Saturday, April 27, 2019

Disyariatkannya Qital dalam Islam

A.  PENDAHULUAN

Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelum ini bahwa islam hadir di tengah kota Makkah sebagai agama yang terusir, dimana kelompok-kelompok orang musyrikin saling berlomba untuk mengusir dan menghancurkannya. Sudah sangat maklum sekali bagaimana umat islam harus hijrah ke negeri Habasyah demi menghindari kelaliman dan fitnah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut. Setelah sekian tahun perjalanan dakwah berlalu di kota Makkah, akhirnya generasi pertama umat ini merasakan sunnah dakwahberupa penindasan dan penghinaan yang mampu membuat sekujur tubuh merinding ketakutan. Kita pun turut mendengar rintihan kaum lemah dan tertindas yang tidak dapat turut berhijrah ataupun lari dari kungkungan orang-orang kafir Quraisy. 
Bertolak dari perjalanan dakwah di era awal tersebut, maka ketika umat Islam sampai di kota Hijrah, Madinah, mereka pun segera bersiap-siap untuk membalas perlakuan-perlakuan sadis kaum Paganis yang sangat tidak manusiawi, berikut para pendukungnya dari kalangan penyembah hawa nafsu dan pengikut kesesatan. 
Rasulullah SAW pun segera membentuk unit kesatuan militer dan melatih mereka agar kelak menjadi benteng dan pelindung umat dan risalah yang mereka bawa bagi umat manusia. 

B.   PERTARUNGAN ANTARA HAQDAN BATHIL
Sudah menjadi satu ketentuan Allah SWT di muka bumi ini bahwa kebenaran tidak akan pernah hidup berdampingan dan mentoleransi semua bentuk kebatilan. Sebagai konsekwensinya, akan selalu ada pergolakan dan pergumulan antara keduanya. Hal ini telah Allah SWT jelaskan di dalam firman-Nya:
 كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ (١٧)
Demikianlah Allah menggambarkan perumpamaan kebenaran dan kebatilan. Adapun buih yang tersisa, maka ia akan habis menguap. Namun apa yang bermanfaat bagi manusia maka ia akan tetap eksis di muka  bumi ini.”( Qs. Ar-Ra’du, ayat 17)
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (٤٠)
Dan sekiranya Allah tidak mencegah kelaliman sebagian manusia terhadap sebagian lainnya, niscaya biara, gereja, tempat ibadah Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah telah dihancurkan.”(Qs. Al Hajj, ayat 40)

Dari sinilah mengapa kebenaran harus senantiasa mempersiapkan dirinyauntuk mengusir kebatilan dan menghacurkan kekuatan-kekuatan yang selama ini mendukungnya. Persiapan tersebut awalnya bisa berupa tarbiyah dan pembetukan fikrah. Memberikan pemahaman dan wawasan keilmuan sebelum pelatihan fisikagar nantinya lahir prajurit sejati serta basis militer dengan persenjataan yang memadai. Selain juga memiliki kesiapan untuk memimpinhingga datang waktunya untuk mengusir semua bentuk keburukan, kelaliman, dan kesewang-wenangan. Allah SWT berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (٧٦)
”Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah. Sementara orang-orang kafir berperang di jalan Thogut. Maka perangilah wakil-wakil setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu sangatlah lemah.”( . Qs. An-Nisaa, Ayat 76)

C.  KEBENARAN MEMBUTUHKAN PENYERU DAN PEMBELA

Allah SWT telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan untuk mendakwahkan risalah Din yang haq. Kebenaran merupakan sebuah konsepsi hidup dan membutuhkan orang-orang yang akan mendakwahkannya kepada segenap umat manusia. Ia membutuhkan orang-orang yang mampu menguak sejuta kebaikan yang ada di dalamnya serta menjelaskan tujuan mulia dari dibumikannya syariat dakwah tersebut. Sebagaimana ia merupakan rambu-rambu yang menjadi sumber pembelajaran yang akan mencetak individu, jama’ah, dan ummat. Oleh karenanya, ada dua hal penting yang harus dimiliki setiap pengemban risalah dakwah ini. 
Pertamamenyampaikannya kepada segenap umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢٨)
Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk segenap umat manusia, sebagaim pembawa kabar gembira dan ancaman yang nyata.”. (Qs. Sabaa, Ayat 28)
Kedua, menyelamatkan umat manusia dari kegelapan konsep hidup kepada cahaya. Allah SWT berfirman,
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (١)
”Alif Lam Ra, Sebuah kitab yang telah Kami turunkan kepadamu agar engkau mengeluarkan (menyelamatkan) umat manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhanmu, kepada jalan Allah Yang Maha Kuat lagi Maha terpuji.”(Qs. Ibrahim, Ayat 1)
Namun bagaimanakah ia dapat terwujud, sementara waktu kebatilan selalu siap untuk memerangi para pembela kebenaran dan pembawa hidayah.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (١٣)
Dan orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka,’kami benar-benar akan mengeluarkan kalian dari tanah ini, atau kalian memilih untuk kembali kepada keyakinan kami!’ Maka Tuhan pun mewahyukan kepada mereka,’Kami benar-benar akan membinsakan orang-orang yang dzalim.”[1]

D.  KEBEBASAN MENENTUKAN KEYAKINAN

Sebenarnya permasalahan risalatulhaqyang dibawa oleh Islam –sebagaimana yang saya fahami- tak lain adalah permasalahan kepuasan hati untuk menerimanya setelah adanya penyampaian, uraian, dan penjelasan. Ia sama sekali bukan permasalahan pemaksaan di bawah sebuah intimidasi. Karena tujuan utama dari risalah ini adalah berbicara dengan kesatuan akal fikiran, jiwa, dan nurani manusia seutuhnya.Selain itu, karena kebebasan untuk menentukan pilihan adalah hak asasi setiap orang yang dengannya kehidupan manusia dapat berlangsung. Sehingga barang siapa yang hak-hak kemanusiaannya dicabut begitu saja, berarti dirinya layaknya seperti binatang. Kebebasan manusia yang dimaksud di sini adalah kebebasan untuk menentukan pilihan keyakinan dan mengajak orang lain untuk mengikuti keyakinan tersebut. Memperoleh jaminan keamanan dari semua bentuk intimidasi, fitnah, maupun perbuatan zalim di dalam usahanya tersebut. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan,
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦)
Tidak ada pemaksaan di dalam menentukan keyakianan. Karena yang lurus telah begitu jelas dari yang menyimpang.”[2]

E.  ALASAN DAN TUJUAN JIHAD DI DALAM ISLAM

Islam tidak pernah memerintahkan mengangkat senjata ataupun mengobarkan peperangan dan semangat kepahlawanan untuk memaksa orang lain masuk islam. Apalagi untuk mengeruk harta dan rampasan perang. Dalam perjalanan panjang sejarahnya, islam tidak pernah mengenal semangat berjihad untuk sebuah kekuasaan. Tidak pula demi kehormatan pribadi ataupun kelompok tertentu. Ataupun untuk menjadi penguasa di muka bumi ini. Islam tidak pernah mengorbarkan jihad untuk menguasai bahan mentah perindustrian, menguasai pasar global, ataupun untuk mengangkat derajat sebuah komunitas tertentu di atas komunitas-komunitas lainnya. Namun sebaliknya, jihad di dalam islam memiliki sekian banyak tujuan dan sasaran yang begitu mulia. Berperang adalah demi menegakkan syariat Allah SWT sehingga ajaran agama ini benar-benar bisa membumi tanpa ada kedzaliman, kelaliman, ataupun penindasan. Beberapa tujuan tersebut dapat kita rangkum ke dalam beberapa poin berikut. 
Pertamasyariat jihad di dalam Islam adalah untuk melawan kedzaliman dan penindasan yang menimpa umat islam sepanjang pagi dan petangserta untuk memberikan jaminan keamanan atas aset harta benda, jiwa, dan keyakinan mereka. Allah SWT berfirman,
وَمَا لَكُمْ لا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا (٧٥)
Mengapa kalian tidak berjihad di jalan Allah dan membela kaum yang lemah, dari kalangan laki-laki, wanita, dan anak-anak yang senantiasa berdoa,’Ya, Allah...keluarkanlah kami dari negeri (Makkah) yang penduduknya begitu dzalim, dan jadikanlah bagi kami pelindung dan penolong dari sisiMu.”[3]
 Di dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman,
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ (٣٩) الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (٤٠)
Telah diizinkan untuk berperang bagi  mereka yang selama ini diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar berkuasa untuk menolong mereka. Yaitu orang-orang yang diusir dari kampung halaman mereka hanya karena mereka mengatakan bahwa Tuhan kami hanyalah Allah.”[4]
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لا تُكَلَّفُ إِلا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلا (٨٤)
“Dan kobarkanlah semangat orang-orang yang beriman untuk berjihad. ( Dengan demikian) Semoga Allah akan menghentikan penidasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Dan Allah Maha Besar kekuasaannya dan Maha pedih siksaannya.”[5]
Secara logika sehat, apabila seorang mukmin diizinkan berperang untuk membela aset harta dan kehidupan mereka, maka tentu untuk membela akidah dan keyakinan menjadi satu yang lebih prioritas lagi
Keduasyariat jihad di dalam islam adalah untuk menjamin terciptanya kebebasan dalam mengajak orang lain menuju kebaikan serta kebebasandalam menentukan keyakinan di tempat di mana jasad manusia hanya seharga budak, kebebasan berfikir diinjak-injak, keringat dan aset harta dikuasai, serta ketika realita paganisme tidak mampu menerima kehadiran dakwah yang begitu arif ini. “Bagimu agamu, dan bagiku agamaku.”[6]Tempat di mana penduduknya tidak mampu meneriman kedamaian dan keadilan yang ditawarkan oleh Al Quran.
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (٤١)

Dan jika mereka mendustakanmu, maka katakanlah bahwa bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kalian tidak bertanggungjawab atas apa yang telah aku perbuat, dan aku pun tidak akan bertanggungjawab atas apa yang telah kalian perbuat.”[7]
Namun demikian orang-orang tersebut lebih memilih kezaliman dan kelaliman. Mereka lebih memilih berjalan di bawah bimbingan hawa nafsu pribadi daripada apa yang diinginkan oleh Allah SWT dan Al Quran. Dan seperti itulah memang potret orang-orang durjana dari masa ke masa. 
قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ (٨٨)
Dan para pemuka kaum Syua’ib yang begitu angkuh berkata,’wahai, Syu’aib, kami benar-benar akan mengusirmu beserta orang-orang yang selama ini bersamamu dari kampung kami. Atau kalian memilih untuk kembali kepada keyakinan kami.’ Syu’aib berkata,’apakah kalian akan mengusir kami kendatipun kami tidak menyukainya?”[8]
Mereka ingin melanggengkan sistem penghambaan kepada sesama manusia, sebagaimana yang dilakukan oleh para penguasa lalim kepada kaumnya.
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي (٣٨)
”Aku tidak tahu kalau ada tuhan kalian selain diriku!”[9]
فَحَشَرَ فَنَادَى (٢٣)فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى (٢٤)
“Maka ia (Fir’aun) pun mengumpulkan (para pembesar) dan memanggil kaumnya. Lalu ia berkata,’aku adalah Tuhan kalian yang paling tinggi.”[10]
Oleh karenanya agar akidah mendapatkan ruang untuk bernafas, sehingga kebenaran pun dapat terlihat bercahaya, maka sudah menjadi sebuah keharusan untuk memangkas seluruh hambatan yang melintang di tengah jalan dakwah ini. Berikut meruntuhkan seluruh pembatas yang menghalangi manusia, mengancam kehidupan, serta hanya menjadi sumber fitnah bagi mereka. Sehingga bayang-bayang orang-orang lalim yang selama ini menghalangi datangnya cahaya ke dalam kehidupan manusia, dan menghalangi mereka dari jalan Allah SWT dapat sirna.
Ketigasyariat jihad di dalam islam adalah untuk membantu tegaknya sebuah negara berbasiskan syariat islam di atas muka bumi ini. Yaitu negara yang benar-benar menerapkan sistem islam serta memberikan perlindungan secara penuh terhadap pelaksanaannya. Apabila setiap keyakinan memiliki hak penuh untuk mendirikan ajaran agama mereka, dan kebatilan mendapatkan ruang untuk menjadi penguasa, maka tentu islam pun memiliki hak untuk menerapkan ajaran dan membela seluruh hak-haknya di bawah payung kebebasan. Dan tentu alasan ini lebih utama. Terlebih lagi bahwa sistem islam adalah syariat Allah SWT yang Ia inginkan untuk mengatur kehidupan umat manusia. Agar mereka terbebas dari kekangan kelaliman dan kedzaliman. Allah SWT ingin memberikan jamianan kebebasan kepada setiap individu dan kemuliaan bagi seluruh umat manusia serta kebahagiaan bagi seluruh alam. 
Keempat, syariat jihad di dalam islam adalah untuk menegakkan dan melindungi sistem kehidupan yang tinggi dan mulia di muka bumi ini. Sudah menjadi haknya untuk menebarkan petunjuk dan memberikan jaminan keamanan kepada siapa saja yang hendak meyakini dan masuk ke dalamnya. Ia akan memberikan jaminan kepada semua jenis keyakianan yang berlindung di bawah naungannya. Yaitu mereka-mereka yang hidup damai dan berada di bawah bendera kepemimpinannya meskipun mereka tidak mengikuti keyakinan islam, selama ia merupakan bagian dari kelompok Ahlul Kitab. 
Sudah menjadi kewajiban dakwah untuk berdiri menghadapi semua bentuk kekafiran dan musuh-musuh kemanusiaan. Berkorban demi ini semua dengan mengharapkan balasan di sisi Allah SWT meskipun begitu berat beban yang harus mereka pikul. 
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (١٠)هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا (١١)
Yaitu ketika mereka mendatangimu dari arah bawah dan atasmu. Dan ketika pengelihatanmu tergoncnag sementara  hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan. Engkau pun berprasangka yang tidak-tidak kepada Allah. Ketika itulah orang-orang yang beriman diuji dan digoncang dengan goncangan yang begitu berat.”[11]
Orang-orang muslim menyadari bahwa hal semacam ini ketentuan Allah SWT. 
Perangilah mereka, Allah akan mengazab mereka dengan tangan-tangan kalian.”
Mereka pun menyadari bahwa kebatilan tidak akan takut kepada kebenaran yang berjalan sendiri tanpa dukungan. Namun ia akan takut kepada kebenaran yang didukung oleh persiapan persenjataan. 
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ (٦٠)
“Dan persiapkanlah sebata kesanggupanmu apa saja untuk menghadapi mereka; dari kekuatan dan kuda-kuda yang tertambat.”[12]
Mereka tidak takut kepada orang-orang yang malas dan uring-uringan. Namun rasa takut itu lahir pada diri orang-orang mukmin yang jujur dan memenuhi janjinya. 
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا (٢٣)لِيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِنْ شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (٢٤)وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (٢٥)وَأَنْزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا (٢٦)وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (٢٧)
Di antara orang-orang yang beriman terdapat sekelompok orang yang menepati janji mereka kepada Allah. Di antara mereka ada yang telah memenuhi janji tersebut (syahid) dan ada pula yang masih menunggu penuh harap. Dan mereka tidak merubah janjinya sedikitpun. Agar Allah membalas orang-orang yang jujur tersebut dengan kejujuran mereka dan mengazab orang-orang munafik jika Ia menghendakinya, ataupun menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang kafir yang penuh kejengkelan. Mereka tidak memperoleh keuntungan sedikitpun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan Ia menurunkan Ahlul Kitab yang membantu kelompok-kelompok yang bersekutu dari benteng-benteng mereka. Dan Ia masukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebagian mereka engkau bunuh sementara sebagian lainnya engkau tawan. Dan Dia telah mewariskan kepadamu tanah, rumah, dan harta benda mereka. Begitu pula tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatunya.”[13]

E.    DALIL DISYARIATKANNYA JIHAD

Bertolak dari tujuan mulia dan agung di balik syariat jihad (selain untuk menegakkan sistem kehidupan yang lebih mulia) maka setiap muslim wajib untuk ikut serta di dalamnya. 
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلا عُدْوَانَ إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ (١٩٣)
Sehingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini, dan agama hanyalah miliki Allah semata.”[14]
Agama islam tidak pernah menabuh genderang peperangan karena satu kegemaran untuk membunuh. Namun peperangan lebih karena realita di luar (dimana kebobrokan dan kebatilan sudah begitu merajalela) yang menuntut umat ini untuk melakukannya. Sehingga sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap pembawa risalah iman dan pembela manhaj ilahi ini untuk menjadi individu-individu yang kuat agar mereka mampu mengalahkan agen-agen kejahatan dan para pendukung setan. Hingga akhirnya mereka benar-benar mampu menyampaikan dakwah ilahiah yang diturunkan dari atas langit. 
Allah SWT dan Rasul-Nya telah mendorong kita untuk senantiasa berjihad. Allah SWT melipatgandakan balasan bagi para Mujahidin dan Syuhada. Allah SWT memuliakan mereka dengan kekhususan ruhiah dan amaliah di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang tidak Allah SWT berikan kepada selainnya. Allah SWT jadikan tetesan darah mereka sebagai jaminan awal bagi datangnya kemenangan di duina serta kesuksesan di akhirat kelak. Allah SWT pun mengancam mereka yang hanya duduk berdiam diri dengan sekian banyak hukuman yang memilukan. Allah SWT sediakan bagi mereka kehinaan di dunia dan azab di akhirat. 

E 1.    AYAT-AYAT JIHAD

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (٢١٦)
Telah diwajibkan atas kalian berperang sementara ia begitu tidak disukai. Dan mungkin saja engkau membenci sesuatu namun sesungguhna ia adalah baik bagi dirimu. Dan mungkin saja engkau menyukai sesuatu namun sebenarnya ia adalah buruk bagi dirimu. Dan Allah lebih mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui apa-apa.”[15]
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ (٦٠)
“Dan persiapkanlah sebatas kemampuanmu untuk menghadapi mereka apa saja; dari kekuatan dan kuda yang ditambatkan. Dengannya kalian menggetarkan musuh-musuh Allah yang juga musuh-musuh kalian, dan kelompok lainnya selain dari mereka yang tidak kalian ketahui namun Allah mengetahuinya. Dan setiap yang kalian infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas, dan  kalian tidak akan didzalimi sedikitpun.”[16]
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٤١)
“Berangkatlah baik ketika kalian merasa ringan ataupun berat untuk melangkah. Dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Dan yang demikian itu adalah baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya.”[17]
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١١١)
“Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan surga. Mereka berperang di jalan Allah hingga mereka berhasil membunuh ataupun terbunuh. Janji yang selalu ditepati yang tertera di dalam Taurat, Injil, dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari Allah? Maka bergembiralah dengan perdagangan yang telah kalian lakukan. Dan yang demikian itulah keberhasilan yang sangat luar biasa.”[18]
فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ (٨١)فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٨٢)
“Orang-orang yang tidak ikut berperang bergembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah SAW, mereka membenci berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka berkata,’janganlah kalian pergi berperang dalam keadaan panas terik seperti ini!’ Katakanlah,’ neraka jahannam itu lebih panas,’ jika mereka mengetahui.”[19]

E2.  HADITS-HADITS SEPUTAR PENTINGNYA JIHAD

1.     Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Abi Aufa RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,”ketahuilah oleh kalian bahwa surga itu berada di bawah kilatan pedang.”[20]
2.     Dari Sahal bin Hunaif RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,”barang siapa meminta kesyahidan kepada Allah SWT dengan hati yang jujur, niscaya Allah SWT akan menyampaikannya kepada derajat para syuhada, meskipun mungkin ia mati di atas tempat tidurnya.”[21]
3.     Abu Hurairah RA. Berkata,”aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,’demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kalau bukan sekelompok laki-laki dari kalangan orang-orang beriman yang merasa sedih apabila tidak ikut berjihad bersamaku dan akupun tidak menemukan perbekalan untuk mereka, niscaya aku tidak akan ketinggalan bersama pasukan untuk berperang di jalan Allah. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, aku benar-benar berharap seandainya aku terbunuh di jalan Allah, kemudian aku dihidupkan kembali, lalu aku terbunuh, kemudian aku dihidupkan kembali, kemdian aku terbunuh, kemudian aku dihidupkan kembali, lalu aku terbunuh kembali.”[22]
4.     ‘Abdullah bin ‘Umar berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’jika kalian melakukan praktek jual-beli dengan sistem ribanasiah, kalian memegangi ekor sapi (cinta kepadanya), lebih suka kepada pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian terlilit kehinaan. Dan Ia tidak akan melepasnya kalian sampai kalian kembali kepada ajaran agama kalian.”[23]

F.   NILAI POSITIF DI BALIKSYARIAT JIHAD

Disyariatkannya jihad dan perlawanan terhadap kelaliman yang ada memiliki perngaruh yang sangat positif bagi perjalanan dakwah. Tepatnya bagi umat islam secara khusus, dan umat manusia secara umum. Di antara pengaruh positif tersebut antara lain:
1. MEMBERANTAS FITNAH DAN PENINDASAN.
Masyarakat paganis di era awal Islam telah melakukan berbagai macam cara untuk melarang kelompok maupun individu untuk berkumpul di sekitar Rasulullah SAW. Hal ini merupakan salah satu bentuk kekhawatiran akan eskalasi dakwah Islam dan semakin meningkatnya kekuatan mereka di kemudian hari. Mereka pun khawatir apabila Rasulullah SAW sampai mencari perlindungan dan jaminan keamanan yang akan melindungi aktivitas dakwahnya. 
Rasulullah SAW memang mencari kekuatan dan pelindungan. Hal ini beliau ungkapakan secara terbuka. Beliau mendatangi beberapa buah kabilah dan berkata,”siapa yang mau melindungiku sehingga aku dapat menyampaikan pesan Tuhanku?”[24]Rasulullah SAW menunjukkan siapa gerangan dirinya kepada kabiah-kabilah Arab yang datang agar mereka bersedia untuk melindungi dirinya. Beliau juga pergi ke Thaif untuk merekrut mereka yang mau membantu dakwahnya. Agar dapat menepis deraan fitnah yang selama ini menimpa para sahabat dan perjalanan dakwahnya. Hal ini semata-mata karena beliau begitu menyadari arti pentingnya sebuah basis kekuatan yang kokoh yang akan menopang perjalanan dakwah dikemudian hari.Seiring itu, Allah SWT menggariskan kota Madinah sebagai fajar pertolongan dan kemenangan. Allah SWT mentakdirkan agar kaum Muhajirin dan Anshor menjadi satu tubuh sehingga mereka menjadi sebuah kekuatan kokoh yang kemudian bergerak untuk membebaskan kaum tertindas dan kelompok yang lemah dari semua bentuk kelaliman di tengah jazirah Arab. Bahkan hingga di Persia, Romawi, dan di belahan timur dan barat bumi ini.
لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ (٤٢)
 Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[25]

2. LAHIRNYA PARA PEMBELA KEBENARAN
Jihad mampu melahirkan sosok-sosok manusia muslim yang benar-benar siap untuk berkorbanan seutuhnya di jalan Allah SWT. Di balik sosok-sosok tersebut tersimpan satu kekuatan akidah dan landasan pengetahuan yang mampu merontokkan seluruh rintangan dan membuka sekian banyak pintu dan jendela. Kebatilan pun akan lari tunggang-langgang, para pelaku keonaran akan dihantui ketakutan. 
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (٨١)
Katakanlah, bahwa kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap.”[26]
Para pejuang kebenaran memiliki beberapa karakteristik fundamental seperti; kesucian hati, ikhlas, takwa, ilmu pengetahuan yang mumpuni, dicintai oleh banyak orang, memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, yaitu merengkuh keridhaan Allah SWT dan mengemban risalah yang diturunkannya ke muka bumi ini. 
Semua karakteristik fundamental inilah yang di kemudian hari mampu melahirkan konsep yang unik serta sistem akhlak yang tiada bandingannya di dalam peperangan suci tersebut, jihad fi sabillah. Mereka tidak membunuh orang yang sudah tua renta, wanita, anak-anak, dan budak. Mereka pun tidak menghilangkan nyawa orang-orang yang lari dari peperangan baik karena kalah, mencari suaka, ataupun menyerah. Ya, karena mereka adalah pejuang yang berjalan di belakang tuntunan hidayah, dan bukan laskar yang bertugas mengumpulkan upeti. Mereka adalah utusan-utusan yang membawa pesan kasih sayang dan perdamaian, bukan permusuhan, kebencian, ataupun kelaliman. Oleh karena itu, lahirlah kemudian genre pejuang dengan konsep berfikir dan metode beramal yang baru. Genre pejuang yang datang membawa doktrin-doktrin suci dengan akhlak yang tinggi dan sikap mulia. Mereka layaknya ahli bedah yang mengangkat kotoran dari dalam tubuh ini dan membersihkannya dari berbagai macam penyakit. 
3. MENDIRIKAN NEGARA BERLANDASKAN KEBENARAN SERTA MENGHADIRKAN PERADABAN MANUSIA YANG UNIK
Dapat dikatakan sebagai sebuah kemustahilan mendirikan sebuah sistem kenegararaan dan pemerintahan yang bersih, benar, dan langgeng ditengah-tengah kebatilan yang sedang mendominasi kebenaran tersebut. Karena ketika sebuah kebenaran baru mampu meletakkan sebuah batu bata pada bangunannya, maka kebatilan telah mempu merobohkan dua buah batu bata yang ada, tepat seperti yang dikatakan;
KAPANKAH SEBUAH BANGUNAN AKAN SEMPURNA 
APABILA ANDA MENDIRIKANNYA 
SEMENTARA ORANG LAIN MERUNTUHKANNYA
Hal semacam ini benar-benar disadari oleh Rasulullah SAW, baik berdasarkan tuntunan wahyu maupun dari interaksi beliau dengan realita yang ada. Beliau pun bersabar dan terus melakukan pengkaderan menyusun bata-bata yang bersih dan kuat agar di kemudian hari ia mampu melindungi bangunan yang ada, bahkan semakin tinggi. Setiap kali mereka hendak menyerang bangunan tersebut, maka dengan sergap para pejuang muslim melawannya. Akan kita lihat kemudian bagaimana peperangan-peperangan yang ada dapat atasi oleh umat islam. Mereka kejar hingga ke negara-negara musuh, dekat maupun jauh. Dan berdirilah sebuah negara dengan sistem al Haqqyang dilindungi oleh para jundi dan keimanannya. 
Demikian pula lahir sebuah peradaban agung yang yang pada kekuatan berfikir, kebebasan, pembumian kebudayaan yang benar, penghancuran kebatilan, khurafat, serta membuka mata selebar-lebarnya terhadap rahasia alam dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT serta faktor-faktor penemuan baru. 



[1]. Qs. Ibrahim, Ayat 13
[2]. Qs. Al Baqoroh, Ayat 256
[3]. Qs. An-Nisaa, Ayat 75
[4]. Qs. Al Hajj, Ayat 39-40
[5]. Qs. An-Nisaa, Ayat 84.
[6]. Qs. Al Kafirun, Ayat 6. 
[7]. Qs. Yunus, Ayat 41
[8]. Qs. Al ‘Araf, Ayat 88
[9]. Qs. Qoshosh, Ayat 38
[10]. Qs. An Nazi’at, Ayat 23-24
[11]. Qs. Al Ahzab, Ayat 10-11
[12]. Qs. Al Anfal, Ayat 60
[13]. Qs. Al Ahzab, Ayat 23-27
[14]. Qs. Al Baqoroh, Ayat 193
[15]. Qs. Al Baqoroh, Ayat 216. 
[16]. Qs. Al Anfal, Ayat 60. 
[17]. Qs. At-Taubah, Ayat 41
[18]. Qs. At-Taubah,Ayat 111
[19]. Qs. At-Taubah, Ayat  81-82
[20]. HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasaai, dan Ibnu Majah. 
[21]. HR. Bukhari dan Muslim.
[22]. HR. Bukhari dan Muslim. 
[23]. HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim, dengan sanad yang shahih. 
[24]. HR. Abu Dawud. 
[25]. Qs. Al Anfal, Ayat 42
[26]. Qs. Al Israa, Ayat 81