Da’wah
harus dibangun di atas dasar kebijaksanaan dan nasehat yang baik, kebijaksanaan
yang dimaksud sesuai dengan forum dakwahnya dan tingkatan dan level audiennya.
Da’i yang bijaksana tidak akan
mengatakan setiap yang telah diketahuinya kepada setiap orang yang telah mengetahuinya. Ia selalu berinteraksi dengan akalnya sesuai kemampuan audiennya
bukan kemapuan dirinya sendiri, tidak akan membebani mereka di luar
kemampuannya. Oleh karena itu Ibnu Abbas RA.
Memahami ayat : ولكن كونوا ربانيين
artinya (كونوا
حلماء فقهاء ) jadilah kalian orang-orang lembut dan pandai . Imam Bukhari
berkata :
: ( ويقال : الرباني الذي يربي الناس بصغار العلم قبل كباره)
([1]).
والبدء
بصغار العلم مرجعه مراعاة العقول حتى لا تنفر من الدعوة.
Orang-orang Rabbani
adalah mereka yang mentarbiyah manusia dari pengetahuan yang kecil sebelum yang
besar. Mulai dari pengetahuan yang kecil adalah mengembalikannya kepada hal
yang dapat menjaga akal pikiran agar tidak lari dari da’wah.
Ibnu Hajar berkata :
قال
ابن حجر: (والمراد بصغار العلم ما وضح من مسائله، وبكباره ما دقّ منها)
“Yang dimaksud
dengan pengetahuan yang kecil adalah permasalahan mendasar, sedangkan
pengetahuan besar adalah permasalahan detil”. Hal ini dikuatkan dengan beberapa
hadits berikut :
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ibnu Zubair berkata kepada
Al-Aswad : “Aisyah banyak memberi isyarat kepadamu, apa yang telah disampaikan
kepadamu tentang ka’bah?. Ia berkata
: Aisyah berkata kepadaku : “bersabda
nabi SAW :
: قال النبيr: ياعائشة ، لولا قومك حديث عهدهم ـ قال ابن
الزبير : بكفر ـ لنقضت الكعبة فجعلت لها بابين باب يدخل الناس وباب يخرجون)
Hai Aisyah, kalau bukan karena kaummu baru saja beriman,
sungguh aku akan membongkar ka'bah, aku jadikan dua buah pintu, pintu masuk dan
pintu keluar.
Ibnu Hajar Rahimahullah berkata : “
ويستفاد
منه ترك المصلحة لأمن الوقوع في المفسدة
؛Pelajaran dari hadits tersebut adalah meninggalkan
maslahat demi mengamankan situasi dalam
kerusakan”.
Ali bin abi Thalib berkata :
: حدّثوا الناس بما يعرفون أتحبون أن يُكَذَّب الله ورسوله
“Bicaralah kepada manusia apa tentang apa yang
mereka ketahui, apakah engkau ingin Allah dan Rasulnya didustakan?”
Dikeluarkan oleh imam Bukhari
bahwasanya Nabi bersdabda
وأخرج
البخاري ( إن النبي rقال : يا معاذ بن جبل
قال : لبيك يا رسول الله وسعديك، قال : يا معاذ. قال : لبيك يا رسول الله وسعديك (
ثلاثاً)
: “Hai Muadz bin Jabal”, labbaika wa
sa’daikan Rasulallah. Hai Muadz bin Jabal”, labbaika wa sa’daikan Rasulallah.(
3X)
Beliau bersabda :
قال
: ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله من قلبه إلا حرّمه الله
على النار
Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah dari lubuk hatinya melainkan Allah
haramkan dirinya dari api neraka.
Lalu Muadz bertanya :
قال
يا رسول الله: أفلا أخبر به الناس فيستبشرون؟
: Ya Rasulallah, apa boleh saya
sampaikan hal ini kepada manusia agar mereka gembira dengan berita ini?
Rasul bersabda :
قال إذاً يتكلوا
“Tidak boleh
kalau khawatir mereka menganggap remeh”.
وأخبر
بها معاذ عند موته تأثما
Tetapi Muadz tetap menyampaikannya
menjelang wafatnya, karena takut berdosa” (kalau tidak disampaikan hadits itu akan terputus).
Karenanya hadits tersebut bila
didengar begitu saja oleh manusia akan mengakibatkan pemahaman yang salah,
yaitu mengabaikan amal dan cukup hanya mengikrarkan saja
Terkait dengan pokok permasalahan
ini, manusia terbagi menjadi beberapa golongan :
Golongan
pertama : golongan awam, bukan pelajar, berinteraksi dengan
mereka dan mendakwahkan mereka adalah sasaran yang sulit. Kondisi mereka
seperti kondisi orang yang baru mulai belajar membaca dan menulis. Sesuatu yang
sulit dan mengikat dapat memalingkan mereka dari dakwah, mereka tidak perlu
diberikan permasalahan yang sulit dan pembahasan yang detil, argumentasi yang kaku, dan aturan yang
rumit. Golongan seperti ini memerlukan kekhususan dalam seni berdakwah dan
menyampaikan materi kepada mereka. Pada umumnya mereka bersandar pada hal-hal
yang empiris lebih dominan ketimbang
pada hal-hal yang abstrak. Kebutuhan mereka yang khas dan kondisi kehidupan
mereka yang yang menjadi sarana paling dekat ke hati mereka. Perumpamaan yang diambil
dari lingkungannya yang khas adalah perumpamaan yang mudah dipahami. Dan mereka
mudah disntuh perasaannya ketimbang akalnya. Hal-hal yang menyenangkan dan yang
menakutkan (الترغيب والترهيب) lebih
membekas bagi diri mereka, dan metode naratif lebih menarik perhatian mereka
dalam menerima materi kisah salafussaleh, peristiwa-peristiwa dalam sirah
ketimbang metode analisis.
Golongan
kedua : Kalangan pelajar alumni perguruan tinggi, atau siapa
saja yang setara level progres pengetahuannya, mereka mengkaji analisa,
kongklusi, substansi dan argumentasi yang melemahkan. Ketika menyemaikan materi
di hadapan mereka perlu mempertimbangkan tingkat pengetahuan mereka. Siapa yang
biasa berbicara di kalangan awam, terkadang tidak mampu berbicara di kalangan
khusus (terpelajar). Apabila yang memberi materi kepada mereka seseorang yang
tingkat pengetahuannya lebih rendah, maka hal itu akan menimbulkan fitnah
terhadap mereka.
Golongan
ketiga :
Kalangan spesialis keilmuan. Setiap spesialisasi memiliki mushtalahat (konsep
dasar) dan sarana-sarananya, maka barang siapa yang mengenali nuansa keilmuan
yang khas tersebut, maka ia akan mampu memberikan arahan kepadanya , dan
membuat mereka melihat bukti-buktinya dari apa yang ada pada diri mereka
sendiri. Maka seorang da’i yang berada di antara para pengacara, membutuhkan
pengetahuan tentang perangkat hukum dan perundang-undangan, baik yang positif
maupun yang negatifnya, yang berhubungan dengan para dokter, perlu mengetahui
aspek-aspek yang dapat membungkam mereka tentang keagungan Allah dan kuasanya
dalam menciptakan manusia dan fungsi-fungsi anggota tubuhnya. Akan tetapi jika
Da’i berhadapan dengan spesialis yang sarat dengan penguasaan ilmu syariah,
maka kemungkinan mereka menolak sangat besar, karena itu Ia harus membekali
dirinya dengan wawasan (tsaqafah) dan meningkatkan kualitas pengetahuannya.
Oleh karena itu seorang da’i yang ditugaskan berdakwah kepada kalangan
spesialis tertentu, maka Ia patut mempelajari dahulu hal-hal yang terkait
dengan spesialisasinya, dan menambah aspek pengetahuan yang behubungan dangan
hal tersebut.
No comments:
Post a Comment