Manakala aktifitas itu sulit, detil
dan menuntut komitmen tinggi, maka seseorang membutuhkan kesungguhna yang lebih
besar dalam mempersiapkan dan melatih
driri, agar selalu siap menghadapi aktifitas tersebut, karena aktifitas
mengakan agama allah bersifat kontinyu, diversifikstif dan luas. Stressingnya
tidak terbatas pada pola tertentu, tetapi juga membutuhkan substansi dan
cakupannya, oleh karenanya tanggung jawab seorang aktifis dakwah akan bertambah hari demi
hari, dan tanggung jawabnya
setelah kemenangan fikrahnya menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Karena itulah Allah menghendak untuk
menundukan para da’i pada berbagai pengalaman yang menyulitkan. Sebuah jamaah
tidak akan mencapai sasaran kecuali bila telah melewati ujian dan cobaan.
Dari beberapa ayat Qur’an dan Hadits
kita dpata menjelaskan tentang peran dan nilai ujian dan cobaan. Dari Abu Hurairah
RA. Berkata : “Rasulullah SAW bersabda :
" مثل المؤمن
كمثل الزرع لا تزال الريح تميله، ولا يزال المؤمن يصيبه البلاء. ومثل المنافق كمثل
شجرة الأرز لا تهتز حتى تُستحصد"
Perumpamaan mu,min seperti pohon yang
selalu dicondongkan oleh angin, mu,min senantias ditimpakan ujian, sedangkan
perumpamaan orang munafik seperti pohon gandum, tidak pernah tinggi sampai
akhirnya dipanen. (HR. Muslim)
Hadits tersebut mengungkapkan tentang
peran ujian yang konstruktif bagi jamaah muslim. Jika pohon selalu bergoyang,
maka akan memperoleh kekokohan di hadapan badai dan angin kencang, sementara
tanaman gandum lebih lemah karena tidak digerakan oleh angin. Begitu pula
hendaknya para Da’i harus tahan memikul beban menghadapi kesulitan karena
banyaknya ujian yang menimpa.
Ujian berjalan dia tas seleksi
unusur-unsur yang kuat dan baik, tidaka ada yang sanggup beramal kecuali
seseorang yang dapat memikul beban, Ia terus berdakwah dan merasakan kemantapan
di jalannya karena kemantapan iman dalam hatinya. Barang siapa yang
mengharapkan keridoan Allah dan hari akherat, karena sesungguhnya seseorang
apabila mengetahui bahwa hutangnya lebih
banyak dari pendapatannya, maka ia akan memilih hutangnya, kecuali bila ia rela
dengan kehidupan akherat seagai ganti dari kehidupan dunia.
Ujian menyingkap kebenaran orang-orang
yang konsisiten dan afiliasi keimanan mereka, sebagaimana terkandung dalam
surat Ali Imron yang menggambarkan musibah kaum muslimin pada perang uhud.
Allah berfirman :
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ
مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ
الظَّالِمِينَ(140)وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ
الْكَافِرِينَ(141)
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat
luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamudijadikan-Nya
(gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,( 140) dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (141). (QS. Ali
Imron)
Imam Ar-Razy menjelaskan dalam
tafsirnya : “Ketahuilah bahwa bukanlah yang dimaksud “mudawalah” bahwa Allah membela dan menenangkan orang-orsang
kafir, k karena pertolongan Allah adalah pemberian yang mulia dan penghormatan
yang agung, maka tidak pantas hal itu diberikan kepada orang-orang kafir.
Tetapi yang dimaksud mudawalah di sini adalah bahwa terkadang Allah menguatkan
penderitaan terhadap orang kafir dan melimpahkan kesenangan kepada orang
mu,min. Hal ini dapt ditinjau daru beberapa hal :
Pertama : Bahwasanya seandainya Allah
menegaskan kekalahan untuk orang-orangh kafir di setiap saat, dan
menghilangkannya dari orang-orang beriman di setiap saat, maka hal itu akan menghasilkan pentingnya pengetahuan dan keasadarna bahwa keimanan
adalah haq dan selainnya batil. Seandainya demikian, maka tidak berlaku beban,
pahala dan dosa, oleh karena itu terkadang Allah meliputi kekalahan kepada
orang-orang beriman dan sebaliknya kepada orang-orang kafir.,
Kedua : Bahwasanya Seorang Mu’min
terkadang mendatangi sebagian temapat maksiat, sehingga Allah menegaskan
kekalahan dan penderitaan kepadanya di dunia, utnuk mendidiknya.
Ketiga : Ujian akan semakin
memperdalam kecenderungan antara mu’min dan kafir, maka kemungkinan pertemuan
diantara keduanya tidak akan terwujud, karena orang-orang kafir secara terus
menerus membuat orang-orang beriman menderita, dan mereka melakukan mobilisasi
penghancuran akidah dan para pembelanya. Pertarungan ini akan berjalan terus,
tidak akan berhenti kecuali mereka tunduk kepada hukum Islam. Meskipun mereka
beresikap lembut kepada orang-orang beriman, dan bersikap toleran terhadap kaum
mu,min dengan memebrikan kebebasan kepada mereka berdakwah, maka orang-orang
yang lemah imannya berkata : “Orang kafir tidaklah seburuk yang dibayangkan!” .
Berkenaan dengan hal ini Al-Qur’an menjelaskan sikap dan prinsip mendasar :
مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ
وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ
الْعَظِيمِ(105)
Orang-orang
kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya
sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang
dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (QS.
Al-Baqarah : 105)
Juga Allah berfirman :
وَلَا يَزَالُونَ
يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
Mereka tidak henti-hentinya
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Keempat : Ujian dapat mengikat di
antara prang-orang beriman dengan ikatan pikiran dan perasaan, jadi ujian dapat
mengantarkan mu,min pada hakekat konstruksi keislaman yang solid, ujian membuat
bangunan islam menjadi kuat dan kokoh. Sesungguhnya mereka yang ditimpa ujian
karena keimanan mereka, mereka sedang menaruh shama dengan sesuatu yang paling
mulia yang mereka milkiki, jiwa, harta, keluarga, dan negara. Adapaun ujian
dapat mewujudkan ikatan perasaan (solidaritas), karena penderitaan selama ujian
akan selalu mengarahkan pada realisasi kebersamaan dan tolong menolong,
terkadang seseorang lupa orang lain bersamanya dalam keadaan senang, tetapi
tidak akan lupa kebersamaan orang lain dalam derita dan kesengsaraan.
Kelima : Ujian menunjukan bukti yang
kuat terhadap konsekwensi dakwah. Berangkat dari hal inilah banyak manusia
menerima dakwah ketika mereka melihat ketegaran para aktifisnya dan keteguhan
mereka dalam memikul beban ujian. Tahan dalam menghadapi ujian adalah bukti
yang ditunjukan di depan manusia. Habib bin ‘Adi RA. Berkata :
ولست
أبالي حين أقتل مسلماً
على
أي جنب كان في الله مصرعي
“Aku
tidak perduli ketika aku terbunuh dalam keadaan muslim
Pada sisi
yang mana di jalan Allah tempatku terbujur”
Imam
Ar-Razy berkata : “Sebagaiman diketahui bahwa para pengikut belia mereka tahu
pemimpinnya dalam menadapat ujian yang pelik karena membela perjuangan, dan
mereka meliaht pemimpinnya konsisten dengan perjuangannya, mak hal itu akan
lebih mengokohkan para pengikutnya ketimbang ketika mereka melihat pemimpinnya
dalam keadaan bersenang-senang, tidak ada beban ujian yang di hadapinya dalam
perjuangannya.
Keenam
: Apabila seorang mu’min tahu bahwasanya ia akan diuji, maka ia akan selalu
waspada dan takut kepada Allah SWT, hal ini akan mengantarkannya pada
optimalisasi amal dan berkeinginan kuata untuk memenuhi syarat-syarat
kemenanagan, serta menjauhkan dirinya darai sebab-sebab kehancuran , berupa
maksiat, kelemahan dan sikap pasrah dan menyerah.
Ketujuh
: Ujian dapat mewujudkan keikhlasan pada hati seorang mu’min. Imam Ar- Razy
berkata : “sesungguhnya keikhlasan manusia dalam keadaan menderita dan
kembalinya seseorang kepada Allah akan lebih besar keikhlasannya dibanding
dalam keadaan kesenangan dunia”. Allah telah menegaskan sunnah ini terhadap
orang-orang beriman, sebagaimana firman-NYA :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa
ilaihi raaji`uun" (QS.
Al-Baqarah : 155 – 156)
No comments:
Post a Comment