لأن
يهدي الله بك رجلاً واحداً خير لك من حُمُر النَّعم
Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik
bagimu dari seekor unta merah. Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi
Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar.
Kemudian Ali berkata :
، فقال عليُّ : علام أقاتل الناس، نقاتلهم حتى يكونوا مثلنا
“Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai
mereka seperti kita ?”.
؟ فقال: " على
رسلك حتى تنزل بساحتهم ثم ادعهم إلى الإسلام، وأخبرهم بما يجب عليهم، فوالله لأن
يهدي الله بك رجلاً واحداً خير لك من حُمُر النَّعم" ([1]).
Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu
dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka
kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui
engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”.
وذلك
لأن هدي الله هو الهدى، وأنه ليس بعد الهدى إلا الضلال، وعندما يوفق الله تعالى داعية
من دعاة الإسلام فيهيء له من يقبل دعوته فإن نتائج هذا القبول عظيمة جليلة ، نذكر
منها:
Kenapa demikian?, Karena hidayah Allah adalah petunjuk, tidak ada setelah
petunjuk kecuali kesesatan. Ketika Allah memberikan petunjuk kepada seorang
da’i maka Allah akan sediakan orang yang akan menerima dakwahnya, karena
sesungguhnya nilai-nilai penerimaan dakwah itu sangat agung dan mulia, kita
sebut saja diantaranya :
1. Berdakwah berarti menyelamatkan orang yang mendapat petunjuk dari api
neraka, melindungi dari panas dan gejolaknya, dijauhkannya seseorang dari api
neraka disamping karunia dari Allah juga disebabkan oleh kesungguhan da’i dan
pertolongannya, digantikan yang semula tempatnya kekal di dalam neraka menjadi
kekal di dalam surga, ini adalah perkara yang tidak bisa dibandingkan dengan
ketegori kebaikan apapun, tidak ada yang dapat menyamai tingkatannya, setinggi
apapun tingkat kebaikan dan kedermawanan. Maka seorang da’i mempersembahkan
surga sebagai hadiah untuk manusia di sekelilingnya, menenunjuki mereka tempat
kebahagiaan, maka pahala yang seperti apa yang akan dicatat untuk para da’i di
sisi Rabbnya kecuali pahala yang kadarnya
sesuai dengan keagungan pemberinya.
2. Sesungguhnya setiap gerak dan diamnya orang yang mendapat hidayah,
tasbih dan takbir yang terucap dari kedua belah bibirnya, setiap rakaat dan
sujud yang dikerjakannya dan setiap kebiakan yang digerakan Allah melalui
tangannya, itu semua disebabkan oleh peran dan usaha seorang da’i yang telah
menunjukan jalan ke arah kebaikan, karenanya pahala bagi da’i seperti pahala
orang yang mengerjakannya, sebagaimana sabda Nabi :
" الدال على الخير كفاعله
“Yang menunjuki ke arah
kebaikan seperti orang yang mengerjakannya”.
Juga Nabi bersabda :
: " من سنَّ في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها
بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء"([2]).
“Barang siapa yang menerapkan kebiasaan yang baik dalam Islam maka baginya
pahala dan pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun
pahalanya”. (HR. Muslim)
Ini dari sisi pahala yang tak ada
habisnya, Ia terus bertambah dari hari ke hari. Sesungguhnya kesungguhan Abu
Bakar As-siddiq, Bilal, Ammar, Khadijah, Asma dan para sahabat dan sahabiyat
lainnya, adalah modal yang paling utama dalam penerimaan manusia terhadap Allah
hingga hari kiamat, dan sesungguhnya kesungguhan Nabi Muhammad SAW adalah titik awal dari setiap kesungguhan yang ditunjukan
oleh setiap muslim, oleh karena itu bagi Rasulullah SAW – setelah Allah
SWT- segala kemuliaan di atas kepala
setiap orang Islam.
3. Bahwasanya yang memperoleh hidayah melalui tangan seorang da’i menjadi
mitra baginya dalam menunaikan misinya, berpadulah kesungguhannya dengan
kesungguhna da’inya. Demikianlah dakwah tidak akan bertambah melainkan dengan
jalan dakwah itu sendiri, dan tidak
semakin menjadi kokoh kecuali dengan masuknya unsur-unsur baru yang
mengikutinya. Tidaklah berubah keadaan kaum muslimin dari sembunyi-sembunyi
menuju terang-terangan, kecuali setelah masuknya Umar dan hamzah ke dalam agama
Allah Azza wa jalla. Dan kondisi umat Islam berubah dari hanya sekedar suatu kelompok menjadi sebuah masyarakat ketika kaum Anshar masuk ke dalam agama Allah.
4. Hidayah merupakan sebentuk kemenangan. Ia tidak bisa diperoleh lewat pertempuran berdarah-darah, tidak pula lewat pedang dan tombak. Hidayah diperoleh dengan cara, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (An-Nahl: 125).
No comments:
Post a Comment