Tuesday, March 13, 2018

Kaidah ke-9: Lahan Dakwah Luas Hendaknya Da'i Memilih Untuk Dakwahnya

Ketika dakwah baru memasuki masa perintisan dan pembentukan, maka kesungguhna yang dikerahkan sesuai dengan proporsinya, jadi seorang da’i harus memperhatikan prinsip memlih untuk dakwahnya. Mulai dari yang dekat sebelum yang jauh. Ssungguhnya seorang da’i tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendakwahkan siapapun, apalagi tidak jelas sasarannya, sementara pada saat yang sama, orang dekat, tetangga di sekitar tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan juga membutuhkan dakwahnya, dan Ia telah mengenali mereka dengan baik, tidak perlu lagi informasi tentang mereka, dan mereka juga telah mengenalnya dengan baik, sehingga tidak perlu lagi pendekatan awal. Justru mereka akan mencelanya karena mereka merasa diremehkan, sementara ia pergi mendakwahi orang-orang yang jauh, sedangkan sehari-hari Ia hidup bersama mereka. Mata mereka selalu mengawasi baik buruknya dan menjadi saksi atas kesenangan dan kesusahannya, Ia kelak akan mempertanggung jwabkan mereka di hadapan Allah. Sesungguhnya Nabi telah mengambil tindakan terhadap kaumnya bahwasanya mereka tidak memahami tetangganya dan tidak mengajarkannya, sehingga mereka terancam oleh sangsi (uqubat) dan mereka di biarkan selama satu tahun untuk melaksanakan tugas tersebut.

Ketika rasulullah SAW mulai berdakwah, Allah memerintahkan kepadanya untuk mendakwahi keluarganya yang terdekat :

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ(214)

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (QS. As-syu’ara : 214)

Imam Ar-Razy berkata : “Kemudian Allah memerintahkannya untuk mendakwahi yang lebih dekat, karena bila da’wah intensif  kepada diri sendiri, setelah itu kepada kalangan terdekat, maka seorang da’i tidak mudah dianiaya, dan perkataannya lebih bermanfaat dan ucapannya lebih mantap. Imam Bukhari mengeluarkan dalam sahihnya, dari ibnu Abbas RA, berkata : “Tatkala turun وأنذر عشيرتك الأقربين Nabi naik ke atas bukit Sofa seraya berseru : “Wahai Bani Fahr!, wahai Bani ‘Ady!,”, sehingga merekapun berkumpul, bahkan yang tidak bisa datang mengutus seseorang untuk melihat ada apa sebenarnya. Turut hadir pula Abu Lahab dan pemuka-pemuka Quraisy. Lalu Nabi berkata :  Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu kalian bahwa pasukan berkuada di sebuah lembah akan menyerang kalian, apakah kalian membenarkanku. Mereka berkata : “Ya, setahu kami engkau tidak pernah berdusta”. Nabi berkata : “maka sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan terhadap kalian, di hadapanku ada adzab yang pedih”.

Dalam riwayat imam Bukhari yang lain dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda : “Wahai orang-orang Quraisy!, jagalah diri kalian, aku tidak dapat membelamu sedikitpun di sisi Allah, wahai Abbas bin Abdul Muttalib aku tidak dapat membelamu sedikitpun di sisi Allah, Wahai Safiyah bibi Rasulullah aku tidak dapat membelamu sedikitpun di sisi Allah, Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah apa yang kau mau dari hartaku, aku tidak dapat membelamu sedikitpun di sisi Allah”.

Ibnu Hajar berkata : “Rahasia perintah mendakwahi kerabat adalah bahwasanya bila dakwah sampai kepada mereka, maka mereka akan menyampaikannya kepada yang lain, tapi jika tidak, maka kalangan jauh akan menjadikannya alasan untuk menolak”.

Hendaklah mulai dari kalangan orang-orang  kecil sebelum yang besar, karena mereka tidak sulit diarahkan kepada fikrah dan perilaku tertentu, interaksi dengan mereka lebih
 Mudah ketimbanga dengan orang-orang besar, yang cenderung memilih jalannya sendiri, banyak keterikatannya dengan tanggung jawabnya, mengukuhkan dirinya menjadi pusat masyarakat (publik figur) atau pendapatan duniawi yang dikhawatirkannya. Sedangkan kalanagn orang-orang kecil langsung dapat menerima dakwah, mudah diwarnai dan dibentuk, seorang da’I tidak memerlukan waktu banyak untuk membersihkan jiwanya dari kotoran dan kebiasaan jahiliyah, lalu menhiasinya dan mengisinya dengan keutamaan dan kebiasaan islami. Kalangan kecil adalah mereka yang dahulu menjadi pengikut Rasulullah SAW. Dalam kisah Nabi Musa AS, Allah berfirman :

فَمَا ءَامَنَ لِمُوسَى إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ(83)و

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus : 83)

Namun bukan berarti kalangan orang-orang besar diabaikan, tetapi yang dimaksud adalah bahwa kalangan orang-orang kecil lebih cepat menerima, karena walaupun mereka kalangan orang-orang kecil (muda), tetapi calon pemimpin di kemudian hari, dan kalangan orang-orang muda adalah masa depan bagi umat.

Juga hendaknya mulai dari orang-orang yang tawaddu sebelum mendakwahi orang yang sombong. Karena ketawadduan menunjukan kemungkinan kebenaran dapat diterima, sementara orang yang sombong menyepelekan kebenaran dan memandang manusia sebelah mata. Oleh karena itu kita dapati pengikut-pengikut para rasul berasal dari golongan orang-orang yang bersyukur dan tawaddu, atau fakir yang sabar dan lemah. Kesungguhan bersama golongan ini kebanyakan dapat menuai buahnya. Sekali lagi hal ini bukan berarti menafikan golongan objek dakwah yang lain.

Sesungguhnya mendapatkan lahan dakwah yang baru, dekat, mudah dan memugkinkan, akan membantu untuk mendapatkan  yang jauh dan sulit, karena penyebaran yang luas akan memberikan darah segar, dinamika dan potensi yang digunakan untuk sampai kepada lahan dakwah yang jauh.

Mulai dari yang berwawasan sebelum yang awam, mengingat peran penting mereka di tengah masyarakat, di sisi lain mereka lebih mampu untuk menilai pandangan dan memilih fikrah. Barang siapa yang memilih fikrah karena kesadaran, kemungkinan besar akan kuat komitmennya.

Mulai dari yang  belum berafiliasi sebelum yang sudah berafiliasi, karena mereka yang belum berafiliasi masih netral posisinya di antara berbagai aliran dan organisasi, sedangkan mereka yang sudah berafiliasi telah memliki posisi tertentu, upaya untuk dapat memindahkan afiliasinya membuthkan kesungguhan yang berlipat ganda, hal itu karena bila mereka dapat merubah afiliasinya, maka menjadi sumber daya yang potensial karena pengalamannya yang luas dan kesiapan yang memadai, akan tetapi hal yang seperti ini sedikit.

Mulai dari temen sekerja sebelum yang lainnya, karena teman-teman sekerja memiliki solidaritas yang kuat di antara mereka, kesempat berdialog di antara mereka selalu tersedia dan simpul-simpul kebersamaan banyak peluangnya. Seorang Dokter lebih efektif mendakwahkan rekan kerja seprofesinya ketimbang mendakwahi kalangan insinyur, pengacara mendakwahi pengacara. Manakala Da’i memliki kelbihan dengan kebersihan akhlaknya – ini relalitas – dan menjauhi jiwa ambisius duniawi, maka Ia akan piawai berkomunikasi dengan teman-temannya dan mempengaruhi mereka.

Semestinya pilihan itu harus sesuai dengan fase yang dilalui oleh dakwah, terkadang fasenya fase rekrutmen dan perluasan penyebaran, bisa juga fesenya fase aktifitas terbatas, tarbawy, ekonomi, sosial dan politik. Setiap fase memiliki tuntutannya masing-masing dan pilihan itu sesuai dengn tuntutan. Dari sinilah kita memahami do’a Rasulullah SAW :

اللهم أعزّ الإسلام بأحب هذين الرجلين إليك، بأبي جهل أو بعمر بن الخطاب

“Ya Allah! Muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khattab”

Berkenaan dengan suasana fase dakwah yang tengah berlangsung di Mekkah, da’wah tersebar di antara kaum dhuafa dan fuqara, kemudian fase brikutnya adalah fase terbuka. Pada fase inilah kepribadian seperti Umar bin Khattab dibutuhkan, inilah yang terjadi pada saat umar masuk islam, sehingga dakwah mulai memasuki fase baru, yaitu fase dakwah terbuka setelah fase rahasia.

Ketika Mush’ab bin Umair RA berangkat ke Madinah, Usaid bin Hudair yang masih musyrik menemuinya, lalu ia berkata kepada Mus’ab dan As’ad bin Zararah :  “Apa yang kalian datangkan kepada kami?, kalian membodohi kaum dhuafa kami?. Sebelumnya As’ad berbisik kepada Mus’ab : “Ini adalah pemuka kaum, ia datang kepadamu, yakinkanlah dia akan Allah”.  Maka Mus’ab pun mendakwahkannya kepada Allah dan memperdengarkannya beberapa ayat al-Qur’an. Kemudian Usaid berkata : “Alangkah bagus dan indahnya perkataan ini, apa yang anda lakukan jika anda masuk ke dalam agama ini?. Keduanya menjawab : engkau mandi hingga bersih dan bersihkan bajumu, kemudian engkau memberikan kesaksian yang benar, lalu engkau shalat. Maka Iapun mandi dan membersihkan bajunya, lalu bersyahadat dan shalat dua rakaat. Kemudian Ia berkata : “Sesungguhnya di belakangku ada seorang tokoh jika Ia jadi pengikut kalian tak ada seorangpun dari kaumnya yang tidak mengikutinya, saya akan datangkan orang itu sekarang”.

Ia adalah Saad bin Muadz. Iapun datang menemui Mus’ab dan As’ad, lalu As’ad berbisik kepada Mus’ab seperti yang telah dilakukan sebelumnya, tatkala Mus’ab menyampaikan kepadanya tentang Islam, Iapun masuk Islam. Kemudian ia pergi menemui kaumnya Bani Abdil Asyhal lalu berkata : “Apa yang kalian ketahui tentang diriku pada kalian?”, Mereka berkata : pemimpin kami, yang paling bagus pandangannya dan yang paling dipercaya kepemimpinannya. Lalu saad berkata :

فإن كلام رجالكم ونسائكم عليّ حرام حتى تؤمنوا بالله وبرسوله

Sessungguhnya aku haramkan laki-laki dan wanita kalian bicara kepadaku sehingga kalian beriman kepada Allah dan Rasul-NYA.


Kemudian Mus’ab dan As’ad pun berkomentar : “Demi Allah tidak ada rumah di perkampungan Bani Abdil Asyhal baik laki-laki maupun wanitanya, melainkan telah berubah statusnya menjadi muslim dan muslimah”. Dari peristiwa ini kita dapat mengambil pelajaran penting, bahwa dakwah yang ditujukan kepada sebagian pusat kekuatan masyarakat (simpul massa) memberikan kontribusi bagi akselerasi proses Perubahan (amaliyyatutthagyir). Terkadang tokoh masyarakat juga dapat banyak memberikan perubahan pada proses bergaining bagi kemaslahatan dakwah. Kita juga dapat mengambil pelajaran seraya mempertimbangkan fase dakwahnya.

No comments:

Post a Comment