Saturday, May 24, 2014

Kaidah ke-7: Bicaralah dengan manusia sesuai kemampuan akal mereka

Da’wah harus dibangun di atas dasar kebijaksanaan dan nasehat yang baik, kebijaksanaan yang dimaksud sesuai dengan forum dakwahnya dan tingkatan dan level audiennya. Da’i yang bijaksana tidak akan mengatakan setiap yang telah diketahuinya kepada setiap orang yang  telah mengetahuinya. Ia selalu berinteraksi  dengan akalnya sesuai kemampuan audiennya bukan kemapuan dirinya sendiri, tidak akan membebani mereka di luar kemampuannya. Oleh karena itu Ibnu Abbas RA.  Memahami ayat : ولكن كونوا ربانيين artinya (كونوا حلماء فقهاء ) jadilah kalian orang-orang lembut dan pandai . Imam Bukhari berkata :

: ( ويقال : الرباني الذي يربي الناس بصغار العلم قبل كباره) ([1]).
والبدء بصغار العلم مرجعه مراعاة العقول حتى لا تنفر من الدعوة.

 Orang-orang Rabbani adalah mereka yang mentarbiyah manusia dari pengetahuan yang kecil sebelum yang besar. Mulai dari pengetahuan yang kecil adalah mengembalikannya kepada hal yang dapat menjaga akal pikiran agar tidak lari dari da’wah.
Ibnu Hajar berkata :
قال ابن حجر: (والمراد بصغار العلم ما وضح من مسائله، وبكباره ما دقّ منها)

“Yang dimaksud dengan pengetahuan yang kecil adalah permasalahan mendasar, sedangkan pengetahuan besar adalah permasalahan detil”. Hal ini dikuatkan dengan beberapa hadits berikut :

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ibnu Zubair berkata kepada Al-Aswad : “Aisyah banyak memberi isyarat kepadamu, apa yang telah disampaikan kepadamu tentang ka’bah?. Ia  berkata :  Aisyah berkata kepadaku : “bersabda nabi SAW :

: قال النبيr: ياعائشة ، لولا قومك حديث عهدهم ـ قال ابن الزبير : بكفر ـ لنقضت الكعبة فجعلت لها بابين باب يدخل الناس وباب يخرجون)

Hai Aisyah, kalau bukan karena kaummu baru saja beriman, sungguh aku akan membongkar ka'bah, aku jadikan dua buah pintu, pintu masuk dan pintu keluar.

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata : “
ويستفاد منه ترك المصلحة لأمن الوقوع في المفسدة

 ؛Pelajaran dari hadits tersebut adalah meninggalkan maslahat  demi mengamankan situasi dalam kerusakan”.

 Ali bin abi Thalib berkata :

: حدّثوا الناس بما يعرفون أتحبون أن يُكَذَّب الله ورسوله
 “Bicaralah kepada manusia apa tentang apa yang mereka ketahui, apakah engkau ingin Allah dan Rasulnya didustakan?”


Dikeluarkan oleh imam Bukhari bahwasanya Nabi bersdabda
وأخرج البخاري ( إن النبي rقال : يا معاذ بن جبل قال : لبيك يا رسول الله وسعديك، قال : يا معاذ. قال : لبيك يا رسول الله وسعديك ( ثلاثاً)

: “Hai Muadz bin Jabal”, labbaika wa sa’daikan Rasulallah. Hai Muadz bin Jabal”, labbaika wa sa’daikan Rasulallah.( 3X)

Beliau bersabda :
قال : ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله من قلبه إلا حرّمه الله على النار

 Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah dari lubuk hatinya melainkan Allah haramkan dirinya dari api neraka.

Lalu Muadz bertanya :
قال يا رسول الله: أفلا أخبر به الناس فيستبشرون؟

: Ya Rasulallah, apa boleh saya sampaikan hal ini kepada manusia agar mereka gembira dengan berita ini?

Rasul bersabda :
قال إذاً يتكلوا
“Tidak boleh kalau khawatir mereka menganggap remeh”.
وأخبر بها معاذ عند موته تأثما
Tetapi Muadz tetap menyampaikannya menjelang wafatnya, karena takut berdosa” (kalau tidak disampaikan hadits  itu akan terputus).

Karenanya hadits tersebut bila didengar begitu saja oleh manusia akan mengakibatkan pemahaman yang salah, yaitu mengabaikan amal dan cukup hanya mengikrarkan saja

Terkait dengan pokok permasalahan ini, manusia terbagi menjadi beberapa golongan :

Golongan pertama : golongan awam, bukan pelajar, berinteraksi dengan mereka dan mendakwahkan mereka adalah sasaran yang sulit. Kondisi mereka seperti kondisi orang yang baru mulai belajar membaca dan menulis. Sesuatu yang sulit dan mengikat dapat memalingkan mereka dari dakwah, mereka tidak perlu diberikan permasalahan yang sulit dan pembahasan yang detil, argumentasi yang kaku, dan aturan yang rumit. Golongan seperti ini memerlukan kekhususan dalam seni berdakwah dan menyampaikan materi kepada mereka. Pada umumnya mereka bersandar pada hal-hal yang empiris lebih dominan  ketimbang pada hal-hal yang abstrak. Kebutuhan mereka yang khas dan kondisi kehidupan mereka yang yang menjadi sarana paling dekat ke hati mereka. Perumpamaan yang diambil dari lingkungannya yang khas adalah perumpamaan yang mudah dipahami. Dan mereka mudah disntuh perasaannya ketimbang akalnya. Hal-hal yang menyenangkan dan yang menakutkan (الترغيب والترهيب) lebih membekas bagi diri mereka, dan metode naratif lebih menarik perhatian mereka dalam menerima materi kisah salafussaleh, peristiwa-peristiwa dalam sirah ketimbang metode analisis.

Golongan kedua : Kalangan pelajar alumni perguruan tinggi, atau siapa saja yang setara level progres pengetahuannya, mereka mengkaji analisa, kongklusi, substansi dan argumentasi yang melemahkan. Ketika menyemaikan materi di hadapan mereka perlu mempertimbangkan tingkat pengetahuan mereka. Siapa yang biasa berbicara di kalangan awam, terkadang tidak mampu berbicara di kalangan khusus (terpelajar). Apabila yang memberi materi kepada mereka seseorang yang tingkat pengetahuannya lebih rendah, maka hal itu akan menimbulkan fitnah terhadap mereka.

Golongan ketiga : Kalangan spesialis keilmuan. Setiap spesialisasi memiliki mushtalahat (konsep dasar) dan sarana-sarananya, maka barang siapa yang mengenali nuansa keilmuan yang khas tersebut, maka ia akan mampu memberikan arahan kepadanya , dan membuat mereka melihat bukti-buktinya dari apa yang ada pada diri mereka sendiri. Maka seorang da’i yang berada di antara para pengacara, membutuhkan pengetahuan tentang perangkat hukum dan perundang-undangan, baik yang positif maupun yang negatifnya, yang berhubungan dengan para dokter, perlu mengetahui aspek-aspek yang dapat membungkam mereka tentang keagungan Allah dan kuasanya dalam menciptakan manusia dan fungsi-fungsi anggota tubuhnya. Akan tetapi jika Da’i berhadapan dengan spesialis yang sarat dengan penguasaan ilmu syariah, maka kemungkinan mereka menolak sangat besar, karena itu Ia harus membekali dirinya dengan wawasan (tsaqafah) dan meningkatkan kualitas pengetahuannya. Oleh karena itu seorang da’i yang ditugaskan berdakwah kepada kalangan spesialis tertentu, maka Ia patut mempelajari dahulu hal-hal yang terkait dengan spesialisasinya, dan menambah aspek pengetahuan yang behubungan dangan hal tersebut.




([1])       صحيح البخاري متن فتح الباري 1/160.

No comments:

Post a Comment