد جاءكم يوسف من قبل بالبينات فما زلتم في شك مما جاءكم به حتى إذا هلك قلتم لن يبعث الله من بعده رسولا كذلك يضل الله من هو مسرف مرتاب

"Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang orang yang melampaui batas dan ragu-ragu." (QS. Ghafir: 34)

Kisah nabi Yusuf yang diceritakan Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an al-Karim sangat menarik. Selain nasehat dan pelajaran yang dikandungnya. Firman-Nya:
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.  Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat." (QS. Yusuf: 111) dan pelajaran yang paling menonjol di dalamnya adalah kewajiban untuk senatiasa bersabar. Karena kemenangan dan kejayaan terletak pada kesabaran. Allah Ta'ala berfirman melalui lisan nabi Yusuf as.:

إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين

"Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" (QS. Yusuf: 90)

Di antara nesehat yang dikandungnya adalah kewajiban melekatkan kesucian dan kebersihan dalam diri, tidak berkhianat kepada orang yang mempercayaimu. Nabi Yusuf as. adalah teladan dalam kesucian dan kebersihan saat ia dirayu istri al-Aziz. Namun ia menolak dan berpaling sebagai bukti bahwa ia tidak berkhianat kepada tuannya. Dan akhirnya, ia harua merasakan penghinaan dan jeruji penjara sebagai harga yang harus ia bayarkan. Namun buah kebaikan itu akhirnya ia nikmati juga, saat Allah mengeluarkannya dari penjara sebagai orang yang bersih dari berbagai tuduhan, mendapatkan kedudukan yang mulia dan bertemu kembali dengan orang tuanya.

Nabi Yusuf as. Dalam Al-Qur'an al-Karim

Kisah Nabi Yusuf as. diabadikan Allah dalam Al-Qur'an pada sebuah sebuah surat khusus dengan mengambil namanya sendiri. Menerangkan secara detail sisi kehidupan nabi yang mulia ini. Kisah ini juga memberi sangat banyak pelajaran dan nasehat kepada orang-orang yang beriman. Ketika kita sedang membaca kisah tersebut, maka sudah selayaknya bagi kita mengambil bekal yang banyak darinya.

Beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita semua pada kisah agung itu sebagai berikut:
1.     Lingkungan yang baik akan menumbuhkan tanamanan yang baik pula (Dan kedua orang tuanya termasuk orang yang shalih)
2.     Mentarbiyah diri dengan sifat-sifat yang mulia. Dan Yusuf as. Telah terbiasa dengan sifat-sifat yang mulia sebagai realisasi ajaran ayah dan kakeknya, serta para nabi shalawat Allah dan keselamatan untuk mereka.

3.     Iman kepada prinsip akan mempermudah pelakunya menaklukkan berbagai kesulitan dan dalam menghadapi tiupan angin beliung.