Tuesday, October 30, 2018

Tafsir Surah Al Muzammil

I.  Tujuan Umum
  1. Menguatkan hubungan seorang dengan Kitabullah , dengan dasar pemahaman yang benar dan penuh cinta. 
  2. Menguasai nilai-nilai ajarannya, memiliki hubungan yang kuat dengan taujih-taujih yang ada padanya, mengamalkan hukum-hukum yang ada, meyakini bahwa dia adalah sebuah konsep yang cocok untuk segala zaman dan tempat. Kembali padanya, terutama pada saat-saat terjadi perselisihan.
II.  Tujuan khusus
  1. Membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan memperhatikan tajwidnya.
  2. Menyebutkan kejadian turunnya ayat jika terdapat sebab turunnya ayat (asbabun nuzul). 
  3. Mengetahui makna setiap kata dan kalimat AQur’an
  4. Menyebutkan makna dari ayat tersebut secara umum. 
  5. Menjelaskan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari ayat tersebut (masalah keimanan, dakwah, tarbiyah, harakah, pemikiran)
  6. Menghubungkan kejadian- kejadian yang ada dengan petunjuk Al Qur’an.
  7. Menyebutkan kandungan-kandungan ayat dari segi hukum syariat 
  8. Mengeluarkan dari ayat tersebut nilai-nilai akhlaq yang harus digunakan dalam kehidupan.
  9. Menyebutkan hadits-hadits Nabi yang berhubungan dengan ayat tersebut.
  10. Menyebutkan kejadian-kejadian dalam Sirah yang memiliki hubungan dengan ayat tersebut.
  11. Menghafal ayat-ayat (surat-surat) yang menjadi kurikulum kajian
  12. Membaca ayat-ayat yang telah dihafal  saat sedang shalat fardhu dan saat qiyamulail.
  13. Senantiasa menanamkan aqidah yang benar dalam jiwa.
  14. Mengenal Allah SWT melalui asmaul husna, sifat-sifat-Nya, juga melalui ciptaan-Nya.
  15. Memahami sunnatullah dalam dakwah, dan bagaimana akhir dari para penentang dakwah.
  16. Mendapat gambaran tentang Hari Kiamat dan nama-namanya melalui ayat yang dipelajari.
  17. Mengenal tabiat jiwa manusia pada kajian surat Al Ma’arij serta dan bagaimana mensucikannya.
  18. Menjelaskan cara dakwah yang dilakukan oleh Nabi Nuh melalui kajian surat Nuh.
  19. Menjelaskan sikap jin atas risalah Islam.
  20. Menyebutkan bekal-bekal yang penting bagi seorang dai melalui kajian surat al muzammil.
  21. Mengetahui tentang model-model manusia pada hari kiamat nanti dan kondisi mereka melalui kajian surat al mudatstsir.
  22. Menjelaskan pelajaran-pelajaran dakwah dari setiap surat yang dikaji.
  23. Mengetahui keutamaan–keutamaan surat  melalui hadits-hadits shahih yang menjelaskannya.
  24. Menyebutkan keutamaan surat-surat pendek dalam masalah peneguhan aqidah
  25. Menjelaskan dengan dalil, kebenaran Rasulullah dan risalahnya melalui kajian surat yang ditentukan.
III.   Tujuan Aplikasi dan Psikomotorik
  1. Beradab dengan adab-adab tilawah saat berinteraksi dengan al Qur’an.
  2. Melakukan tadabur saat membaca al Qur’an
  3. Mengungkapkan interaksinya dengan ayat yang dikaji melalui tafsir-tafsir yang diakui.
  4. Melakukan kajian-kajian tematik dan melatih bagaimana cara menghubungkan antara beberapa ayat.
  5. Mencari dari berbagai kitab tafsir tentang kandungan satu ayat atau dari beberapa ayat yang sama kandungannya.
  6. Berinteraksi dengan ayat dan mampu mengungkapkan maksudnya dengan bahasa yang mudah dan khas.
  7. Melakukan muhasabah atas perilakunya agar sesuai dengan tuntunan ayat.
  8. Membiasakan diri untuk selalu sesuai dengan aturan-aturan Allah SWT yang termuat dalam Al Qur’an
  9. Senantiasa berusaha untuk melakukan tazkiyah nufus dan melakukan usaha peningkatan iman melalui tilawah Al Qur’an. 
IV.   Kegiatan Pembelajaran
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan  dalam halaqah adalah:
  1. Kegiatan PembukaMengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Tafsir surat Al-Muzammil
  2. Kegiatan Inti:  a. Kajian tentang Tafsir surat Al-Muzammil; b. Berdikusi dan tanya jawab seputar pokok bahasan (lihat tujuan  kognitif, afektif,dan psikomotor); c.    Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalammateri tersebut
  3. Kegiatan Penutup: a) Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung); b) Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)
V.   Aktivitas Pilihan Pendukung
  1. Menyiapkan video tentang materi mukjizat Al Qur’an dan disaksikan bersama anggota yang lain.
  2. Melakukan mabit dan qiyam setiap pekan di masjid.
  3. Mengumpulkan teman-teman untuk duduk bersama bertaubat dan beristighfar 
  4. Membuat halaqah tajwid bagi pemula
  5. Menyampaikan tentang kenikmatan surga dan azab neraka
  6. Membaca wirid Al Qur’an harian
  7. mendengarkan kaset Al Qur’an dari para qari terkenal pada saat berkendaraan atau  saat melakukan pekerjaan yang mungkin dilakukan sambil mendengarkan AL Qur’an.
  8. Membaca tafsir Al Qur’an walau sedikit.
  9. Mendengarkan kaset seputar al Qur’an seperti ceramah Syeikh Mutawaalli sa’rowi
  10. Memiliki kaset tentang mu’jizat A; Qur’an dalam dunia kedokteran.
  11. Menyampaikan ceramah seputar syarat-syarat dan kaidah-kaidah tafsir.
  12. Mengumpulkan surat-surat yang bercerita tentang kondisi hari kiamat seakan-akan kita Qiyamullail minimal dua rakaat setiap malam dengan membaca ayat yang telah dihafal
  13. Mengevaluasi diri, sesuai dengan tuntutan ayat, baik perintah maupun larangan
  14. Menyiapkan sebuah teks khutbah di mimbar, yang mengupas tentang ayat, maknanya, kisah dan pelajaran yang dapat dipetik darinya
  15. Menyediakan tabel untuk menterapi kesalahan dan penuyimpangan sikap sesuai dengan petunjuk ayat
  16. Mendengarkan kaset tilawah beberapa qari’
  17. Qiyamu ramadhan dan tahajjud dengan satu juz lebih
  18. Mengumpulkan beberapa ayat yang telah diungkapkan mu’jizat ilmiahnya oleh pada peneliti menyaksikannya.
VI.  Evaluasi (taqwim dan mutabaah):
  1. Diskusi
  2. Ujian lisan dan tulisan
  3. Memberikan taklif pada anggota untuk membuat kajian tentang al Qur’an
  4. Mendengarkan baca anggota dan melihat kamahirannya dalam tilawah
  5. Melihat sejauh mana iltizam mereka dengan adab tilawah
  6. Beberapa item pertanyaan untuk menguji pemahaman ayat yang dipelajari
  7. Lomba yang mencakup makna, sababunnuzul, dan sebagian hukum yang digali dari ayat
  8. Evaluasi tilawat personal, dan mengukur seberapa pengaruh dan pemahamannya, komitmennya dengan adab tilawah, menyikapi larangan atau perintah.
  9. Menjadwalkan muhasabah yang mencakup:
a.   Disiplin dengan adab tilawah
b.   Hafalan
c.    Pemahaman
d.   Disiplin sikap dan akhlaq

VII.  Tujuan Tarbiyah Dzatiyah:
  1. Menjelaskan tentang hakikat dan kondisi yang menggambarkan kekuasaan Allah SWT dalam alam ini
  2. Menjelaskan mengapa kisah Musa dan Firaun terus terulang-ulang dalam AL Qur’an
  3. Menjelaskan bagaimana azab Allah bagi mereka yang mengaku-ngaku diri sebagai Tuhan.
  4. Pengantar tentang urgensi mempertahankan ketaqwaan dalam menghadapi tekanan orang kafir dan munafik dengan berpijak pada wahyu Allah yang Maha Mengatahui, Maha Bijaksana, dan Maha Memberitahukan.
  5. Tugas utama para rasul dalam menyampaikan risalah dengan bukti nyata bagi manusia
  6. Perang ahzab, nikmat Allah kepada orang beriman saat itu, ujian Allah yang berat untuk menyaring barisan umat Islam, celaan kepada orang munafik, dan yahudi pengkhianat
  7. Posisi khusus rumah Nabi, dimana seluruh penghuninya menjadi teladan bagi orang beriman, tanggung jawab yang berat, serta balasan yang besar bagi yang disiplin.
  8. Hari kiamat dengan azab yang menjadi penantian orang kafir karena penolakan mereka mentaati Allah dan rasul-Nya, karena mengikuti kebatilan para pembesarnya. Sindiran untuk orang-orang munafik yang menyakiti Nabi Muhammad saw dengan mengungkapkan sikap Bani Israil yang menyakiti Nabi Musa as.
  9. Penutup surah yang mengingatkan manusia akan tanggung jawab amanah besar, dan tugas-tugas Islam. Di antaranya adalah apa saja yang tercantum dalam surah ini baik hukum, arahan, dan keterikatan perjalanan manusia di akhirat dengan sikap mereka memegang amanah.
  10. Pengaruh Al Qur’an bagi orang yang mengimaninya, mengamalkannya dengan baik, dan balasan mereka yang besar di sisi Allah
  11. Menimbang antara sikap orang kafir dalam menentang Al Qur’an dengan sikap orang beriman dalam sikap maupun balasan  yang akan menimpanya
  12. Sejenak memperhatikan apa saja yang ada di alam semesta untuk membuktikan keberadaan Yang Maha Pencipta, Kekuasaan, dan Kasih sayangnya. Dari itulah maka sangat zalim orang yang mensekutukan-Nya.
  13. Aneka dialog dengan orang kafir untuk menjelaskan kesesatan, dan kelalaiannya, sementara di sekitarnya bertebaran ayat kauniyah dan nikmat berlimpah yang menunjukkan dengan pasti persoalan IMAN dan cabang-cabanganya seperti hari kiamat dan pembalasan.
VIII. Referensi Ta’lim Mandiri
  1. Tafsir Al Maudhu’iy (tematis) Al Qur’an Al Karim, Muhammad Al Ghazaliy
  2. Al Mahawir Al Khamsah fi Al Qur’an, Muhammad Al Ghazaliy
  3. Tafsir Al Qurthubiy, dan Ath Thabariy
  4. Azbabunnuzul, Al Wahidy, As Suyuthi
  5. Buku-buku Hadits utama, (Al Bukhari, Muslim, Tirmizhi, Abu Daud, Ibnu Majah, An Nasa’iy, Ahmad)
  6. At Tafsir wa Al Mufassirun, Muhammad Husain Adz Dzahabi
  7. Muqaddimah Al Qurthubi, dalam tafsirnya
  8. Muqaddimah Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb
  9. Al Qur’an wa Al Qital, Asy Syeikh Mahmud Syaltut
  10. As Shaid fi Al Qur’an Al Karim, Al Waqidiy
  11. Tafsir Ad Durr al Mantsur, As Suyuthiy
  12. At Tahrir wa At Tanwir, Ibnu Asyur
  13. Fathurrahman fi Tafsiril-Qur’an, DR. Muhammad Abdul Mun’im Tu’aylib
  14. Tafsir Qurtuby
  15. Tafsir Ibnu Katsir
  16. Tafsir Asy Syaukany
  17. Dzilalil Qur’an
  18. Ruhul Ma’ani lil Alusy

IX. Muhtawa

TAFSIR SURAT AL MUZZAMMIL


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
يٰأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ ۙ١
1. Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيْلًا ۙ٢
2. bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali-* sebagian kecil,
نِّصْفَهٗ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًا ۙ٣
3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu,
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًا ۗ٤
4. atau lebih dari (separuh) itu, dan bacalah Al-Quran itu perlahan-lahan.
إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا ٥
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.
إِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَّأَقْوَمُ قِيْلًا ۗ٦
6. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.
إِنَّ لَكَ فِى النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيْلًا ۗ٧
7. Sesunnguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيْلًا ۗ٨
8. Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا ٩
9. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.
وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا ١٠
10. Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.
وَذَرْنِيْ وَالْمُكَذِّبِيْنَ أُولِى النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيْلًا ١١
11. Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar.
إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَّجَحِيْمًا ۙ١٢
12. Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala,
وَّطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَّعَذَابًا أَلِيْمًا ١٣
13. dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.
يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا ١٤
14. (Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan.
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُوْلًا.ۙ شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلٰى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا ۗ١٥
15. Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul (Muhammad) kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Firaun.
فَعَصٰى فِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ فَأَخَذْنٰهُ أَخْذًا وَّبِيْلًا ۚ١٦
16. Namun Firaun mendurhakai Rasul itu, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.
فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَّجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًا ۖ١٧
17. Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.
السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهٖۗ كَانَ وَعْدُهٗ مَفْعُوْلًا ١٨
18. Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana.
إِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌۚ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا ؑ١٩
19. Sungguh, ini adalah peringatan. Barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya.
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُوْمُ أَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ أَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ أَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْأَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِۙ وَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَأَقِيْمُوا الصَّلٰةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَأَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِأَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ هُوَ خَيْرًا وَّأَعْظَمَ أَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَۗ إِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ؑ٢٠
20. Sesunggunya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan orang-orang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu akan memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Rasmul Bayan Q.S. Al-Muzzammil dari Fi Zhilâl Al-Qur’ân:

Secara garis besar, surat Al-Muzzammil terbagi dalam dua bagian, yaitu:
  1. Al-Sathtr al-awwal(bagian pertama), mulai ayat 1 sampai ayat 19, dan
  2. Al-Sathr Al-Tsânî(bagian kedua), yaitu ayat terakhir (20).

Al-Sathr Al-Awwal:
Sayyid Quthb –rahimahullâh- menjelaskan bagian pertama ini dari dua sisi, yaitu:
  1. Sisi Al-Îqâ`(nada, irama dan tekanan)
  2. Sisi al-muhtawâ(kandungan, contents).

Pertama: Îqa`(nada, irama, atau tekanan) bagian pertama ini secara harfiyah hampir sama, yaitu huruf lâmber-tanwîn.
Secara makna dan kesan, semuanya bernada lembut, bernuansa tenang dan agung, dan hal ini sesuai dengan tiga hal, yaitu:
  1. Taklîf(tugas dan beban) yang agung.
  2. Urusan yang serius, dan
  3. Ahwâl(kedahsyatan) yang bertubi-tubi, yaitu:
    1. Haul(kedahsyatan) al-qaul al-tsaqîl(ucapan yang “berat”).
    2. Haul (kedahsyatan) ancaman yang menakutkan.
    3. Haul(kedahsyatan) al-mauqif(“posisi”)

Kedua: Dari sisi kandungan, bagian pertama ini berisi:
  1. Seruan yang memuat taklîf(beban dan tugas).
  2. Persiapan untuk memikul taklîftersebut.
Persiapan ini dilakukan dengan delapan (8) cara, yaitu:
  1. Qiyâm al-lailsecara khusus
  2. Shalatsecara umum
  3. Membaca Al-Qur’ân secara tartîl.
  4. Dzikir yang penuh kekhusyu`an
  5. Ber-tawakkal kepada Allah SWT.
  6. Al-Hajr al-Jamîl(menjauhi, menghindari) yang baik.
  7. Ber-shabar
  8. Membiarkan urusan para pendusta untuk dihadapi oleh Allah SWT semata, Dzat yang Maha Perkasa, Pemilik dakwah Islam.

Pada bagian kedua (al-syathr al-tsânî) yang terdiri dari satu ayat saja, Allah SWT memberikan:
  1. Lamsah(sentuhan) kelembutan, kasih sayang dan keringanan serta kemudahan
  2. Taujîh(arahan) untuk melakukan berbagai ketaatan dan upaya-upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.
  3. Talwih(isyarat) terhadap rahmat dan pengampunan Allah SWT

Secara garis besar, surat Al-Muzzammil menggambarkan lembaran daya dan upaya yang mulia untuk:
  1. Mengembalikan umat manusia yang tersesat agar kembali kepada Allah SWT.
  2. Kesabaran dalam menghadapi sikap umat manusia yang menyakitkan.
  3. Mujâhadah(kesungguhan) dalam membina hati nurani umat manusia.

Harapannya adalah agar manusia terbebas dari:
  1. Harta benda (materi) yang menggiurkan
  2. Kelezatan yang membuat terlena.
  3. Bersantai-santai yang biasa “dinikmati” oleh orang-orang yang tidak mempunyai visi dan missi.
  4. Tidur berkepanjangan yang dinikmati oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tugas.

Pendahuluan

Mengenai sebab turunnya surat ini terdapat suatu riwayat yang menceritakan bahwa kaum Quraisy berkumpul di Darun Nadwah (balai per­temuan) untuk mengatur tipu daya terhadap Nabi saw dan dakwah yang beliau bawa. Setelah infor­masi tentang hal itu sampai kepada Rasulullah saw maka beliau bersedih hati, lantas berselimutkan dengan pakaiannya dan tidur dengan penuh ke­sedihan. Maka datanglah malaikat Jibril menyam­paikan bagian pertama surat ini, 'Hai orang yang ber­selimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya).... dst. "Dan paroan yang kedua belakangan datangnya, yaitu dari firman Allah, "Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam .... " Hingga akhir surat. Bagian yang kedua ini terlambat satu tahun penuh, yaitu ketika Rasulullah saw me­nunaikan shalat bersama segolongan sahabatnya, sehingga kedua kaki beliau bengkak. Maka turunlah ayat yang memberikan keringanan kepada beliau pada bagian kedua ini setelah berlalu dua belas bulan.

Diceritakan dalam riwayat lain yang meng­ulang peristiwa itu dengan menisbatkannya kepada surat Al Muddatstsir, sebagaimana akan dibicarakan di dalam membicarakan surat Al Muddatstsir nanti, insya Allah. Ringkasnya, bahwa Rasulullah saw biasa ber-­tahannuts, yakni menyucikan diri dan beribadah di gua Hira' tiga tahun sebelum beliau diutus menjadi Nabidan tahannutsitu beliau lakukan selama se­bulan setiap tahunnya yaitu pada bulan Ramadhan. Beliau pergi ke gua Hira' yang jauhnya sekitar dua mil dari Mekah, bersama keluarga dekatnya. Beliau berdiam di sana pada bulan Ramadhan itu, beliau beri makan orang miskin yang datang ke sana dan beliau habiskan waktunya untuk melakukan ibadah, me­mikirkan dan merenungkan pemandangan alam yang ada di sekitarnya dan memikirkan kekuatan pen­cipta yang ada di balik semua itu.Karena beliau tidak mantap terhadap akidah syirik yang rapuh yang dipeluk kaumnya beserta segala pandangannya yang lemah. Akan tetapi di depan beliau tidak terdapat jalan yang terang, manhaj yang pasti dan tidak ada jalan hidup yang lurus yang menangkan dan menye­nangkan hatinya.

Pilihan Rasulullah saw melakukan uzlah 'me­nyendiri' ini rupanya sudah menjadi skenario Allah untuk menyiapkan beliau buat menantikan urusan yang agung. Dalam uzlah ini beliau menyendiri, ber­sunyi-sunyi seorang sendiri dan membebaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan dan segala kesibukan­nya yang kecil (tak bernilai) dan beliau kosentrasi­kan pikirannya untuk merenungkan alam semesta, memperhatikan fenomena-fenomena keindahan dan ruhnya bertasbih bersama ruh alam wujud, ber­pelukan dengan keindahan dan kesempurnaan ini, bergaul dengan hakikat yang agung dan latihan ber­gaul dengannya dengan penuh pengertian dan pe­mahaman.

Sudah tentu, bagi ruh yang dikehendaki untuk mempengaruhi realitas kehidupan manusia ini dan mengubahnya ke arah lain. Sudah tentu, ruh yang demikian ini harus berkhalwat dan ber-'uzlah (me­nyepi dan menyendiri) pada suatu waktu dan men­jauhi kesibukan duniawi, hiruk-pikuk kehidupan dan kepentingan-kepentingan kecil manusia yang sibuk dengan urusan kehidupan. Harus ada waktu untuk memikirkan, merenung­kan dan bergaul dengan alam yang besar dan hakikatnya yang mutlak. Karena tenggelam dalam kehidupan akan menjadikan jiwa akrab dan tertarik kepadanya, sehingga ia tidak akan berusaha me­ngubahnya. Adapun melepaskan diri darinya sementara waktu, menjauhinya dan hidup dalam kebebas­an yang penuh dari tawanan realitas yang kecil dan dari kesibukan-kesibukannya yang rendah dan remeh, maka hal ini akan menjadikan ruhnya yang besar layak memandang sesuatu yang lebih besar dan melatihnya untuk merasakan kesempurnaan dirinya tanpa memerlukan tradisi manusia dan ia dapatkan pertolongan dari sumber lain selain tradisi yang berkembang selama ini.

Demikianlah Allah memprogram Nabi Muham­mad saw yang dipersiapkannya untuk mengemban amanat teragung, mengubah wajah dunia dan me­luruskan garis sejarah. Allah memprogramkan uzlah ini untuknya sebelum ditugasi mengemban risalah tiga tahun kemudian. Muhammad melakukan uzlahselama sebulan (dalam setahun), bercengkerama dengan ruh alam semesta yang bebas dan mere­nungkan kegaiban yang tersembunyi di balik alam nyata ini, hingga tiba masanya bergaul dengan alam gaib ini ketika Allah mengizinkan. Ketika Allah swt telah mengizinkan dan berkehendak melimpahkan rahmat-Nya kepada dunia, maka datanglah malaikat Jibril alaihissalam kepada Nabisaw ketika beliau sedang berada di Gua Hira'. Hal itu diceritakan oleh Rasulullah saw sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Wahb bin Kisan, dari Ubaid, dia berkata,

"Maka datanglah malaikat Jibril kepadaku ketika aku sedang tidur, dengan membawa permadani sutra yang ada tulisannya, lalu ia berkata, 'Iqra’(Bacalah!). Aku menjawab, 'Maa aqra'u'(dalam satu riwayat, 'Maa ana biqaari"[Saya sama sekali tidak dapat mem­baca]. Lalu ia menghimpitku sehingga aku mengira akan mati. Kemudian ia melepaskanku seraya ber­kata, 'Bacalah!' Aku menjawab, 'Aku tidak dapat membaca.' Lalu ia menghimpitku sehingga aku mengira aku akan mati. Kemudian ia melepaskanku seraya berkata, 'Bacalah!' Aku menjawab, 'Aku tidak dapat membaca.' Lalu ia menghimpitku lagi sehingga aku mengira bahwa aku akan mati. Kemudian ia me­lepaskanku lagi seraya berkata, 'Bacalah!' Aku ber­tanya, 'Apakah yang harus aku baca?' Aku berkata begitu dengan maksud akan menirukan apa yang ia bacakan kepadaku. Lalu ia mengucapkan,

'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan (perantaraan) kalam. Diamengajarkan kepada manusia apa yang tidak di­ketahuinya. " (Al 'Alaq: 1-5)

Nabi berkata, "Lalu aku membacanya. Kemudian setelah selesai, ia pergi dariku. Dan pada waktu aku bangun tidur, maka seakan-akan dituliskan suatu kitab di dalam hatiku. Kemudian aku keluar dan ketika sampai di tengah-tengah gunung, aku men­dengar suara dari langit yang berkata,’ Hai Muhammad, engkau adalah Rasul (utusan) Allah dan aku adalah malaikat Jibril.' Lalu aku menengadah sambil me­mandang ke langit, tiba-tiba malaikat Jibril dalam bentuk seorang laki-laki, sambil membuka kedua kakinya di ufuk langit seraya berkata, ‘Hai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah dan aku adalah Jibril.' Aku berhenti sambil memandang kepadanya. Aku tetap saja berdiri dengan tidak melangkahkan kaki ke depan ataupun ke belakang, hingga Khadijah me­ngirim beberapa orang utusannya untuk mencariku. Maka sampailah mereka di atas kota Mekah, ke­mudian mereka kembali lagi kepadanya sedang saya masih berdiri di tempat saya itu. Kemudian Jibril pergi dariku dan saya pun pulang kepada keluargaku hingga bertemu Khadijah. Kemudian aku duduk di pahanya dan bersandar kepadanya, lalu ia bertanya,'Wahai ayah Al Qasim, di mana engkau tadi. Demi Allah, aku telah mengutus beberapa orang untuk mencarimu hingga ke atas kota Mekah, kemudian mereka kembali lagi kepadaku.' Kemudian saya ceritakan kepadanya apa yang saya lihat dari alam itu. Lalu ia berkata, 'Bergembiralah engkau wahaiputra pamanku dan mantapkanlah hatimu. Demi Allah yang diri Khadijah berada di tangan-Nya, sungguh aku berharap bahwa engkaulah Nabi umatmu.

Kemudian wahyu terhenti dari Nabi saw beberapa lama, hingga ketika beliau berada di gunung pada kali lain, tiba-tiba beliau melihat malaikat Jibril lagi, maka tubuh beliau gemetar hingga bersimpuh ke tanah, kemudian beliau pulang kepada istrinya dengan perasaan takut dan tubuh gemetar, lalu berkata, "Selimutilah aku, selimutilah aku!" Lalu keluarganya menyelimutinya, sedang tubuhnya masih gemetar karena takut tetapi tiba-tiba malaikat Jibril berseru,
'Hai orang yang berselimut....!"
Dan ada yang mengatakan,
'Hai orang yang berkemul (berselimut) ....!"
Allah lebih mengetahui mana yang benar.

Terlepas, apakah sah riwayat pertama tentang sebab turunnya sebagian surat ini, atau yang sah itu riwayat kedua mengenai sebab turunnya bagian permulaannya, sesungguhnya Rasulullah saw me­ngerti bahwa sesudah itu beliau tidak dapat tidur dengan leluasa lagi karena di sana ada tugas yang berat dan jihad yang panjang dan bahwa sejak adanya seruan (wahyu dari malaikat Jibril) itu beliau harus bangkit, berjuang dan berusaha keras, serta tidak dapat tidur dengan leluasa lagi.

Dikatakan kepada Rasulullah saw, 'Bangun­lah!’.... Maka beliau pun bangun. Dan sesudah itu, beliau bangun (berjuang) lebih dari dua puluh tahun, tidak beristirahat, tidak berhenti dan tidak hidup untuk kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Tetapi beliau bangun dan berjuang mendakwahkan agama Allah, menyeru manusia ke jalan Allah. Pundak beliau memikul beban yang berat yang tak pernah terlepas, beban amanat terbesar di muka bumi ini, beban kemanusiaan secara total, beban pembinaan yang menyeluruh, beban perjuangan dan jihad dalam berbagai lapangan dan medan. Beliau pikul beban perjuangan dan jihad di lapang­an hati manusia yang tenggelam dalam khurafat dan pandangan jahiliah, yang menancap di bumi dan tertarik oleh berbagai daya tariknya, yang ter­belenggu dengan tahanan dan belenggu syahwat. Sehingga apabila hati ini telah bersih dari tumpukan-­tumpukan kejahiliahan dan kehidupan duniawi yang selama ini sudah melekat pada diri mereka, maka perjuangan mulai dialihkan ke medan lain, bahkan ke medan-medan perang yang susul-menyusul dan berkesinambungan terhadap musuh-musuh dakwah yang senantiasa menentangnya dan menentang orang-orang yang beriman kepadanya, musuh-mu­suh yang berkeinginan keras untuk membunuh tanaman yang suci di tempat tumbuhnya ini, se­belum berkembang akar-akarnya di dalam tanah dan cabang-cabangnya di angkasa dan menaungi ham­paran-hamparan lainnya.... Suatu tugas dan per­juangan yang hampir tidak pernah kosong dari serangan-serangan yang dilancarkan musuh di Jazirah Arab sehingga bangsa Rumawi pun bersiap-­siap menghadapi umat yang baru ini dan bersiap siaga menyerangnya di perbatasan utara.

Di tengah-tengah semua peperangan ini, perang yang pertama dan utama-memerangi hati nuranipun tidak pernah kunjung usai, karena ini merupa­kan peperangan yang abadi, sedang setan selalu menyertainya, karena ia tidak pernah berhenti sama sekali dari melancarkan aktivitasnya di dalam lubuk hati manusia. Nabi Muhammad saw selalu berdiri di sana untuk menyampaikan dakwah ke jalan Allah dan melakukan peperangan dalam medan yang ber­beda-beda, dalam lapangan kehidupan dunia yang keras dan selalu menghadapinya. Beliau terus ber­juang dan berusaha keras, dan kaum mukminin yang ada di sekitar beliau dapat memperoleh ke­senangan di bawah naungan keamanan dan kete­nangan. Beliau senantiasa melakukan perjuangan yang melelahkan, dengan terus-menerus tiada henti. Dalam menghadapi semua itu beliau ber­sikap sabar dengan kesabaran yang baik, senantiasa aktif melakukan shalat malam, beribadah kepada Tuhannya, membaca Qur'an-Nya dengan teratur dan tekun, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada beliau ketika Dia menyerunya,

'Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Se­sungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu per­kataan yang berat. Sesungguhnya, bangun pada waktu malam adalah lebih teat (untuk khusyuk) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya, kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak di­sembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (Al Muzzammil: 1-10)

Demikianlah Nabi Muhammad saw berjuang dan hidup dalam peperangan yang terus-menerus lebih dari dua puluh tahun, dengan tidak ada sesuatu pun yang dapat melalaikannya dari perjuangan ini, se­menjak beliau mendengar seruan tertinggi dan mulia dan menerima tugas yang berat dari-Nya. Semoga Allah memberikan balasan kepada beliau dengan balasan yang sebaik-baiknya atas perjuangan beliau membimbing kita dan semua manusia.

Bagian pertama surat ini berirama dengan satu irama dan hampir semuanya bersajak sama, yaitu huruf lam berfathah yang dibaca panjang. Dan ini merupakan irama yang lunak, anggun dan agung, sejalan dengan keagungan tugas dan keseriusan urusan yang dikandungnya, disertai dengan urusan­-urusan besar yang mengiringinya, yang dipaparkan dalam ayat-ayatnya... yaitu perkataan yang berat sebagaimana telah kami kemukakan dan ancaman besar yang menakutkan,

'Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang­-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mem­punyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala­-nyala dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih." (Al Muzammil : 11-13)

Suatu perhentian yang tampak jelas dalam pe­mandangan-pemandangan alam dan suatu sikap yang tampak nyata dalam lubuk jiwa,

'Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan."(Al Muzzammil/14)
'Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang men­jadikan anak-anak beruban. Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana."(Al Muzzammil/17-18)

Adapun ayat terakhir yang panjang itu meng­gambarkan bagian kedua Ia turun setelah setahun Rasulullah saw melaksanakan shalat malam se­hingga kaki beliau bengkak, demikian juga sejumlah orang dari sahabat beliau. Dan, Allah menjanjikan buat beliau dan buat mereka sesuatu yang sudah disediakan buat mereka karena shalatnya ini. Maka turunlah ayat yang memberi keringanan ini, di samping memberi ketenangan bahwa Allah telah memilihkan buat mereka sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya, beban dan tugas-tugas yang telah di­tentukan-Nya di dalam pengetahuan-Nya.

Ayat ini memiliki nuansa khusus. Ayatnya pan­jang dan nuansa musiknya bermacam-macam, ada yang nadanya tenang dan mantap dan kata ter­akhirnya sesuai dengan nuansa kemantapan ini, yaitu huruf mim yangsebelumnya terdapat huruf ya' yang dibaca panjang, yaitu lafal,"Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al­ Muzammil : 20)

Surat ini dengan kedua bagiannya membentangkan lembaran sejarah dakwah ini, dimulai dengan seruan yang tinggi lagi mulia yang berisi pemberian tugas yang agung dan menggambarkan persiapan­ persiapannya yang berupa shalat malam, shalat fardhu, membaca Al Qur’an dengan teratur, zikir de­ngan khusyu dan tekun, bersabar kepada Allah saja, bersabar menghadapi gangguan, menjauhi dengan cara yang baik dari orang-orang yang mendustakan agama Allah dan memisahkan antara mereka de­ngan Allah Yang Maha kuasa lagi Maha Perkasa, Pemilik dakwah dan perjuangan yang sebenarnya.

Surat ini diakhiri dengan senTuhan kelembutan dan kasih sayang, pemberian keringanan dan kemudahan, pengarahan untuk melaksanakan ketaatan dan pendekatan diri kepada Tuhan beserta lam­baian rahmat dan ampunan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

"Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "

Surat ini dengan kedua segmennya melukiskan suatu lembaran dari lembaran-lembaran perjuangan yang agung dan mulia yang telah dicurahkan oleh golongan manusia pilihan, yang asalnya bingung tak tahu jalan, untuk dikembalikannya kepada Tuhan­nya, bersabar terhadap gangguan-gangguan, ber­juang dengan segenap hatinya, lepas dari keinginan duniawi yang menggiurkan, kelezatan yang melalai­kan dan kesenangan yang dinikmati orang-orang yang berhati hampa, serta tidur nyenyak yang di­nikmati orang-orang yang banyak menganggu. Sekarang kita hadapi surat ini beserta paparan Qur'aninya yang indah.

Mempersiapkan Bekal Perjuangan

'Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya),(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al­ Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Se­sungguhnya, bangun pada waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya, kamu pada siang hari mem­punyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.(Al Muzzammil: 1-9)

'Hai orang yang berselimut, bangunlah .... "
Ini adalah seruan dari langit, suara Tuhan YangMaha Agung lagi Maha Tinggi.... Bangunlah .... Bangunlah untuk menyongsong urusan besar yangsedang menantimu dan tugas berat yang akan di­bebankan kepadamu. Bangunlah untuk berjuang dan berusaha, berkiprah dan bersusah payah. Bangunlah, waktu tidur dan istirahat telah berlalu.... Bangunlah dan bersiap-siagalah menyongsong urusan ini....

Ini adalah kalimat yang agung dan menakutkan yang menjauhkan Rasul dari hangatnya tempat tidur, di rumah yang tenang, nyaman dan hangat. Yang mendorongnya pergi ke tengah-tengah kelompok yang besar, menghadapi berbagai macam goncang­an dan kesulitan, menghadapi pengaruh dan daya tarik hati manusia dan realitas kehidupan. Orang yang hidup dengan mementingkan diri­nya sendiri memang kadang-kadang bisa hidup senang, akan tetapi hidupnya itu tak bernilai dan matinya pun dalam penilaian yang kecil. Sedangkan, orang besar yang memikul tugas yang besar... maka apalah artinya tidur baginya? Apa artinya istirahat? Apa arti ranjang yang hangat dan kehidupan yang penuh kesenangan? Apa pula anti kesenangan duniawi yang menyenangkan? Rasulullah saw telah mengerti dan mengetahui ukuran hakikat urusan ini. Karena itu, ketika Khadijah mengajak beliau istirahat dan tidur, beliau berkata kepadanya, ”Telah berlalu waktu tidur, wahai Khadijah."

Ya, telah berlalu waktu tidur dan tidak ada yangkembali lagi sejak hari itu kecuali berjaga, berpayah payah dan berjuang dengan perjuangan yang panjang dan berat

'Hai orang yang berselimut, bangunlah di malam hari kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seper­dua itu. Dan bacalah Al Qur’anitu dengan perlahan-­lahan."(Al Muzzammil: 1-4)

Ini adalah persiapan untuk mengemban tugas yang amat besar dengan perantaraan persiapan Ilahiah yang terjamin... yaitu shalat malam, mak­simal lebih dari separo malam tetapi kurang dari dua pertiga malam dan minimal sepertiga malam.... Bangun untuk shalat malam dan membaca Al Qur'an dengan tartil, yaitu membacanya dengan memperhatikan panjang-pendek dan tajwidnya, bukan dengan menyanyikan dan melagu-lagukannya, tidak ber­lebih-lebihan dan bukan berasyik-asyik dalam me­nyanyikan dan menyenandungkannya.

Telah diriwayatkan secara sah mengenai shalat witir (shalat malam), Rasulullah saw bahwa beliau tidak pernah melakukannya lebih dari sebelas rakaat. Namun demikian, untuk shalat sebelas rakaat ini hampir memakan waktu dua pertiga malam dan beliau baca Al Qur’an padanya dengan tartil. Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnad­nya bahwa telah diceritakan kepada kami oleh Yahya bin Said Ibnu Abi Arubah dari Qatadah, dari Zararah bin Aufa,dari Said bin Hisyam... bahwa ia pernah datang kepada Ibnu Abbas lalu menanyakan kepadanya tentang shalat witir. Kemudian Ibnu Abbas menjawab, "Maukah kuberitahukan kepada­mu tentang orang yang paling mengetahui shalat witir (shalat malam) Rasulullah saw?" Said men­jawab, "Mau." Ibnu Abbas berkata, "Datanglah ke­pada Aisyah, kemudian tanyakanlah kepadanya. Setelah itu, kembalilah kepadaku dan beritahukan kepadaku apa jawabannya.".... Kemudian Said bin Hisyam berkata, "Aku berkata, 'Wahai Ummul Mu'minin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah saw' Aisyah menjawab, 'Apakah engkau tidak pernah membaca Al Qur'an?' Saya jawab, 'Pernah.' Ia berkata, 'Akhlak Rasulullah saw adalah Al Qur'an.' Saya pun hendak pergi, kemudian teringat olehku tentang shalat malam yang dilaku­kan Rasulullah saw, kemudian saya berkata, 'Wahai Ummul Mu'minin, beritahukanlah kepadaku ten­tang shalat malam Rasulullah saw.' Ia berkata, 'Apakah engkau tidak pernah membaca sash 'Yaaayyuhal muzzammil' ini?' Saya jawab, 'Pernah.' Ia berkata, 'Allah telah mewajibkan mengerjakan shalat malam pada permulaan surat ini, kemudian beliau melaksanakannya bersama sahabat-sahabat beliau hingga kedua kaki beliau bengkak dan Allah me­nahan ayat terakhir surat ini di langit selama dua belas bulan. Kemudian diturunkanlah ayat yang memberikan keringanan pada akhir surat ini. Maka jadilah shalat malam ini sebagai tathawwu'(suatu sunnah) setelah dahulunya diwajibkan....' Maka saya pun hendak berdiri, tetapi kemudian saya teringat shalat witir Rasulullah saw, lalu saya berkata, Wahai Ummul Mu'minin, beritahukanlah kepadaku ten­tang shalat witir Rasulullah saw' Aisyah menjawab,

'Kami menyiapkan siwak dan air wudhu beliau, lalu beliau dibangunkan oleh Allah pada malam hari, ke­mudian beliau bersiwak (menggosok gigi), lalu benwudhu, lalu mengerjakan shalat delapan rakaat dengan tidak duduk (tasyahud) kecuali pada rakaat kedelapan. Lalu beliau duduk, berzikir menyebut Tuhannya Yang Maha­ Tinggi dan berdoa, kemudian bangun dan belum meng­ucapkan salam, lalu berdiri untuk shalat pada rakaat kesembilan, kemudian duduk, lalu menyebut Allah Yang Maha Esa, kemudian berdoa kepada-Nya, kemudian mengucapkan salam dengan beliau perdengarkan kepada kami. Kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk setelah salam tadi. Maka semua itu ada sebelas rakaat, wahai anakku. Ketika Rasulullah saw sudah lanjut usianya dan badannya gemuk, beliau berwitir tujuh rakaat, kemudian shalat dua rakaat sambil duduk setelah salam. Maka itu adalah sembilan rakaat, wahai anakku. Dan apabila beliau tertidur atau sakit hingga tidak bisa melakukan shalat malam, maka pada siang harinya beliau melakukan shalat dua belas rakaat. Dan saya tidak pernah mengetahui Rasulullah saw membaca Al Qur’an semalam suntuk hingga pagi dan tidak pernahberpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan.... (HR Muslim)

Ini merupakan persiapan untuk menerima per­kataan berat yang akan diturunkan Allah kepada beliau....

"Sesungguhnya, Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (Al Muzzammil :5)

Yaitu Al Qur'an dengan segala tugas yang ada di belakangnya. Al Qur'an ini pada dasarnya tidaklah berat karena dia mudah diingat. Akan tetapi, dia berat dalam timbangan kebenaran dan berat pengaruh­nya di dalam hati,

"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’anini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al Hasyr: 21)

Maka Allah menurunkannya kepada hati yang lebih mantap daripada gunung untuk menerimanya. Jika untuk menerima dan memahami limpahan cahaya dan pengetahuan itu benar-benar berat, ia memerlukan persiapan yang panjang. Jika untuk bergaul dengan hakikat-hakikat yang sangat besar dan murni itu benar-benar berat, ia me­merlukan persiapan yang panjang. Jika berhubungan dengan makhluk tertinggi dan dengan ruh semesta dan ruh makhluk-makhluk hidup yang tidak hidup seperti yang disiapkan untukdilakukan Rasulullah saw itu benar-benar berat, maka ia membutuhkan persiapan yang panjang. Jika bersikap istiqamah terhadap urusan ini tanpa bimbang dan ragu-ragu dan tidak berpaling ke sini dan ke sana mengikuti berbagai bisikan dan tarikan serta hambatan-hambatan itu benar-benar berat, maka ia membutuhkan persiapan yang panjang. Mengerjakan shalat malam ketika orang-orang lain sedang nyenyak tidur dan memutuskan hubungan dengan kehidupan dunia yang menipu dan ren­dah nilainya dan berhubungan dengan Allah, mene­rima limpahan rahmat dan pancaran cahaya-Nya, bersenang hati bersama-Nya, bersepi-sepi dengan­-Nya, membaca Al Qur'an dengan tartil ketika alam sedang suasana hening dan terasa seakan-akan Al­ Qur'an baru saja turun dari alam tertinggi dan ber­cengkerama dengan alam semesta dengan tartil tanpa perkataan dan kalimat manusia yang terucap­kan dan menyambut pancaran cahayanya, pengarah­an-pengarahannya dan kesan-kesannya pada malam yang sunyi. Semua ini menjadi bekal untuk me­mikul perkataan yang berat itu, beban yang berat dan perjuangan yang pahit yang sedang menantikan Rasul dan orang-orang yang menyerukan dakwah­nya pada setiap generasi! Dan, aktivitas di malamsunyi yang seperti itu akan dapat menerangi hati di jalan perjuangan yang berat dan panjang, melin­dunginya dari bisikan-bisikan setan dan dari ke­bingungan di dalam kegelapan yang mengepung jalan yang bersinar terang benderang.

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (Al Muzzammil: 6)

"Naasyiat al laili" (bangun pada waktu malam)... bangun setelah isya'... (yakni tengah malam). Ayat itu mengatakan, "lnna naasyiat al laili asyaddu "(Sesungguhnya bangun pada waktu malam adalah lebih tepat ...) yakni lebih menyemangatkan badan, "wa aqwamu qiilaa"(dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan), yakni lebih memantapkan hati terhadap kebaikan (sebagaimana dikatakan oleh Mujahid), karena mengalahkan bisikan untuk tidur dan tarikan ranjang, setelah bekerja keras pada siang hari, adalah lebih tepat dan lebih menyemangatkan badan. Akan tetapi ungkapan ini adalah untuk me­nyatakan kekuatan ruh, sambutan terhadap seruan Allah dan merasakan kesan yang mendalam se­hingga hati merasa tenang dan jinak kepada-Nya. Oleh karena itu bacaan pada waktu itu lebih ber­kesan, karena berzikir pada waktu itu terasakan manisnya, shalat pada waktu itu terasakan ke­khusyu’annya dan bermunajat pada waktu itu terasa terenungkan isinya. Shalat dan berzikir serta ber­munajat pada waktu malam dapat meresapkan ke dalam hati perasaan tenang, senang, terkesan dan memancarkan cahaya ke dalamnya, yang kadang­-kadang tidak dijumpainya dalam shalat dan zikir pada siang hari. Allah yang menciptakan hati ini me­ngetahui jalan-jalan masuk ke dalamnya dan senar­-senarnya. Ia tahu apa yang dapat meresap ke dalam­nya dan memberikan kesan kepadanya, Ia mengeta­hui pada waktu kapan hati itu lebih terbuka dan lebih siap dan Ia tahu pula sebab-sebab dan cara-cara yang lebih melekat dan lebih mengesankannya.

Allah Yang Maha Suci yang mempersiapkan hamba dan Rasul-Nya Muhammad saw untuk menerima perkataan yang berat dan untuk bangkit memikul beban yang berat itu, memilihkan untuknya aktivitas malam hari, bangun malam, karena bangun malamitu lebih tepat untuk khusyu dan bacaannya lebih ber­kesan dan lagi karena pada waktu siang Rasulullah memiliki kesibukan-kesibukan dan kegiatan yang menyita banyak tenaga dan perhatiannya,

"Sesungguhnya, kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)."(Al Muzzammil:7)

Biarlah ia mempergunakan siang harinya untuk urusan-urusan dan kegiatan ini dan malam harinya ia khususkan untuk Tuhannya, dengan mengerjakan shalat dan berzikir menyebut nama Nya,

"Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada­Nya dengan penuh ketekunan."(Al Muzzammil: 8)

Menyebut nama Allah, bukanlah sekadar komat-kamitnya mulut menyebut nama itu, dengan menghitung jumlah tasbih dan pahalanya, atau dengan mengucapkannya sekian ribu dan sekian ribu kali. Akan tetapi, yang dimaksud ialah ingatnya hati dengan penuh konsentrasi bersama dengan zikir lisan, atau yang dimaksud adalah shalat itu sendiri beserta bacaan Al Qur'an di dalamnya. Dan "tabattul" (beribadah dengan tekun) adalah melakukan pemu­tusan total terhadap selain Allah, menghadap kepada-­Nya secara total dengan beribadah dan berzikir, lepas dari semua kesibukan dan lintasan pikiran, serta memfokuskan segenap perasaannya kepada Allah.

Setelah menyebut "tabattul" yang berarti me­mutuskan hubungan dari segalasesuatu selain Allah, maka sesudah itu disebutkanlah sesuatu yang men­jelaskan bahwa tidak ada sesuatu selain Allah yang layak seseorang menghadapkan diri kepadanya, kalau ia bermaksud menghadap kepada Allah,

"(Dialah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung." (Al Muzzammil9)

Dia adalah Tuhan bagi setiap orang yang menghadap kepada-Nya. Dia adalah Tuhan bagi udan barat. Dia adalah satu-satunya Tuhan yang tidak ada Tuhan lagi yang berhak diibadahi selain Dia. Maka memfokuskan perhatian kepada-Nya berarti memfokuskan kepada hakikat satu-satunya yang ada di alam wujud ini dan bertawakal kepada-Nya adalah tawakal kepada kekuatan satu-satunya yang ada di alam semesta ini. Dan bertawakal kepada Allah saja adalah bagian dari kepercayaannya akan kemahaesa­an-Nya dan kepercayaannya terhadap perlindungan -Nya kepada dunia belahan timur dan belahan barat, yakni kepada seluruh alam semesta. Dan Rasul yang diseru-Nya dengan "Qum"(bangunlah!)... untuk bangun guna mengemban tugas yang berat, sangat butuh berkosentrasi kepada Allah dan ber­sandar kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Karena dari sinilah akan lahir dan berkembang kekuatan dan akan diperolehnya bekal untuk memikul tugas berat di jalan yang panjang.

Bersabar Menghadapi Celotehan Kaumnya

Kemudian Allah mengarahkan Rasul untuk ber­sabar dengan kesabaran yang baik di dalam menghadapi tuduhan yang bukan-bukan, keberpalingan, halangan dan pengabaian yang dilakukan oleh kaumnya dan supaya menjauhi mereka serta mem­beri kesempatan sebentar kepada mereka, karena di sisi Allah sedan disediakan azab dan belenggu yang berat bagi mereka,

"Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang se­bentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada be­lenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala­nyala dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan dan menjadilah gunung-gunung itu tum­pukan-tumpukan pasir yang beterbangan. Sesungguhnya, Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rasulitu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana." (Al Muzzammil: 10-18)

Kalau sah riwayat pertama tentang sebab turun­nya segmen pertama surat ini mengenai mulai diutusnya Nabi saw, maka bagian kedua dari seg­men ini turun kemudian setelah berlakunya dakwah secara terang-terangan dan munculnya orang-­orang yang mendustakan dan bersikap sombong dan berlaku kejam terhadap Rasulullah saw dan orang-orang mukmin, sedangkan jika riwayat yang kedua itu yang sah, maka segmen pertama surat ini seluruhnya turun berkenaan dengan apa yang dialami Nabi saw yang diganggu dan disakiti oleh kaum musyrikin serta dihalang-halangi dakwahnya. Akan tetapi, bagaimanapun keadaannya, kita jumpai adanya arahan untuk bersabar, sesudah di­beri pengarahan untuk mengerjakan shalat malam dan berzikir dan kedua hal ini sering disebutkan bersama-sama di dalam membekali hati dengan bekal dakwah ini untuk menempuh jalannya yang berat dan panjang, baik di jalan dakwah untuk me­resapkan ke dalam hati maupun di jalannya dalam berjihad menghadapi para penentang dan kedua­-duanya merupakan sesuatu yang berat dan sulit. Kita jumpai pengarahan untuk bersabar, 'Dan ber­sabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan, ucapan­-ucapan yang menjengkelkan dan memicu kemarah­an. "Dan jauhilah mereka dengan cara yang baik..."; tidak dihiraukan dengan membalas mencelanya dan marah kepadanya, tidak usah mengucapkan kata-­kata yang keji dan menyiarkan kejelekannya.

Inilah langkah dakwah di Mekah, khususnya pada masa-masa permulaan, yang semata-mata ber­bicara kepada hati dan nurani dan semata-mata penyam­paian dengan tenang dan penjelasan yang terang. Menjauhi secara baik terhadap kesombongan dan sikap mendustakan, benar-benar memerlukan kesabaran setelah memerlukan zikir: Kesabaran me­rupakan pesan Allah yang disampaikan kepada se­tiap Rasul yang disampaikan berkali-kali dan disampaikan pula kepada hamba-hamba-Nya yang ber­iman kepada Rasul-Rasul-Nya. Dan tidak mungkin seseorang dapat melaksanakan dakwah ini kecuali dengan menjadikan kesabaran sebagai bekal dan kebiasaannya, kesabaran sebagai surganya dan sen­jatanya, sabar sebagai tempat bernaung dan berlin­dungnya. Karena berdakwah adalah jihad, jihad terhadap dirinya sendiri, terhadap nafsunya, ter­hadap penyelewengannya, kelemahannya, keliaran­nya, ketergesa-gesaannya dan keterputusasaan­nya dan jihad terhadap musuh-musuh dakwah dan sarana-sarana mereka, program mereka, tipu daya mereka dan gangguan mereka. Juga jihad terhadap nafsu secara umum, yaitu keinginan untuk meng­hindar dan lepas dari tugas-tugas dakwah dan ber­sembunyi di dalam bentuk yang bermacam-macam, dengan menyimpang dari dakwah dan tidak isti­qamah. Maka tidak ada bekal bagi juru dakwah kecuali kesabaran di dalam menghadapi semua ini, yang dibarengi dengan zikir sebagaimana yang hampir disebutkan pada setiap tempat. Bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Biarkanlah Aku (Allah) sendiri yang akan menghadapi orang-orang yang mendustakan itu, karena Aku men­jamin akan mengambil tindakan terhadap mereka,

'Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang­-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mem­punyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar." (Al Muzzammil:11)

Ini adalah sebuah kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, Maha Kuatlagi Maha Kokoh...'Biarkanlah Aku (saja) ber­tindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu...!" Dan orang-orang yang mendustakan itu adalah manusia biasa juga, sedang yang mengancam mereka itu adalah Tuhan yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta ini dengan firman-Nya, 'Kun" Jadilah!, Tidak lebih dari perkataan itu. Biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-­orang yang mendustakan itu... Karena dakwah itu adalah dakwah-Ku, tugasmu hanya menyampaikan. Biarkan mereka mendustakan dan tinggalkan mereka dengan cara yang baik. Aku yang akan melancarkan belenggu-belenggu yang berat, neraka yang me­nyala-nyala, makanan yang menyumbat kerong­kongan dan azab yang pedih. Semuanya itu me­rupakan balasan yang sesuai bagi "orang-orang yang mempunyai kemewahan" dantidak mau bersyukur kepada Yang Memberi nikmat. Karena itu, ber­sabarlah wahai Muhammad terhadap mereka dengan kesabaran yang baik dan biarkanlah Aku yang akan bertindak terhadap mereka. Biarkanlah mereka, karena di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat yang akan membelenggu dan menyakiti mereka, ada neraka yang menyala-nyala yang akan mem­bakar dan memanggang mereka, ada makanan yang akan menyumbat kerongkongan mereka dan ada azab yang pedih pada hari yang menakutkan.

Kemudian dilukiskanlah pemandangan pada hari yang menakutkan itu,

'Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan." (Al Muzzammil: 14)

Inilah pemandangan yang menakutkan, di mana manusia dilewatkan dan disebutkanlah bumi dengan hamparannya yang sangat luas dan besar, tetapi ia ketakutan dan berantakan. Bagaimana lagi dengan manusia yang kecil dan lemah?!

Setelah melukiskan pemandangan yang me­nakutkan dan mengerikan itu, maka diingatkanlah orang-orang yang mendustakan dan memiliki ke­mewahan itu terhadap Fir'aun sang diktator dan bagaimana Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasaitu menyiksanya,

"Sesungguhnya, Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun men­durhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat." (Al Muzzammil: 15-16)

Demikian gambaran singkat menggoncangkan perasaan dan menanggalkan hati, sesudah dilukiskannya pemandangan bumi dan gunung-gunung yang bergoncangan dan berantakan. Itu hukuman akhirat dan ini hukuman dunia. Maka, bagaimanakah kamu akan menyelamatkan dirimu dan melindunginya dari azab yang mengeri­kan dan menakutkan ini?

'Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang men­jadikan anak-anak beruban. Langit (pun) menjadi pecah-belah pada hari itu karena Allah.... (Al Muzzammil: 17-18)

Keadaan yang menakutkan ini menjadikan langit pecah-belah dan sebelumnya bumi dan gunung­gunung bergoncangan dan anak-anak kecil menjadi beruban. Sesungguhnya, ini adalah sesuatu yang menakutkan yang digambarkan dalam lukisan alam yang diam dan manusia yang hidup dalam peman­dangan-pemandangan yang dipindahkan oleh papar­an Al Qur'an ke dalam perasaan manusia seakan­-akan ia sedang terjadi.... Kemudian dipertegasnya lagi, 'Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana. (Al Muzzammil:18) Pasti terjadi, takkan diselisihi karena apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, apa yang dimaui pasti terwujud. Setelah dilukiskannya pemandangan yang menakutkan pada alam semesta dan pada jiwa manusia, disentuhnyalah hati mereka agar sadar dan memilih jalan keselamatan... yaitu jalan Allah....

"Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya.(Al Muzzammil: 19)

Sungguh jalan kepada Allah itu lebih aman dan lebih mudah daripada jalan hidup yang meragukan, yang membawa kepada ketakutan dan kesengsara­an. Ketika ayat-ayat ini turun menggoncangkan hati orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, pada waktu yang sama ia justru membawa rahmat, ke­percayaan dan keyakinan kepada Rasulullah saw dan golongan minoritas mukmin yang lemah waktu itu. Karena mereka merasa bahwa Tuhan mereka se­lalu menyertai mereka, memerangi musuh-musuh mereka dan menyiksa musuh-musuh tersebut.

Tangguh yang diberikan kepada orang-orang yang mendustakan itu hanya sebentar, hanya sampai pada waktu tertentu, setelah itu semuanya berlalu, ketika ajal telah tiba dan Allah menyiksa musuh-­musuh-Nya dan musuh-musuh orang beriman denganbelenggu-belenggu yang berat, neraka yang me­nyala-nyala dan azab yang pedih. Sesungguhnya Allah tidak akan menyerahkan kekasih-kekasih-Nya kepada musuh-musuh-Nya, meskipun musuh-musuh-Nya itu diberi-Nya tang­guh hingga suatu masa.

Pemberian Keringanan

Sekarang, datanglah segmen kedua surat ini yang disebutkan dalam satu ayat saja yang turun setahun kemudian sesudah turunnya segmen yang pertama, menurut pendapat yang lebih kuat,

"Sesungguhnya, Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan sung. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat me­nentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia mem­beri keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari se­bagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah(bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembah­yang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Muz­zammil: 20)

Ini adalah sentuhan keringanan yang menyejukkan, yang menghapuskan keletihan, kepenatan, dan kesulitan. Pemberian kemudahan dari Ilahi kepada Nabidan orang-orang yang beriman. Allah telah mengetahui ketulusan beliau dan ketulusan mereka dan kaki-kaki mereka telah bengkak karena lamanya berdiri waktu shalat malam dengan membaca bacaan-bacaan yang panjang dari Al Qur’an. Akan tetapi Allah tidak ingin Nabi-Nya menderita karena mem­baca Al Qur'an dan shalat ini. Ia hanya ingin menyiap­kannya untuk mengemban tugas besar yang akan dihadapinya sepanjang hidupnya nanti, dia dan go­longan minoritas yang beriman yang berjuang ber­samanya.

Apa yang dibicarakan dalam ayat ini menye­nangkan dan menenteramkan,

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu... "

Allah melihatmu! Berdiri dan shalat yang kamu lakukan dan dilakukan orang-orang yang beriman itu diterima dalam timbangan Allah. Tuhanmu mengetahui, ketika engkau dan mereka menjauhkan lambung dari tempat tidur, meninggal­kan hangatnya ranjang di malam sunyi, tidak men­dengar seruan tempat tidur yang meninabobokkan, akan tetapi yang kau dan mereka dengar adalah seruan Allah. Tuhanmu kasih sayang kepadamu dan ingin me­ringankan bebanmu dan sahabat sahabatmu....

'Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang .... "

Dipanjangkannya yang ini dan dipendekkannya yang itu. Dipanjangkannya malam dan ada kalanyadipendekkan. Kamu dan sahabat-sahabatmu terus saja melakukan shalat malam dalam waktu kurang dari dua pertiga malam, seperdua malam, atau seper­tiga malam. Dia mengetahui kelemahanmu untuk melakukan begitu terus-menerus dan Dia tidak ingin memayahkan dan memberatkan kamu. Dia hanya menginginkan kamu mengambil bekal dan kamu pun telah mengambil bekal itu. Maka Dia memberikan keringanan kepada dirimu. Oleh karena itu, lakukanlah itu dengan mudah,

"Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an... "

Di dalam melakukan shalat malam, dengan tanpa berberat-berat dan berpayah-payah. Dan di sana, di dalam ilmu Allah, terdapat sesuatu yang menantimu, yang menghabiskan tenaga dan kekuatan dan menjadikanmu sat melakukan shalat malam,

'Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit.... "

Yang sulit baginya melakukan shalat malam ini.

"Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.... "

Berusaha mencari rezeki, karena ini merupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi kehidupan.Sedang Allah tidak menghendaki kamu meninggal­kan urusan-urusan kehidupanmu dan memfokus­kan perhatianmu untuk melaksanakan syi'ar-syi'ar ibadah saja sebagaimana para rahib dan biarawan.

'Dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah.... "

Allah mengetahui bahwa Dia akan memberikan izin kepadamu untuk membela diri dari penganiayaan orang lain dengan melakukan perang dan untukmenegakkan bendera Islam di muka bumi yang sangat ditakuti oleh orang-orang yang zalim itu. Karena itu, berilah keringanan kepada dirimu,

'Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an.... " dengan tanpa bersulit-sulit, bersusah-susah dan berpayah-payah. Konsistenlah kamu di dalam menunaikan ke­wajiban-kewajiban agama,

'Dirikanlah shalatdan tunaikanlah zakat... "

Bersedekahlah sesudah itu seakan-akan kamu memberi pinjaman kepada Allah, yang dengan begitu Allah akan mengekalkan kebaikannya untukmu,

'Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisAllah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya.... "

Hadapkanlah dirimu kepada Allah dengan meminta ampun kepada-Nya atas kekurangan-kekuranganmu. Karena manusia itu senantiasa ada kekurangan­nya dan rentan terhadap kekeliruan, meski bagai­manapun ia bersungguh-sungguh dan mencari yang benar,

"Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Inilah sentuhan yang penuh kasih sayang, ke­mudahan dan ketenteraman, yang datang setahun sesudah adanya seruan untuk "bangun". Allah memberikan keringanan kepada kaum muslimin, sehingga dijadikannya shalat malam itu sebagai tathawwu' (sunah), bukan kewajiban. Adapun Rasulullah saw tetap berlaku bagi beliau dalam berhubungan dengan Tuhannya dan tidak kurang dari sepertiga malam, untuk bermunajat ke­pada Tuhannya, dalam kesunyian dan keheningan malam. Dan di hadirat Allah ini beliau memohon bekal kehidupan dan bekal perjuangan, sedang hati beliau tak pernah tidur meskipun kedua mata beliau tidur. Hati Rasulullah selalu sibuk berzikir mengingat Allah, tekun beribadah kepada Pelindungnya. Hati beliau kosong dari segala sesuatu selain Tuhannya,meski bagaimanapun beratnya beban yang dipikul di atas pundaknya, meski bagaimanapun beratnya tugas yang diembannya.

Sumber: Zhilal, https://www.sakaran.com/2016/05/bacaan-tulisan-arab-surat-al-muzammil.html