Thursday, December 20, 2018

Hadits Arbain 3: Rukun Islam

الْحَدِيثُ الثَّالِثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: «سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ،» رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata, aku dengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,"Islam dibangun di atas lima; syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhakdisembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan".(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim). [1]

Jamiul Ulum wal Hikam, Syarah Hadits Arbain Ibnu Rajab

Hadits di atas diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim di Shahih-nya masing-masing dari riwayat Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar. Muslim meriwayatkan hadits di atas dari dua jalur lain dari Ibnu Umar. Ia mempunyai banyak sekali jalur dari Ibnu Umar. [2]
Hadits di atas juga diriwayatkan Ahmad dari riwayat Jarir bin Abdullah Al-Bajali dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.[3]
Pembahasan tentang Islam telah disebutkan sebelumnya.
Maksud hadits di atas ialah Islam dibangun di atas lima hal dan lima haltersebut seperti tiang-tiang bangunannya. Hadits di atas diriwayatkan Muhammad bin Nashr Al-Marwazi di Kitabush Shalat [4] dan redaksinya ialah, "Islam dibangun di atas lima tiang dan seterusnya. [5]
Maksud hadits tersebut ialah penyerupaan Islam dengan bangunan dan tiang-tiang bangunan tersebut adalah kelima hal tersebut. Jadi, bangunan tidak kuat tanpa tiang-tiangnya dan ajaran-ajaran Islam lainnya adalah penyempurna bangunan di mana jika salah satu dari ajaran-ajaran tersebut hilang dari bangunan Islam, maka bangunan berkurang namun tetap bisa berdiri dan tidak ambruk dengan berkurangnya salah satu dari penyempurnanya. Ini berbeda jika kelima tiang tersebut ambruk, Islam akan ambruk dengan tidak adanya kelima tiang tersebut tanpa diragukan lagi. Islam juga ambruk dengan hilangnya dua kalimat syahadat. Yang dimaksud dengan dua kalimat syahadat ialah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Disebutkan diriwayat Al-Bukhari, "Islam dibangun di atas lima; beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan seterusnya". Di riwayat Muslim, disebutkan, 'Islam dibangun di atas lima; hendaknya Allah ditauhidkan". Di riwayat Muslim lainnyadisebutkan, "Hendaknya Allah disembah dan selain Dia diingkari".
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya masuk ke dalam cakupan Islam seperti dijelaskan di pembahasan hadits sebelumnya.
Sedang mendirikan shalat, banyak sekali hadits yang menunjukkan bahwa barangsiapa meninggalkannya, sungguh ia keluar dari Islam. Di Shahih Muslim disebutkan hadits dari Jabir Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, "Antara seseorang dengan syirik dan kekafiran ialah meninggalkan shalat". [6]
Hadits yang sama diriwayatkan dari Buraidah [7], Tsauban [8]Anas bin Malik [9],dan lain-lain.
Muhammad bin Nashr Al-Marwazi meriwayatkan hadits dari Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhudari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, "Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, sungguh ia telah keluar dari agama (Islam)".[10]
Disebutkan di hadits riwayat Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu dari NabiShallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, "Puncak segala urusan ialah Islam dan tiangnya ialah shalat".
Pada hadits di atas, shalat dijadikan seperti tiang-tiang kemah di mana kemah tidak bisa berdiri dan kokoh tanpa tiang-tiang tersebut. Jika tiang-tiang tersebut roboh, kemah tersebut pasti roboh dan tidak kokoh tanpa dengannya.
Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata, "Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat". [11]
Sa'ad[12] dan Ali bin Abu Thalib [13] berkata, "Barangsiapa meninggalkan shalat, sungguh ia telah kafir".
Abdullah bin Syaqiq berkata, "Para sahabat Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak melihat salah satu amal perbuatan yang jika ditinggalkan maka merupakan kekafiran selain daripada shalat".[14]
Ayyub As-Sakhtiyani berkata, "Meninggalkan shalat adalah kafir tanpa ada perdebatan di dalamnya".
Yang berpendapat seperti itu adalah sejumlah ulama salaf dan khalaf. yaitu pendapat Ibnu Al-Mubarak, Imam Ahmad, dan Ishaq. Bahkan, Ishaq mengatakan bahwa itulah ijma' para ulama. Muhammad bin Nashr Al-Marwazi berkata, "Itu pendapat jumhur ulama hadits".
Sejumlah ulama berpendapat bahwa barangsiapa meninggalkan salah satu dari lima rukun Islam dengan sengaja, ia juga menjadi kafir karenanya. Itu diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, Nafi', dan Al-Hakam. Itu juga riwayat dari Imam Ahmad yang dipilih sejumlah sahabat-sahabatnya dan itu pula pendapat Ibnu Habib, salah seorang dari kalangan Maliki.
Ad-Daruqutni dan lain-lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah haji itu setiap tahun?" Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda, 'jika aku katakan ya, pasti haji diwajibkan kepada kalian dan jika haji diwajibkan kepada kalian, maka kalian tidak sanggup mengerjakannya dan jika kalian meninggalkannya maka kalian menjadi kafir".[15]
Al-Lalkai meriwayatkan hadits dari jalur Muammal yang berkata bahwa Hammad bin Zaid berkata kepadaku dari Amr bin Malik An-Nukri dari Abu Al-Jauza' dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dan saya kira ia mengatakan hadits berikut dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Tali Islam dan kaidah kaidah agama ada tiga di mana Islam dibangun di atas ketiga hal tersebut,syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, shalat, dan puasa Ramadhan. Barangsiapa meninggalkan salah satu dari ketiga hal tersebut, ia menjadi kafir karenanya dan darahnya halal. Engkau mendapatinya banyak uangnya, namun tidak haji, maka ia senantiasa kafir dengannya dan darahnya tidak halal. Engkau mendapatinya banyak uangnya namun tidak dizakati, maka ia senantiasa kafir dengannya dan darahnya tidak halal".[16]
Hadits tersebut juga diriwayatkan Qutaibah bin Sa'id dari Hammad bin Zaid secara mauquf dan ringkas. Hadits tersebut juga diriwayatkan Sa'id bin Zaid, saudara Hammad bin Zaid, dari Amr bin Malik dengan sanad seperti itu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, "Barangsiapa meninggalkan salah satu dari ketiga hal tersebut, ia kafir kepada Allah, ibadah wajib dan sunnah tidak diterima darinya, darah dan hartanya halal".
Riwayat tersebut tidak menyebutkan apa-apa sesudahnya.
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu bahwa ia mewajibkan pembayaran jizyah bagi orang yang tidak berhaji. Ia berkata, "Mereka (orang-orang tidak berhaji) bukan kaum Muslimin". [17]
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa orang yang meninggalkan zakat itu bukan Muslim". [18]
Ada riwayat dari Ahmad bahwa meninggalkan shalat dan zakat secara khusus adalah kafir.
Ibnu Uyainah berkata, "Kaum Murji'ah menamakan meninggalkan kewajiban-kewajiban sebagai dosa seperti mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Itu tidak sama, karena mengerjakan hal-hal yang diharamkan dengan sengaja tanpa bermaksud menghalalkannya adalah maksiat, sedang meninggalkan kewajiban-kewajiban tanpa kebodohan dan tanpa udzur adalah kafir". Penjelasannya ialah pada iblis dan para ulama Yahudi yang mengakui sifat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan lidah mereka, namun mereka tidak mengerjakan syariat-syariat beliau.
Ahmad dan Ishaq berhujjah tentang kekafiran orang yang meninggalkan shalat dengan kekafiran iblis karena meninggalkan sujud kepada Nabi Adam Alaihis-Salam dan meninggalkan sujud kepada Allah tentunya lebih besar dosanya?
Di Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bersabda, “Jika anak Adam membaca ayat sajdah kemudian sujud, syetan menyendiri menangis sambil berkata, 'Duhai sungguh celaka aku. Anak Adam diperintahsujud kemudian ia bersujud dan ia berhak atas surga. Sedang aku diperintah sujud, namun aku menolak dan aku berhak atas neraka".[19]
Ketahuilah bahwa sebagian dari lima tiang Islam ini terkait erat dengan sebagian tiang lainnya. Diriwayatkan bahwa sebagian tiang tersebut tidak diterima tanpa tiang lainnya seperti terlihat di Musnad Imam Ahmad hadits dari Ziyad bin Nu'aim Al-Hadhrami yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Empat hal diwajibkan Allah di Islam dan barangsiapa mengerjakan tiga hal maka itu tidak berguna baginya hingga ia mengerjakan semuanya; shalat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah”[20]
Hadits tersebut mursal. Hadits tersebut juga diriwayatkan dari Ziyad dari Umarah bin Hazm dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. [21]
Diriwayatkan dari Utsman bin Atha' Al-Khurasani dari ayahnya dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Agama adalah lima hal; Allah tidak menerima salah satu darinya tanpa yang lain; (pertama) syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab Nya, Rasul-rasul-Nya, surga, neraka, dan kehidupan setelah kematian. (Kedua) shalat lima waktu yang merupakan tiang-tiang agama di mana Allah tidak menerima iman tanpa shalat (Ketiga) zakat adalah pembersih dari dosa. Allah tidak menerima iman dan shalat kecuali dengan zakat. (Keempat) barangsiapa mengerjakan itu semua kemudian bulan Ramadhan tiba lalu ia tidak berpuasa dengan sengaja, maka Allah tidak menerima iman, shalat, dan zakat darinya. (Kelima) barangsiapa mengerjakan keempat hal tersebut kemudian ia mendapat kemudahan untuk berhaji, namun ia tidak berhaji dan tidak berwasiat untuk berhaji serta ia tidak dihajikan salah seorang dari keluarganya, maka Allah tidak menerima empat hal yang sebelumnya darinya".
Hadits tersebut disebutkan Ibnu Abu Hatim [22] yang berkata bahwa aku bertanya tentang hadits tersebut kepada ayahku, kemudian ia menjawab, “Hadits tersebutmunkar dan ada kemungkinan hadits tersebut adalah perkataan Atha' Al-Khurasani".
Saya katakan, kelihatannya perkataan di atas adalah penafsiran tentang hadits Ibnu Umar di bab ini. Atha' termasuk ulama mulia di Syam.
Ibnu Mas'ud berkata, "Barangsiapa tidak berzakat, shalatnya tidak diterima". Tidak diterimanya shalat tersebut bukan berarti karena tidak sah dan wajib diulangi, namun yang dimaksudkan ialah tidak diridhai dan pelakunya tidak dipuji, tidak disanjung di masyarakat malaikat dan tidak dibanggakan di hadapan para malaikat.
Barangsiapa mengerjakan seluruh rukun Islam dengan benar, maka diterima sesuai dengan pengertian di atas. Sedang barangsiapa mengerjakan sebagian dari rukun-rukun Islam tanpa mengerjakan sebagian rukun-rukun Islam lainnya, maka tidak diterima darinya, kendati ia tidak dihukum sebagai hukuman karena meninggalkan sebagian rukun tersebut atas apa yang dikerjakan dari sebagiannya, namun jaminannya hilang, atau boleh jadi ia mendapatkan pahala.
Dari sini bisa diketahui bahwa mengerjakan sebagian hal-hal yang diharamkan yang dengannya iman menjadi berkurang itu menghalangi diterimanya sebagian ketaatan, kendati ketaatan tersebut termasuk salah satu dari rukun-rukun Islam menurut pengertian yang telah saya sebutkan sebelumnya seperti disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Barangsiapa meminum minuman keras, Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari[23]
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, "Barangsiapa datang kepada dukun kemudian membenarkan apa yang ia katakan, shalatnya selama empat puluh hari tidak diterima”.[24]
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, "Budak mana pun yang lari dari pemiliknya, maka shalatnya tidak diterima".[25]
Hadits riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu di atas bisa dijadikan dalil bahwa jika satu nama mencakup banyak hal, maka itu tidak mengharuskan hilangnya nama tersebut dengan hilangnya sebagian hal-hal tersebut. Dengan demikian, batallah pendapat orang yang mengatakan bahwa jika amal perbuatan masuk ke dalam iman, maka itu mengharuskan hilangnya iman karena hilangnya salah satu amalan yang masuk ke dalam cakupan iman tersebut, karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadikan kelima rukun tersebut sebagai tiang-tiang Islam dan bangunan-bangunannya. Dan beliau menafsirkan Islam dengannya di hadits Jibril Alaihis-Salam. Di hadits Thalhah bin Ubaidillah disebutkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Islam kemudian beliau menjelaskan Islam kepadanya dengan kelima hal tersebut.
Kendati demikian, orang-orang menyelisihi tentang iman berkata, "Jika salah satu atau empat ajaran Islam selain dua kalimat syahadat hilang, maka itu tidak mengeluarkan seseorang dari Islam". Sebagian dari mereka meriwayatkan bahwa Jibril Alaihis Salam bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang syariat-syariat Islam dan bukan tentang Islam itu sendiri. Itu tidak benar menurut para imam hadits dan pemerhatinya, di antaranya Abu Zur'ah Ar-Razi, Muslim bin Al-Hajjaj, Abu Ja'far Al-Uqaili, dan lain-lain.
Para ulama mengumpamakan iman seperti pohon yang mempunyai akar, cabang, dan ranting. Nama pohon mencakup itu semua dan jika salah satu dari cabang dan ranting ada yang hilang, nama pohon tidak hilang secara otomatis, namun pohon tersebut dikatakan sebagai pohon yang kurang sempurna atau pohon lainnya lebih sempurna darinya.
Allah Ta'ala membuat perumpamaan iman seperti itu di firman-Nya, "Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon tersebut memberlkan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya". (Ibrahim: 24-25).
Yang dimaksud dengan kalimat pada ayat di atas ialah kalimat tauhid, akarnya ialah tauhid yang eksis di hati, dan buahnya ialah amal-amal shalih yang tumbuh dan berkembang dari tauhid.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang Mukmin dan orang Muslim seperti pohon kurma. [26] Jika salah satu cabang pohon tersebut atau buahnya hilang, nama pohon kurma tersebut tidak hilang karenanya secara total, kendati cabang atau buahnya berkurang.
Jihad tidak disebutkan di hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma di atas, padahal jihad adalah amal perbuatan termulia. Di salah satu riwayat disebutkan bahwa Ibnu Umar ditanya, “Bagaimana dengan jihad?" Ibnu Umar menjawab, “Jihad itu bagus, namun hanya hadits itulah yang aku terima dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam". (Diriwayatkan Imam Ahmad).
Disebutkan di hadits Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu, "Pokok segala sesuatu ialah Islam, tiangnya ialah shalat, dan puncak punuknya ialah jihad".
Kendati jihad berada di tempat tertinggi dalam ajaran Islam, namun jihad bukan salah satu tiang dan rukunnya di mana bangunan Islam dibangun di atasnya, karena dua sebab; Pertamajihad adalah fardhu kifayah menurut jumhur ulama dan bukan fardhu ain. Ini berbeda dengan kelima rukun di atas.
Keduajihad tidak berlangsung hingga akhir zaman, karena jika Isa Alaihis-Salam telah turun dan ketika itu tidak ada agama selain agama Islam, maka dengan sendirinya perang berhenti dan tidak lagi membutuhkan jihad. Ini berbeda dengan kelima rukun Islam yang tetap diwajibkan kepada kaum Mukminin hingga keputusan Allah datang kepada mereka dan ketika itu mereka dalam keadaan seperti itu, wallahu a'lam.

Matan Bahasa Arab
هَذَا الْحَدِيثُ خَرَّجَاهُ فِي " الِصَّحِيحَيْنِ " مِنْ رِوَايَةِ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، وَخَرَّجَهُ مُسْلِمٌ مِنْ طَرِيقَيْنِ آخَرَيْنِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، وَلَهُ طُرُقٌ أُخْرَى عَنْهُ. وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ رِوَايَةِ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخَرَّجَ حَدِيثَهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ. وَقَدْ سَبَقَ فِي الْحَدِيثِ الَّذِي قَبْلَهُ ذِكْرُ الْإِسْلَامِ.
وَالْمُرَادُ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ الْإِسْلَامَ مَبْنِيٌّ عَلَى هَذِهِ الْخَمْسِ، فَهِيَ كَالْأَرْكَانِ وَالدَّعَائِمِ لِبُنْيَانِهِ، وَقَدْ خَرَّجَهُ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ فِي " كِتَابِ الصَّلَاةِ " وَلَفْظُهُ: «بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسِ دَعَائِمَ» فَذَكَرَهُ. وَالْمَقْصُودُ تَمْثِيلُ الْإِسْلَامِ بِبُنْيَانِهِ وَدَعَائِمُ الْبُنْيَانِ هَذِهِ الْخَمْسُ، فَلَا يَثْبُتُ الْبُنْيَانُ بِدُونِهَا، وَبَقِيَّةُ خِصَالِ الْإِسْلَامِ كَتَتِمَّةِ الْبُنْيَانِ، فَإِذَا فُقِدَ مِنْهَا شَيْءٌ، نَقَصَ الْبُنْيَانُ وَهُوَ قَائِمٌ لَا يَنْتَقِضُ بِنَقْصِ ذَلِكَ، بِخِلَافِ نَقْضِ هَذِهِ الدَّعَائِمِ الْخَمْسِ؛ فَإِنَّ الْإِسْلَامَ يَزُولُ بِفَقْدِهَا جَمِيعًا بِغَيْرِ إِشْكَالٍ، وَكَذَلِكَ يَزُولُ بِفَقْدِ الشَّهَادَتَيْنِ، وَالْمُرَادُ بِالشَّهَادَتَيْنِ الْإِيمَانُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ. وَقَدْ جَاءَ فِي رِوَايَةٍ ذَكَرَهَا الْبُخَارِيُّ تَعْلِيقًا: " «بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: الْإِيمَانِ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ» " وَذَكَرَ بَقِيَّةَ الْحَدِيثِ. وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: " «عَلَى خَمْسٍ: عَلَى أَنْ يُوَحَّدَ اللَّهُ» " وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ: " «عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ» ". وَبِهَذَا يَعْلَمُ أَنَّ الْإِيمَانَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ دَاخِلٌ فِي ضِمْنِ الْإِسْلَامِ كَمَا سَبَقَ تَقْرِيرُهُ فِي الْحَدِيثِ الْمَاضِي. وَأَمَّا إِقَامُ الصَّلَاةِ، فَقَدْ وَرَدَتْ أَحَادِيثُ مُتَعَدِّدَةٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ مَنْ تَرَكَهَا، فَقَدْ خَرَجَ مِنَ الْإِسْلَامِ، فَفِي " صَحِيحِ مُسْلِمٍ " عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ» ، وَرُوِيَ مِثْلُهُ مِنْ حَدِيثِ بُرَيْدَةَوَثَوْبَانَ وَأَنَسٍ وَغَيْرِهِمْ. وَخَرَّجَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ مِنْ حَدِيثِ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ،، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَتْرُكِ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا، فَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمَّدًا، فَقَدْ خَرَجَ مِنَ الْمِلَّةِ» . وَفِي حَدِيثِ مُعَاذٍ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ» فَجَعَلَ الصَّلَاةَ كَعَمُودِ الْفُسْطَاطِ الَّذِي لَا يَقُومُ الْفُسْطَاطُ إِلَّا بِهِ وَلَا يَثْبُتُ إِلَّا بِهِ وَلَوْ سَقَطَ الْعَمُودُ لَسَقَطَ الْفُسْطَاطُ وَلَمْ يَثْبُتْ بِدُونِهِ وَقَالَ عُمَرُ: لَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ، وَقَالَ سَعْدٌوَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: مَنْ تَرَكَهَا، فَقَدْ كَفَرَ. وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَقِيقٍ: كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ مِنَ الْأَعْمَالِ شَيْئًا تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ. وَقَالَ أَيُّوبُ السِّخْتِيَانِيُّ: تَرْكُ الصَّلَاةِ كُفْرٌ، لَا يُخْتَلَفُ فِيهِ. وَذَهَبَ إِلَى هَذَا الْقَوْلِ جَمَاعَةٌ مِنَ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ الْمُبَارَكِ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ، وَحَكَى إِسْحَاقُ عَلَيْهِ إِجْمَاعَ أَهْلِ الْعِلْمِ! وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ: هُوَ قَوْلُ جُمْهُورِ أَهْلِ الْحَدِيثِ. وَذَهَبَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ إِلَى أَنَّ مَنْ تَرَكَ شَيْئًا مِنْ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ الْخَمْسَةِ عَمْدًا أَنَّهُ كَافِرٌ بِذَلِكَ وَرُوِيَ ذَلِكَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَنَافِعٍ وَالْحَكَمِ، وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ أَحْمَدَ اخْتَارَهَا طَائِفَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ حَبِيبٍ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ. وَخَرَّجَ الدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُ مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْحَجُّ فِي كُلِّ عَامٍ؟ قَالَ: لَوْ قُلْتُ: نَعَمْ، لَوَجَبَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ وَجَبَ عَلَيْكُمْ، مَا أَطَقْتُمُوهُ، وَلَوْ تَرَكْتُمُوهُ لَكَفَرْتُمْ» .
وَخَرَّجَ الَّالِكَائِيُّ مِنْ طَرِيقِ مُؤَمَّلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ النُّكْرِيُّ، عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَلَا أَحْسَبُهُ إِلَّا رَفَعَهُ قَالَ: «عُرَى الْإِسْلَامِ، وَقَوَاعِدُ الدِّينِ ثَلَاثَةٌ عَلَيْهِنَّ أُسُسُ الْإِسْلَامِ: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَالصَّلَاةُ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ. مَنْ تَرَكَ مِنْهُنَّ وَاحِدَةً، فَهُوَ بِهَا كَافِرٌ، حَلَالُ الدَّمِ، وَتَجِدُهُ كَثِيرَ الْمَالِ لَمْ يَحُجَّ فَلَا يَزَالُ بِذَلِكَ كَافِرًا وَلَا يَحِلُّ بِذَلِكَ دَمُهُ، وَتَجِدُهُ كَثِيرَ الْمَالِ فَلَا يُزَكِّي، فَلَا يَزَالُ بِذَلِكَ كَافِرًا وَلَا يَحِلُّ دَمُهُ» وَرَوَاهُ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ مَوْقُوفًا مُخْتَصَرًا، وَرَوَاهُ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ أَخُو حَمَّادٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مَرْفُوعًا، وَقَالَ: «وَمَنْ تَرَكَ مِنْهُنَّ وَاحِدَةً، فَهُوَ بِاللَّهِ كَافِرٌ، وَلَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلَا عَدْلٌ، وَقَدْ حَلَّ دَمُهُ وَمَالُهُ» وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ. وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عُمَرَ ضَرْبُ الْجِزْيَةِ عَلَى مَنْ لَمْ يَحُجَّ، وَقَالَ: لَيْسُوا بِمُسْلِمِينَ. وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ تَارِكَ الزَّكَاةِ لَيْسَ بِمُسْلِمٍ، وَعَنْ أَحْمَدَ رِوَايَةٌ: أَنَّ تَرْكَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ خَاصَّةً كُفْرٌ دُونَ الصِّيَامِ وَالْحَجِّ. وَقَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: الْمُرْجِئَةُ سَمَّوْا تَرْكَ الْفَرَائِضِ ذَنْبًا بِمَنْزِلَةِ رُكُوبِ الْمَحَارِمِ، وَلَيْسَ سَوَاءً، لِأَنَّ رُكُوبَ الْمَحَارِمِ مُتَعَمِّدًا مِنْ غَيْرِ اسْتِحْلَالٍ مَعْصِيَةٌ، وَتَرْكُ الْفَرَائِضِ مِنْ غَيْرِ جَهْلٍ وَلَا عُذْرٍ هُوَ كُفْرٌ. وَبَيَانُ ذَلِكَ فِي أَمْرِ إِبْلِيسَ وَعُلَمَاءِ الْيَهُودِ الَّذِينَ أَقَرُّوا بِنَعْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلِسَانِهِمْ، وَلَمْ يَعْمَلُوا بِشَرَائِعِهِ. وَقَدِ اسْتَدَلَّ أَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ عَلَى كُفْرِ تَارِكِ الصَّلَاةِ بِكُفْرِ إِبْلِيسَ بِتَرْكِ السُّجُودِ لِآدَمَ، وَتَرْكُ السُّجُودِ لِلَّهِ أَعْظَمُ. وَفِي " صَحِيحِ مُسْلِمٍ " عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ، اعْتَزَلَ إِبْلِيسُ يَبْكِي وَيَقُولُ: يَا وَيْلِي أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ، فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِيَ النَّارُ.» وَاعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الدَّعَائِمَ الْخَمْسَ بَعْضُهَا مُرْتَبِطٌ بِبَعْضٍ، وَقَدْ رُوِيَ أَنَّهُ لَا يُقْبَلُ بَعْضُهَا بِدُونِ بَعْضٍ كَمَا فِي " مُسْنَدِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ " عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ الْحَضْرَمِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَرْبَعٌ فَرَضَهُنَّ اللَّهُ فِي الْإِسْلَامِ فَمَنْ أَتَى بِثَلَاثٍ لَمْ يُغْنِينَ عَنْهُ شَيْئًا حَتَّى يَأْتِيَ بِهِنَّ جَمِيعًا: الصَّلَاةُ، وَالزَّكَاةُ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَحَجُّ الْبَيْتِ» وَهَذَا مُرْسَلٌ، وَقَدْ رُوِيَ عَنْ زِيَادٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ حَزْمٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَرُوِيَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَطَاءٍ الْخُرَاسَانِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الدِّينُ خَمْسٌ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُنَّ شَيْئًا دُونَ شَيْءٍ: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَإِيمَانٌ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَبِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ هَذِهِ وَاحِدَةٌ، وَالصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ عَمُودُ الدِّينِ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ الْإِيمَانَ إِلَّا بِالصَّلَاةِ، وَالزَّكَاةُ طَهُورٌ مِنَ الذُّنُوبِ، وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ الْإِيمَانَ وَلَا الصَّلَاةَ إِلَّا بِالزَّكَاةِ، فَمَنْ فَعَلَ هَؤُلَاءِ، ثُمَّ جَاءَ رَمَضَانُ فَتَرَكَ صِيَامَهُ مُتَعَمِّدًالَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ مِنْهُ الْإِيمَانَ، وَلَا الصَّلَاةَ، وَلَا الزَّكَاةَ، فَمَنْ فَعَلَ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَ ثُمَّ تَيَسَّرَ لَهُ الْحَجُّ، فَلَمْ يَحُجَّ، وَلَمْ يُوصِ بِحَجَّةٍ، وَلَمْ يَحُجَّ عَنْهُ بَعْضُ أَهْلِهِ، لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ مِنْهُ الْأَرْبَعَ الَّتِي قَبْلَهَا» ذَكَرَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَقَالَ سَأَلْتُ أَبِي عَنْهُ فَقَالَ: هَذَا حَدِيثٌ مُنْكَرٌ يُحْتَمَلُ أَنَّ هَذَا مِنْ كَلَامِ عَطَاءٍ الْخُرَسَانِيِّ. قُلْتُ: الظَّاهِرُ أَنَّهُ مِنْ تَفْسِيرِهِ لِحَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ، وَعَطَاءُ مِنْ أَجِلَّاءِ عُلَمَاءِ الشَّامِ. وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: مَنْ لَمْ يُزَكِّ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، وَنَفْيُ الْقَبُولِ هُنَا لَا يُرَادُ بِهِ نَفْيُ الصِّحَّةِ، وَلَا وُجُوبُ الْإِعَادَةِ بِتَرْكِهِ، وَإِنَّمَا يُرَادُ بِذَلِكَ انْتِفَاءُ الرِّضَا بِهِ، وَمَدْحُ عَامِلِهِ، وَالثَّنَاءُ بِذَلِكَ عَلَيْهِ فِي الْمَلَأِ الْأَعْلَى، وَالْمُبَاهَاةُ بِهِ لِلْمَلَائِكَةِ. فَمَنْ قَامَ بِهَذِهِ الْأَرْكَانِ عَلَى وَجْهِهَا، حَصَلَ لَهُ الْقَبُولُ بِهَذَا الْمَعْنَى، وَمَنْ قَامَ بِبَعْضِهَا دُونَ بَعْضٍ، لَمْ يَحْصُلْ لَهُ ذَلِكَ، وَإِنْ كَانَ لَا يُعَاقَبُ عَلَى مَا أَتَى بِهِ مِنْهَا عُقُوبَةَ تَارِكِهِ، بَلْ تَبْرَأُ بِهِ ذِمَّتُهُ، وَقَدْ يُثَابُ عَلَيْهِ أَيْضًا. وَمِنْ هَاهُنَا يُعْلَمُ أَنَّ ارْتِكَابَ بَعْضِ الْمُحَرَّمَاتِ الَّتِي يَنْقُصُ بِهَا الْإِيمَانُ تَكُونُ مَانِعَةً مِنْ قَبُولِ بَعْضِ الطَّاعَاتِ، وَلَوْ كَانَ مِنْ بَعْضِ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ بِهَذَا الْمَعْنَى الَّذِي ذَكَرْنَاهُ، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ يَوْمًا» وَقَالَ: «مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا» وَقَالَ: «أَيُّمَا عَبْدٍ أَبَقَ مِنْ مَوَالِيهِ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ.» وَحَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ يُسْتَدَلُّ بِهِ عَلَى أَنَّ الِاسْمَ إِذَا شَمِلَ أَشْيَاءَ مُتَعَدِّدَةً، لَمْ يَزَلْ زَوَالُ الِاسْمِ بِزَوَالِ بَعْضِهَا، فَيُبْطَلُ بِذَلِكَ قَوْلُ مَنْ قَالَ: إِنَّ الْإِيمَانَ لَوْ دَخَلَتْ فِيهِ الْأَعْمَالُ لَلَزِمَ أَنْ يَزُولَ بِزَوَالِ عَمَلٍ مِمَّا دَخَلَ فِي مُسَمَّاهُ، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ هَذِهِ الْخَمْسَ دَعَائِمَ الْإِسْلَامِ وَمَبَانِيهِ، وَفَسَّرَ بِهَا الْإِسْلَامَ فِي حَدِيثِ جِبْرِيلَ، وَفِي حَدِيثِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الَّذِي فِيهِ أَنَّ «أَعْرَابِيًّا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْإِسْلَامِ، فَفَسَّرَهُ لَهُ بِهَذِهِ الْخَمْسِ» . وَمَعَ هَذَا فَالْمُخَالِفُونَ فِي الْإِيمَانِ يَقُولُونَ: لَوْ زَالَ مِنَ الْإِسْلَامِ خَصْلَةٌ وَاحِدَةٌ، أَوْ أَرْبَعُ خِصَالٍ سِوَى الشَّهَادَتَيْنِ، لَمْ يَخْرُجْ بِذَلِكَ مِنَ الْإِسْلَامِ. وَقَدْ رَوَى بَعْضُهُمْ أَنَّ جِبْرِيلَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَرَائِعِ الْإِسْلَامِ، لَا عَنِ الْإِسْلَامِ، وَهَذِهِ اللَّفْظَةُ لَمْ تَصِحَّ عِنْدَ أَئِمَّةِ الْحَدِيثِ وَنُقَّادِهِ، مِنْهُمْ أَبُو زُرْعَةَ الرَّازِيُّ، وَمُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ، وَأَبُو جَعْفَرٍ الْعُقَيْلِيُّ وَغَيْرُهُمْ. وَقَدْ ضَرَبَ الْعُلَمَاءُ مَثَلَ الْإِيمَانِ بِمَثَلِ شَجَرَةٍ لَهَا أَصْلٌ وَفُرُوعٌ وَشُعَبٌ، فَاسْمُ الشَّجَرَةِ يَشْتَمِلُ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ، وَلَوْ زَالَ شَيْءٌ مِنْ شُعَبِهَا وَفُرُوعِهَا لَمْ يَزُلْ عَنْهُ اسْمُ الشَّجَرَةِ، وَإِنَّمَا يُقَالُ هِيَ شَجَرَةٌ نَاقِصَةٌ أَوْ غَيْرُهَا أَتَمُّ مِنْهَا. وَقَدْ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلَ الْإِيمَانِ بِذَلِكَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا} [إبراهيم: 24] (إِبْرَاهِيمَ: 24) . وَالْمُرَادُ بِالْكَلِمَةِ كَلِمَةُ التَّوْحِيدِ، وَبِأَصْلِهَا التَّوْحِيدُ الثَّابِتُ فِي الْقُلُوبِ، وَأُكُلُهَا: هُوَ الْأَعْمَالُ الصَّالِحَةُ النَّاشِئَةُ مِنْهُ. وَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ وَالْمُسْلِمِ بِالنَّخْلَةِ وَلَوْ زَالَ شَيْءٌ مِنْ فُرُوعِالنَّخْلَةِ، أَوْ مِنْ ثَمَرِهَا، لَمْ يَزُلْ بِذَلِكَ عَنْهَا اسْمُ النَّخْلَةِ بِالْكُلِّيَّةِ، وَإِنْ كَانَتْ نَاقِصَةَ الْفُرُوعِ أَوِ الثَّمَرِ. وَلَمْ يَذْكُرِ الْجِهَادَ فِي حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ هَذَا، مَعَ أَنَّ الْجِهَادَ أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ، وَفِي رِوَايَةٍ «أَنَّ ابْنَ عُمَرَ قِيلَ لَهُ: فَالْجِهَادُ؟ قَالَ الْجِهَادُ حَسَنٌ، وَلَكِنْ هَكَذَا حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» . خَرَّجَهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ. وَفِي حَدِيثِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ «إِنَّ رَأْسَ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ» ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ: أَعْلَى شَيْءٍ فِيهِ، وَلَكِنَّهُ لَيْسَ مِنْ دَعَائِمِهِ وَأَرْكَانِهِ الَّتِي بُنِيَ عَلَيْهَا، وَذَلِكَ لِوَجْهَيْنِ: أَحَدُهُمَا: أَنَّ الْجِهَادَ فَرْضُ كِفَايَةٍ عِنْدَ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ، لَيْسَ بِفَرْضِ عَيْنٍ بِخِلَافِ هَذِهِ الْأَرْكَانِ. وَالثَّانِي: أَنَّ الْجِهَادَ لَا يَسْتَمِرُّ فِعْلُهُ إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ، بَلْ إِذَا نَزَلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَلَمْ يَبْقَ حِينَئِذٍ مِلَّةٌ غَيْرُ مِلَّةِ الْإِسْلَامِ، فَحِينَئِذٍ تَضَعُ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا، وَيَسْتَغْنِي عَنِ الْجِهَادِ بِخِلَافِ هَذِهِ الْأَرْكَانِ، فَإِنَّهَا وَاجِبَةٌ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِلَى أَنْ يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.


[1]Diriwayatkan Al-Bukhari hadits nomer 8 dan Muslim hadits nomer 16. Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad 2/26.93, 120, 143, Al-Humaidi hadits nomer 703, At-Tirmidzi hadits nomer 2609 dan An-Nasai 8/107. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits nomer 158, dan 1446. Tentang takhrij hadits tersebut secara lengkap, silahkan baca buku tersebut.
[2]Baca jalur-jalur tersebut di Shahih Ibnu Hibban hadits nomer 158.
[3]Di Al-Musnad 4/363 dan 364. Hadits tersebut juga diriwayatkan Ath-Thabrani di Al-Kabirhadits nomer 2363, 2364, di Ash-Shaghir hadits nomer 782, dan Al-Marwazi di Ta'dzimu Qadrish Shalat hadits nomer 419-422.
Al-Haitsami menyebutkan hadits di atas di Majmauz Zawaid 1/47dan berkata, "Hadits tersebut diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Ya'la, dan Ath-Thabrani di Al-Kabir danAsh-Shaghir. Sanad Imam Ahmad adalah shahih".
[4]Hadits nomer 413Sanad hadits tersebut shahih menurut syarat Muslim.
[5]Diriwayatkan Al-Bukhari hadits nomer 4514.
[6]Diriwayatkan Muslim hadits nomer 82Hadits tersebut juga diriwayatkan Abu Daud hadits nomer 4678At-Tirmidzi hadits nomer 2618dan Ibnu Majah hadits nomer 1078. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits nomer 1453Tentang takhrij hadits tersebut secara lengkap, silahkan baca buku tersebut.
[7]Diriwayatkan Imam Ahmad 5/346, 355,At-Tirmidzi hadits nomer 2621An-Nasai 1/231,dan Ibnu Majah hadits nomer 1079. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits nomer 1554dan Al-Hakim 1/6dengan disetujui Adz-Dzahabi.
[8]Diriwayatkan AI-Lalkai di Ushulul I'tiqad hadits nomer 1521 dan ia menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim. Hadits tersebut disebutkan Al-Hafidz Al-Mundziri 1/279. Ia berkata, "Hadits tersebut diriwayatkan Ibnu Jarir Ath-Thabari dengan sanad shahih".
[9]Diriwayatkan Ibnu Majah hadits nomer 1080 dan Al-Marwazi hadits nomer 897, 900. Di sanad hadits tersebut terdapat Yazid Ar-Ruqasyi yang merupakan perawi dhaif.
[10]Diriwayatkan Al-Marwazi diTa'dzimu Qadrish Shalat hadits nomer 920. Hadits tersebut juga diriwayatkan Al-Lalkai di Ushulul I'tiqad hadits nomer 1522 dan sanadnya dhaif.Namun hadits tersebut mempunyai hadits penguat yang diriwayatkan Al-Marwazi hadits nomer 912 dari Umaimah dan dari Ummu Aiman yang diriwayatkanImam Ahmad 6/421 dan Al-Marwazi hadits nomer 913.
[11]Diriwayatkan Imam Malik 1/38-39, Ibnu Sa'ad di Ath-Thabaqat 3/351. Al-Marwazi hadits nomer 923, 929, Al-Lalkai hadits nomer 1528, 1529, Al-Ajuri di Asy-Syariat hal. 134, dan Ibnu Abu Syaibah 11/25.
[12]Kemungkinan besar Sa'ad yang dimaksud ialah Sa'ad bin Umarah, salah seorang Bani Sa'ad bin Bakr. Itu disebutkan Al-Bukhari di sahabat. Muhammad bin Nashr Al-Marwazi meriwayatkan di hadits nomer 946 dari jalur Ibnu Ishaq yang berkata. Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata kepadaku dari Sa'id Al-Anshari bahwa ia diberitahu dari Sa'ad bin Imarah, saudara Bani Sa'ad bin Bakr, - ia sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam -bahwa seseorang berkata kepadanya, "Berilah aku nasihat, semoga Allah merahmatimu". Sa'ad bin Imarah berkata, "Jika engkau berdiri untuk shalat, sempurnakan wudhu, karena shalat tidak sah bagi orang yang tidak mempunyai wudhu dan tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai shalat. Jika engkau mengerjakan shalat, shalatlah seperti shalat orang yang akan berpisah, tinggalkan menuntut banyak sekali kebutuhan karena itu kemiskinan sekarang, kumpulkan putus asa terhadap apa yang ada di tangan manusia karena itulah kekayaan, perhatikan perkataan dan perbuatan yang telah dimaafkan, kemudian jauhilah". Baca juga Usudul Ghabah 2/362.
[13]Diriwayatkan Ibnu Abu Syaibah di Al-Mushannaf 11/47dan Al-Imanhadits nomer 126, Al-Marwazi hadits nomer 933dan Al-Ajuri hal. 135Disanad hadits tersebut terdapat Ma'qil Al-Khats'ami yang tidak dikenal.
[14]Diriwayatkan Ibnu Abu Syaibah di Al-Mushannaf 11/49,At-Tirmidzi hadits nomer 2622, dan Al-Marwazi hadits nomer 948Sanad hadits tersebut shahih.
[15]Dengan redaksi seperti itu, hadits tersebut diriwayatkan Abdu bin Humaid di Musnad-nya seperti terlihat di Ad-Durrul Mantsur 2/273dari Al-Hasan secara mursal. Hadits tersebut asalnya dari Shahih Muslim hadits nomer 1337tanpa sabda RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam, "Jika kalian meninggalkannya maka kalian menjadi kafir". Hadits tersebut mempunyai hadits penguat dari hadits riwayat Anas bin Malik yang diriwayatkan Ibnu Majah hadits nomer 2885. Di riwayat tersebut dikatakan, "Jika kalian tidak mengerjakan haji tersebut, kalian disiksa". Riwayat tersebut dishahihkan Al-Bushairi di Az-Zawaid.Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata di At-Talkhish2/220"Para perawi hadits tersebut adalah para perawi tepercaya".
[16]Diriwayatkan Al-Lalkai diUshulul I'tiqad hadits nomer 1576. Hadits tersebut juga diriwayatkan Abu Ya'la hadits nomer 2349 dan sanadnya dhaif. Muammal tersebut hapalannya jelek, sedang Amr bin Malik An-Nukri sering ragu/bimbang/keliru".
[17]Telah ditakhrij sebelumnya.
[18]Telah ditakhrij sebelumnya.
[19]Diriwayatkan Muslim diShahih Muslimhadits nomer 81. Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad 2/443. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Khuzaimah hadits nomer 549 dan Ibnu Hibban darinya hadits nomer 2759. Tentang takhrij hadits tersebut secara lengkap, silahkan baca di buku tersebut.
[20]Al-Musnad 4/200-201. Sanad hadits tersebut mursal seperti dikatakan Ibnu Rajab. Di sanad tersebut terdapat perawi Ibnu Luhaiah yang merupakan perawi dhaif
[21]Diriwayatkan Imam Ahmad dan Ath-Thabrani di Al-Kabir seperti terlihat di Majmauz Zawaid 1/47. Al-Haitsami berkata, "Di sanad hadits tersebut terdapat Ibnu Luhaiah".
[22]Di Al-Ilal 1/294, 2/156. Hadits tersebut juga diriwayatkan Abu Nu'aim di Al-Hilyah 5/201-202 dan berkata, "Hadits dari Ibnu Umar dengan redaksi bahasa seperti itu gharib".
[23]Diriwayatkan Muslim hadits nomer 2003 dari Ibnu Umar.
[24]Ibid., nomer 2230.
[25]Ibid., nomer 69 dari Jarir.
[26]Hadits tersebut hasan dengan hadits-hadits penguatnya diriwayatkan dari Abu Razin Al-Uqaili oleh Al-Bukhari di At-Tarikh 7/248, Ath-Thabrani di Al-Kabir 19/460 dan Al-Qadhai hadits nomer 1353, 1354. Hadits tersebut dishahihkan Ibnu Hibban hadits 247.
Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Ahmad 2/199 dan Ar-Ramharmazi di Al-Amtsal hal. 64-65 dari Abdullah bin Amr. Hadits tersebut dishahihkan Al-Hakim 1/75-76 dengan disetujui Adz-Dzahabi.
Hadits tersebut juga diriwayatkan Abu Asy-Syaikh di Al-Amtsal hadits nomer 353, 354 dari Ibnu Umar.

No comments:

Post a Comment