Sunday, January 16, 2022

Tafsir Surah Al Mujadilah

 Bersama surah ini kita akan menelusuri peristiwa-peristiwa sirah yang terjadi pada masyarakat Madinah, bersamaan dengan tumbuhnya masyarakat Islam, peristiwa yang selalu tumbuh kembang, bahkan tergolong ke dalam peristiwa progresif secara alamiah yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Periode ini adalah periode yang terbentang luas untuk mulai menumbuhkan persepsi yang sempurna dan menyeluruh bagi kehidupan ini, dan dalam jiwa jamaah ini, serta membangun kehidupan nyata di atas persepsi tersebut. Kemudian jamaah ini diarahkan ke seluruh penjuru dunia untuk menciptakan kehidupan yang humanis di atas dasar persepsi tersebut. Periode ini memerlukan persiapan yang optimal.

 Kaum Muhajirin dan anshar menjadi bagaian dari takdir periode ini, karena kematangan akdiah mereka dan kesempurnaan persepsi mereka tentang akidah yang baru ini, dan mereka mengikhlaskan seluruh jiwa mereka demi akidah ini. Mereka menjadi bagian dasri takdir alamiah yang telah ditetapkan Allah SWT, mereka menyesuaikan langkah-langkahnya dengan langkah yang diambil Allah, mereka tidak mendapatkan dalam diri mereka penyimpangan dari jalan-NYA dan sesuatu apapun selain daripada-NYA. Mereka seperti apa yang Allah gambarkan dalam surat ini :

 

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

 

22.  Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.

 

[1462]  yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain lain.

 

Akan tetapi generasi awal seperti yang tergambar dalam ayat tersbut di atas sedikit jumlahnya, dibanding jamaah kaum muslimin waktu itu yang terus bertambah jumlahnya, khususnya setelah Islam semakin memiliki kekuatan yang menakutkan hingga menjelang fathu Makkah. Masuk dalam arus gelombang besar kaum muslimin, mereka yang belum cukup mendapatkan tarbiyah Islamiyah, belum lama menghirup udara Islam, seperti masuknya orang-orang munafik yang oportunis dan mencari selamat, sambil menunggu dan melihat (wait and see) peluang, antara berpihak pada pasukan Islam atau pasukan yang dominan kala itu, Pasukan Musyrikin dan Yahudi.

 

Menjadi satu kebutuhan untuk mendidik jiwa dan mempersiapkannya untuk sebuah periode besar dari dakwah ini, dengan kesungguhan yang berlipat ganda, kesabaran yang panjang, dan terapi pengobatan yang bertahap, baik pada perkara yang kecil maupun yang besar. Inilah gerakan Islam yang pernah dibangun oleh Rasulullah SAW, dengan fokus pembangunan jiwa yang tegak bersamaan dengan terbangunnya masyarakat dan daulah Islam. Tegak di atas sistim Ilahi baik pemahaman maupun realisasinya dan transfertasinya ke seluruh pelosok negeri dalam gambaran yang hidup dan dinamis, bukan hanya dalam bentuk kertas kerja dan slogan semata.

 

Kita dapat menyaksikan pada surat ini, sisi sebuah perjuangan yang besar, dan sisi pendekatan Qur’ani dalam konstruksi jiwa, juga dalam terapi peneyembuhan berbagai peristiwa, kebiasaan dan letupan-letupan emosi, sebagaimana kita juga menyaksikan sisi pergulatan panjang antara islam dan kaum penentangnya dari kalangan kaum musyrik, Yahudi dan Munafik.

 

Dalam surat ini dengan karakternya yang khusus, kita juga dapat menyaksikan gambaran yang hidup tentang pemeliharaan Allah terhadap jamaah yang mulai tumbuh, Dia menjqadikannya di bawah pengawasan-NYA, membimbingnya di bawah manhaj-Nya, mensyiarkannya di bawah perlindungan-NYA dan membangunnya dengan perasaan yang selalu hidup dengan adanya Allah SWT yang selalu bersamanya, baik dalam keadaan khusus, dalam menghadapi persoalan yang paling kecil dan paling misteri sekalipun, menjaganya dari tipudaya musuhnya dalam keadaan samar maupun tampak kelihatan, merengkuhnya di bawah naungan-NYA, menyatukannya di bawah panji-NYA, membimbing akhlak, kebiasaan dan segala tradisinya dengan tarbiyah ilahiyah, menyatukan golongannya dengan bumi dan mengangkat benderanya tinggi-tinggi agar seluruh dunia dapat mengenalnya.

 

Oleh karena itu surat ini dimulai dengan satu gambaran yang menarik dari gambaran-gambaran momentum yang unik dalam sejarah manusia. Momentum kontak langit dengan bumi dalam peristiwa yang langsung dan empirik. Sebagaimana firman Allah di awal surat ini :

 

قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَـٰدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ  

 

Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat [1461].

 

[1461]  sebab Turunnya ayat Ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa´labah yang Telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: Kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal Ini belum ada keputusan dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia. lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak Kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.

 

Langit menjadi saksi atas urusan sehari-hari sebuah keluarga kecil, fakir dan miskin, yang menyebabkan turunnya ketetapan hukum Allah SWT. Allah telah mendengar pengaduan seorang wanita kepada Rasulullah perihal keluarganya (suaminya), Aisyah yang pada saat itu berada dekat Rasulullah nyaris mendengarnya. Ini adalah potret kehidupan yang memenuhi hati dengan keberadaan Allah, kedekatan-NYA, kesertaan dan pemeliharan (ri’ayah) –NYA

 

Ayat berikutnya menegaskan bahwasanya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-NYA – musuh jamaah Islam yang hidup di bawah lindungan-NYA- akan dihancurkan dan dibinasakan di muka bumi dan adzab yang hina di akhirat nanti. " والله على كل شيء شهيد  Kemudian penegasan dan peringatan akan keberadaan Allah dan kesaksiannya atas setiap pembicaraan rahasia, di mana para pelakunya mengira tidak ada yang tahu selain mereka, padahala Allah selalu bersama mereka dimanapun mereka berada  ثم ينبئهم بما عملوا يوم القيامة  ، إن الله بكل شيء عليم . Kemudian diberitakan kepada mereka apa yang mereka perbuat, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ini juga sebuah gambaran yang memenuhi hati dengan kehadiran Allah, pengawasan dan penglihatan-NYA.

 

Ayat-ayat berikutnya menjelaskan tentang tarbiyah bagi jiwa seorang mu’min, dengan menanakan etika toleransi dan ketaatan dalam majlis Rasulullah, majlis ilmu dan majlis dzikir lainnya, juga dalam melontarkan pertanyaan dan pembicaraan di hadapan Rasulullah.

 

Sedangkan penghujung surat ini berbicara tentang kaum munafik yang loyal kepada yahudi, berkonspirasi dengan mereka, dan melontarkan kebohongan dan sumpah palsu kepada Rasul dan orang-orang beriman. Orang-orang yang menetang Allah dan rasul-NYA akan dicatat sebgai orang-orang yang hina dan merugi, sebagaiman Allah telah mencatat  bahwa Allah dan Rasul-NYA lah yang akan menjadi pemenang. Dan hal itu mudah bagi Allah.

 

Di akhir surat tergambar secara nyata keberadaan “hizbullah”, di mana para pelakuknya generasi pertama dari kaum Muhajirin dan Anshar. Akhir ayat ini mengisyaratkan agar orang-orang yang masih jauh dari jalan dakwah ini segera mendekat, bergabung dan merapat, dan segera mengganti baju kemunafikan dan kemusyrikan dengan pakaian iman dan taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang tercantum pada mukadimah di atas.

 

قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَـٰدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ

ٱلَّذِينَ يُظَـٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَآئِهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَـٰتِهِمْ ۖ إِنْ أُمَّهَـٰتُهُمْ إِلَّا ٱلَّـٰٓـِٔى وَلَدْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنكَرًا مِّنَ ٱلْقَوْلِ وَزُورًا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

وَٱلَّذِينَ يُظَـٰهِرُونَ مِن نِّسَآئِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا۟ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِّن قَبْلِ أَن يَتَمَآسَّا ۚ ذَٰلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِۦ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِن قَبْلِ أَن يَتَمَآسَّا ۖ فَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ۚ ذَٰلِكَ لِتُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۚ وَتِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۗ وَلِلْكَـٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

 

1.  Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat

2.  Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

3.  Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

4.  Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

 

Pada masa jahiliyah suami yang marah kepada isterinya biasannya akan berkata : “engkau seperti punggung ibuku”, pernyataan seperti itu membuat isteri menjadi haram bagi suaminya, sementara statusnya tidak cerai dari suaminya. Begitulah keadaannya, hubungan suami isteri menjadi tidak normal, tidak halal “berhubungan” dan tidak juga bercerai sehingga dapat mencari solusi yang lain. Ini adalah beban berat yang dihadapi wanita pada masa jahiliyah

 

Pada masa islam ketika hal itu terjadi sebagaiman ayat tersebut di atas, belum ada syariat yang menetapkan status hukumnya. Berkata Imam Ahmad dari Saad bin Ibrahim dan Ya’kub, dari Abdullah bin Handzalah, dari Yusuf bin abdullah bin Salam, dari Khuwailah binti Tsa’labah, Ia menceritakan : “Demi Allah, awal surat al-Mujadilah diturunkan kepada diriku dan suamiku Aus bin Shamit. Suatu ketika aku bersama suamiku, Usianya sudah tua, akhlaknya buruk. Ia masuk ke rumah menjumpaiku, lalu aku menyampaikan suatu perkataan kepadanya, spontan Ia marah dan berkata : “engkau bagiku seperti pungguing ibuku”, lalu Ia keluar sesaat bertemu dengan kaumnya, tak lama kemudian Ia kembali lagi ke rumah dan meminta kepadaku untuk berhubungan intim. Akupun berkata kepadanya : “Sekali-kali tidak, demi jiwa Khuwailah yang berada di tangan-NYA, engkau tidak boleh menyetubuhiku, karena engkau telah melakukan dzihar kepadaku, sampai ada ketentuan hukum dari Allah dan Rasul-NYA. Lalu Ia menyergapku, aku berusaha mengelak, dan aku berhasilmenyingkirkan suamiku yang tua itu dari diriku, kemudian aku keluar ke rumah tetanggaku dan meminjam pakaian kepadanya, lalu aku bergegas menjumpai Rasulullah SAW, sesampainya di rumah Rasul aku duduk dihadapannya dan menceritakan apa yang telah terjadi, dan aku juga mengadukan perihal suamiku yang berperangai buruk. Kemudian Rasulullah berkata kepadaku : “Wahai Khuwailah suamimu itu sudah tua, bertaqwalah  kepada Allah terhadapnya”. Demi Allah tidak lama setelah itu  Rasulullah berkata kepadaku : “Hai Khuwailah! Allah telah menurunkan Al-Qur’an tentang dirimu dan suamimu”. Lalu Rasulullah membacakan kepada beberapa ayat di awal surat Al-Mujadilah, sebagaimana termaktub di atas, mulai dari قد سمع الله  hingga وللكافرين عذاب أليم . Setelah selesai membacakan ayat-ayat tersebut Rasulullah berkata kepadaku : “Perintahkan suamimu untuk memerdekakan seorang budak”, “Ya Rasulallah...! suamiku tidak memiliki harta untuk itu” kataku, “kalau begitu puasa dua bulan berturut-turut” tambah Rasul. “Suamiku sudah tua, tak sanggup lagi berpuasa” kataku lagi. “kalau begitu memberi makan 60 orang miskin” kata Rasul. “Ya Rasul suamiku tidak kemampuan untuk itu”kataku. “Baik, kami akan membantu suamimu dengan sejumlah kurma” kata rasul, “Akupun akan memabantunya dengan 60 sha’ kurma ya Rasulallah” kataku. “Engkau benar, pergilah dan sedekahkanlah segera dan bersikaplah baik-baik kepada suamimu”. Akupun segera melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. (HR. Abu Daud) (lihat sunan Abi Daud Kitabutthalaq)

 

Itulah peristiwa dimana Allah telah mendengar dialog antara nabi dengan wanita yang mengadukan perihal suaminya, itulah ketetapan Allah yang langsung diturunkan dari tujuh lapis langit, untuk memenuhi hak wanita tersebut  dan melindungi kepentingannya dan kepentingan suaminya. Kisah ini dapat dijadikan gambaran solusi penyelesaian persoalan harian rumah tangga seperti di atas.

 

Kalimat " قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجه, mengumumkan bahwa Allah turut hadir langsung di tengah persoalan ini, bahkan Allah dengan dzat-NYA sendiri Yang mendengarkan langsung pengaduan salah seorang wanita dari kalangan masyarakat awam kaum muslimin. Pengaturan Allah terhadap urusan langit dan bumi tidak membuat-NYA lengah dari pengaduan hamba-NYA dan tidak membuat-NYA lalai untuk segera memberikan kepastian hukum padanya.

 

Sesungguhnya peristiwa ini cukup menakjubkan, pertanda bahwa Allah selalu bersama jamaah yang loyal kepada-NYA, hadir dalam setiap urusannya, besar maupun kecil, memberikan pertolongan dalam menghadapi kesulitan sehari-hari, mengabulkan keinginan-kenginan yang rutin. Dialah Allah...... Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi, Yang Maha Agung lagi Maha Mulia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Angkuh, Yang menguasai langit dan bumi. Dan dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

 

Aisyah meriwayatkan : الحمد لله الذي وسع سمعه الأصوات . لقد جاءت المجادلة خولة إلى رسول الله ـ r ـ في جانب البيت ، ما أسمع ما تقول”,Segala puji bagi Allah Yang telah leluasa mendengarkan berbagai pengaduan. Sungguh telah datang Khaulah menjumpai Rasulullah di samping rumah, aku tidak mendengar apa yang dikatakan kepadanya. Kemudian Allah menurunkan ayat :"قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله. الآية (HR. Bukhari dan Nasa’i)

 

Kisah Haulah ini adalah gambaran dari potret sebuah jamaah yang unik pada kurun waktu yang menakjubkan, jamaah yang memiliki hubungan langsung kepada Allah, menunggu arahan-arahan-NYA dari langit. Seakan-akan Allah menjadikan jamaah itui bagian dari “keluarga”-NYA (عيال الله), yang selalu dimuro’atinya dan diawasinya sebagaiamana anak kecil yang selalu diaasi oleh Ibu Bapaknya dan pengasuhnya.

 

Dialog berdua empat mata antara Rasulullah SAW dan Khaulah memabuktikan langsung Allah yang menjadi ketiganya dengan mendengarkan langsung apa yang mereka bicarakan. Inti dari keikutsertaan Allah mendengarkan dialog tersebut adalah dengan keluarnya ketetapan hukum dan inti permasalahn yang terjadi :

 

2.  Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

 

Ini adalah terapi penyembuhan maslah dari pangkalnya, karena dzhihar sesuatu yang tidak mendasar, isteri bukanlah Ibu sehinggan menjadi haram, karena Ibu adalah yang melahirkannya, tidak mungkin isteri berubah menjadi ibu hanya dengan sebuah ucapan, itu adalah ucapa yang secara riil tidak dapat diterima, pernyatan palsu yang tidak dapat dibenarkan. Setiap masalah harus dibangun di atas kebenaran dan realita, juga dalam kejelasan dan ketegasan, tidak boleh rancu. Akan tetapi Allah Maha Pemaaf dan Pengampun atas masalah yang telah terjadi di masa lalu.

 

Setelah akar permasalahnnya terdeteksi, lalu datanglah kepastian hukum tetap bagi yang ingin menarik kembali ucapan dzhuharnya kepada isterinya sebagaimana penjelasan Allah pada ayat berikut ini :

 

3.  Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Allah telah menjadikan pembebasan budak sebagai kafarat berbagai pelangaran syariat, hal ini menjadi sarana pembebasan para budak yang muncul akibat perang. Adapun pengertian "ثم يعودون لما قالوا" ada beberapa pendapat, di antaranya adalah mereka kembali dapat menjima isterinya setelah sebelumnya haram karena dzhihar, ini penngertian yang paling dekat dengan relevansi ayat, maka memerdekakan seorang budak adalah syarat sebelum dapat “berhubungan” kembali dengan isterinya secara halal. Kemudian didikuti dengan ayat " ذلكم توعظون به, artinya kafarat menjadi peringatan dan nasehat agara jangan kembali melakukan dzhihar yang tidak ada dasar kebnaran dan kebaikannya. “ والله بما تعملون خبير”, Allah Maha Mengetahui hakekat, kejadian dan niat kalian!.

 

Sanksi tersebut ditegaskan sebelum dijelaskan alternative hukum lainnya, hal itu dimaksudkan untuk menggugah hati, mendidik jiwa dan mengingatkannya kepada tindakan Allah terhadap satu perkara dengan ke Mahaluasan ilmu-NYA, baik terhadap masalah yang tampak maupun yang tersembunyi, baru setelah itu Allah menjelaskan alternative hokum yang lainnya : 

 

4. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin..

 

Kemudian ayat selanjutnya menegaskan : " ذلك لتؤمنوا بالله ورسوله, “yang demikian itu agar kalian beriman kepada Allah dan Rasul-NYA, padahal mereka adalah orang-orang mukmin, tetapi Allah hanya ingin menjelaskan, bahwa ini adalah kafarat yang terkait dengan keterikatan mereka dengan perintah Allah dan ketetapan hukum-NYA. Hal ini akan membuktikan keimanan dan mengikat kehidupan dengannya, serta menjadikannya sebagai pengendali yang selalu tampil dalm kehidupan nyata. " وتلك حدود الله, itulah batasan-batasan yang ditetapkan Allah, Allah telah menegakkannya agar manusia selalu terikat dengannya dan tidak melanggarnya, Allah akan murka kepada siapa saja yang tidak menjaganya dan tidak meras berdosa dengan mengambil selainnya. “وللكافرين عذاب أليم” , Allah mengancam orang-orang kafir dengan siksaan yang pedih, dengan sebab pelanggaran mereka dan ketidakimanan mereka, serta tidak berpatokan pada batasan-batsan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Pernyataan Allah pada penghujung ayat ini (وللكافرين عذاب أليم) serta relevansinya dengan ayat berikutnya yang berbicara tentang orang-orang yang melanggar dan menyalahi Allah dan Rasul-NYA, dengan caranya sendiri Al-Qur’an memindahkan satu peristiwak ke peristiwa lainnta dalam mata rantai yang menakjubkan :

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ كُبِتُوا۟ كَمَا كُبِتَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ وَقَدْ أَنزَلْنَآ ءَايَـٰتٍۭ بَيِّنَـٰتٍ ۚ وَلِلْكَـٰفِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ

 

5.  Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka Telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya kami Telah menurunkan bukti-bukti nyata. dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan.

 

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓا۟ ۚ أَحْصَىٰهُ ٱللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ

 

6.  Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang Telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka Telah melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.

 

Paragraf pertama dalam surat ini adalah gambaran penjagaan dan pertolongan allah kepada Jama’ah kaum Muslimin, sedangkan paragraf ini menggambarkan tentang peperangan tergadap golongan yang lain, yaitu orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-NYA, atau yang mengambil aturan selain Allah untuk mengkonter Allah dan rasul-NYA. Mereka adalah contoh orang-orang yang menentang dan membangkang, tindakan dan sikap amatlah buruk, karena mereka senantiasa menentang Dzat Yang telah menciptakannya dan telah memberinya rizki.

 

Mereka adalah orang-orang yang sengsara dan binasa, " كبتوا كما كبت الذين من قبلهم, yang tepat ungkapan tersebut adalh do’a Allah untuk mereka, do’a yang datang dari Allah adalah kepastian, karena Allah Maha berkehendak, Dia akan melakukan apayang menjadi kehendaknya. Kaum yang menentang sebelumnya ada yang langsung diazab oleh Allah SWR, dan ada pula yang dibinasakan oleh tangan kaum muslimin, seperti yang terjadi pada peperangan badar.

 

" وقد أنزلنا آيات بينات, ayat ini menguraikan tentang perjalanan para penentang Allah dan rasul-NYA, antara dunia dan akherat, untuk menetapkan bahwa perjalanan mereka telah dijelaskan dalm ayat-ayat Allah, dan juga untuk menegaskan bahwa mereka tahu bagaimana perjalanan hidupnya, tidak dengan samar, tapi jelas, sesuai dengan yang telah mereka ketahui  dari ayat-ayat Allah yang menggambarkan perjalanan hidup mereka.

 

Kemudian diungkapkan pula perjalanan mereka di akherat nanti, sebagaiman ayat berikut yang menyadarkan dan mendidik setiap jiwa :

 

6.  Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang Telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka Telah melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.

 

Kehinaan adalah balasan bagi para penentang, kelak mereka akan dibangkitkan oleh Allah seluruhnya, kehinaan di hadapan seluruh manusia, hal itu adalah adzab yanh sebenar-benarnya dan gambaran tentang apa yang telah mereka kerjakan, meskipun mereka telah melupakannya, tetapi Allah menghitungnya dengan Ilmu-NYA yang tidak dapat menyainginya dengan sesuatu apapun dan yang tidak luput olehNYA sesuatu yang tersembunyi, " والله على كل شيء شهيد

 

Dalam kedua paragraf tersebut bertemu potret perlindungan dan pertolongan Allah dengan potret peperangan dan pembinasaan-NYA, dalam ilmu dan pengawasan-NYA. Dia selalu menjadi saksi dan hadir, baik ketika melindungai dan menolong maupun ketika memerangi dan membinasakan. Orang-orang Mukmin hendaknya tenang, sedangkan orang-orang kafir hendaknya takut dan waspada dengan kehadiran dan kesaksiannya.

 

Hakekat bahwa Allah menjadi saksi atas segala sesuatu, “" والله على كل شيء شهيد, menjelaskan gambaran yang lebih dinamis tentang kesaksian Allah yang akan menyentuh hati nurani yang paling dalam :

 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَىٰ ثَلَـٰثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ أَدْنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا۟ ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

 

7.  Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

 

Ayat ini dimulai dengan penegasan Ilmu Allah yang komprehensif, karena seluruh yang ada di langit dan di bumi berada di bawah pengawasannya, tinggalah hati dan perasan yang berada diantara langit yang luas dan bumi yang dalam selalu berada di bawah pengetahuan Allah SWT yang meliputi segala sesuatu, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi dan yang tampak, yang diketahui dan yang tidak diketahui. Kemudian Allah langsung menyentuh audien-NYA dengan menyentuh hati dan perasaan mereka dengan gambaran ke Mahatahuan Allah yang menggentarkan setiap hati dan perasaan :

 

tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. 

 

Ayat tersebut secara redaksional memiliki pengaruh yang dalam, menjadikan setiap hati selalu  berguncang, karena Allah selalu hadir di dalamnya, bila tiga orang sedang berkhalwat, mereka saling menoleh untuk merasakan Allahlah yang keempatnya, jika mereka berlima Allah Yang keenamnya, jika mereka berdua sedang berbisik Allah ada diantara keduanya dan jika lebih banyak dari itu Allah juga hadir di tengah-tengah mereka. " هو معهم أينما كانوا, Dia selalu bersama mereka dimana saja mereka berada.

 

Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. 

 

Penggalan ayat ini merupakan sentuhan lain yang tak kalah menggetarkan hati, kalau hanya Allah ikut hadir dan mendengarkan setiap pembicaraan tidaklah terlalu berat, tetapi bagaimana bila setetlah itu dihisab dan diiqob?. Bagaimana mereka yang telah mencari tempat yang jauh dan tersembunyi untuk merahasiakan pembicaraan, lalu di hari kesaksiaan nanti apa yang mereka lakukan akan dibeberkan semua oleh Allah SWT?. Karena itu ayat ini di akhiri dengan pernyataan yang sama seperti pada awalnya:

 

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

 

Begitulah Allah merasuki setiap hati manusia dengan ilmu Ketuhanannya, hal ini sesungguhnya sangat menakutkan bagi orang-orang munafik, dimana mereka telah berkonspirasi melakukan pembicaraan di antara sesama mereka (Musyrikin dan Yahudi) untuk menentang Rasul dan menntang Jamaah kaum Muslimin di Madinah, tetapi yang aneh mereka ragu atas sikap mereka sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

 

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ نُهُوا۟ عَنِ ٱلنَّجْوَىٰ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا۟ عَنْهُ وَيَتَنَـٰجَوْنَ بِٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ وَمَعْصِيَتِ ٱلرَّسُولِ وَإِذَا جَآءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ ٱللَّهُ وَيَقُولُونَ فِىٓ أَنفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا ٱللَّهُ بِمَا نَقُولُ ۚ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا ۖ فَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

 

8.  Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang Telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, Kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasul. dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

 

Ayat tersebut mewahyukan tentang langkah-langakh yang diambil Rasul dalam menghadapi kaum munafik, pada awalnya Rasul menasehati mereka supaya kembali istiqomah dan ikhlas dan melarang mereka melakukan desas-desus dan persekongkolan dengan Yahudi Madinah, akan tetapi setelah itu mereka tetap saja kasak-kusuk melakukan rencana jahat terhadap jamaah kaum muslimin, serya mencari berbagai alternatif sarana  dan media untuk menentang Rasul dan merusak segala programnya dan program kaum muslimin yang ikhlas menjalankan agamanya.

 

Ayat tersebut juga mewahyukan bahwa sebagian kaum munafik merubah redaksi salam yang masyru’ dengan salam yang biasa diucapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasul, yaitu السام عليكم, “celaka atas kalian”. Kaum munafik menyamarkan ucapan mereka dengan السلام عليكم.  Ucapan salam mereka sekilas secara zahir nyaris sama dan baikm tapi 

Isinya sangat menyakitkan, dan mereka menyadari hala itu sehingga mereka berkata : “Seandainya dia (Muhammad) benar seorang Nabi, pasti Allah telah menimpakan siksanya kepada kita atas ucapan kita ini”, yaitu ucapan salam mereka, atau  ucapan saat merek saling berbisik dan merahasiakan pembicaraan daln ragka konspirasi dan persekongkolan mereka dengan kaum Musyrik dan Yahudi untuk menghancurkan dakwah Nabi.

 

Sesuai dengan penjelasan dari ayat-ayat tersebut di atas, bahwa Allah telah mendengarkan pengaduan seorang wanita dan bahwa Allah akan menjadi keempat di antara tiga orang yang berbicar dan seterusnya, berarti Allah selalu hadir memantau dan mengawasi Rasulnya yang sedang berada di bawah bayang-bayang konsfirasi kaum munafik, Allah hadir di tengah majlis mereka dan Allah Maha tahu apa yang dikatakan dalam hati mereka. Kemudian Allah menimpali mereka dengan firman-NYA :

 

cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

 

Penyingkapan konspirasi yang dilakukan secara diam-diam dan pembongkaran pembicaraan mereka yang kembali mereka lakukan setelah mereka dilarang, karena itu  dengan gamblang mereka mengatakan : " لولا يعذبنا الله بما نقول, ini semua baukti akan hakekat pengawasan Allah terhadap ap yang terjadi di langit dan bumi.

 

Oleh karena itu ornag-orang beriman juga dilarang oleh Allah melakukan seperti apa yang dilakukan oleh kaum munafik, seraya mengingatkan mereka agar senantiasa bertaqwa, dan menjelaskan bahwa perkumpulan seperti itu adalah cara syetan untuk membuat sedih orang beriman,  sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah :

 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَنَـٰجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَـٰجَوْا۟ بِٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ وَمَعْصِيَتِ ٱلرَّسُولِ وَتَنَـٰجَوْا۟ بِٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

إِنَّمَا ٱلنَّجْوَىٰ مِنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ لِيَحْزُنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَيْسَ بِضَآرِّهِمْ شَيْـًٔا إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

 

9.  Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada rasul. dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.

10.  Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.

 

Tampaknya sebagian umat Islam belum terbentuk jiwa mereka dengan kepekaan struktur Islami, mereka baru berkumpul ketika permasalahan semakin kompleks, mereka berunding di antara sesama mereka terlepas dari pimpinannya. Seyogyanya sebuah Jamaah kaum muslimin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengajukan usulan dan pemikiran kepada qiadahnya, jangan sampai ada beberapa a’dho yang membuat forum tandingan di luar Jama’ah. Hal ini memang tidak langsung mencederai jamaah, akan tetapi walupun hanya mengungkap permasalahan yang tengah berlangsung disertai dengan pengajuan pendapat dan pandangan yang tidak didasari oleh argumentasi ilmiyah yang kuat, maka sikap seperti itu cenderung menyakitkan jamaah dan menunjukan ketidaktaatan kepada jamaah.

 

Oleh karena itu berkaitan dengan hal tersebut Allah mengingatkan orang-orang beriman agar tidak  membentuk forum yang mengarah pada dosa, permusuhan dan maksiat kepada qiadah. Sebaliknya Allah menjelaskan bahwa tema yang terbaik bagi orang mu’min dalam forum pembicaraan mereka adalah tema kebajikan dan ketaqwaa  وتناجوا بالبر والتقوى  , “Al-Birru” adalah kebaikan secara umum, sedangkan “At-Taqwa” adalah keaadaran dan taqarrub kepada Allah, karena Allah akan menghisab seluruh amal manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

 

Imam Ahmad Rahimahullah berkata : Shafwan bin Mihraz  pernah bertanya kepada Ibnu Umar : “Bagaimana penjelasan tentang mereka yang suka mengadakan perkumpulan di dunia pada hari kiamat ?”. Lalu Ibnu Umar berkata : 

 

سمعت رسول الله ـ r ـ يقول : " إن الله يدني المؤمن فيضع عليه كنفه ، ويستره من الناس ، ويقرره بذنوبه ، ويقول له : أتعرف ذنب كذا ؟ أتعرف ذنب كذا ؟ أتعرف ذنب كذا ؟ حتى إذا قرره بذنوبه ، ورأى في نفسه أنه قد هلك قال : فإني قد سترتها عليك في الدنيا وأنا أغفرها لك اليوم . ثم يعطي كتاب حسناته . وأما الكفار والمنافقون فيقول الأشهاد هؤلاء الذين كذبوا على ربهم ، ألا لعنة الله على الظالمين "([1]). أخرجه البخاري ومسلم .

 

“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah mendekati orang-orang beriman seraya meletakan catatan amalnya, lalu Allah menutupinya dari orang lain, dan menetapkan segala dosanya sambil berkata : “Apakah kamu mengakui dosa ini?”, apakah kamu mengakui dosa itu?”, sehingga ketika Ia telah mengakui dosa-dosanya dan Ia melihat dirinya akan hancur binasa, lalu Allah berkata : “Sesungguhnya Aku telah menutup aibmu di dunia dan hari ini Aku ampuni dosa-dosamu, kemudian diberikanlah  catatan amal baiknya. Adapun orang Kafir dan Munafik, maka para saksi menyatakan bahwa mereka telah berbusta kepada Rabb mereka, ketahuilah la’nat Allah kepada orang-orang Dzhalim”

 

Kemudian Allah menjauhkan mereka dari forum, desas-desus, aksi yang tersembunyi dari jamaah, dimana mereka adalah bahagian darinya dan maslahat mereka adalah maslahatnya, karena itu seyogyanya jangan pernah merasa ingin berpisah dari jamaah dalam situasi dan kondisi apapun. Forum seperti itu hannya akan menambah kesedihan sesama saudara mu’min. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :

 

عن عبد الله بن مسعود ـ رضي الله عنه ـ قال : قال رسول الله ـ r ـ : " إذا كنتم ثلاثة فلا يتناجى اثنان دون صاحبهما فإن ذلك يحزنه " . رواه البخاري و مسلم

 

Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Jika kalian sedang bertiga maka janganlah  dua orang di antaranya melakukan pembicaran rahasia (secara diam-diam), karena hal itu akan melukai hati orang yang satunya lagi”

 

Itulah etika yang luhur, antisipasi yang bijaksana untuk menghindari keraguan dan syakwasangka. Adapun agenda pembicaraan yang jelas maslahatnya, seperti untuk menyembunyikan rahasia, menutup aib baiak dalam hala yang bersifat umum maupun khusus, maka boleh dilakukan pembicaraan secara rahasia, hal ini biasa dilakukan oleh jajaran pimpinan sebuah jamaah. Yang tidak boleh adalah pembicaraan yang  menyempal jauh dari argumentasi ilmiah jamaah

 

Kemudian Allah mengajarkan etika lain dalam berjamaah kepada orang-orang yang beiman, sebagaimana firman Allah :

 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَـٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 

11.  Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Beberapa riwayat menjelaskan bahwa sebab-sebab turunnya ayat tersebut terkait realitasnya dengan kaum Munafik. Imam Qatadah mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengn majlis dzikir (ilmu), karena para sahabat  bila mereka melihat  seseorang datang ke majlis mereka, maka mereka segera merapat di dekat Rasulullah.

 

Muqatil bin Hayyan berkata :  “Ayat ini turun pada hari Jum’at, Rasulullah pada saat itu sedang berada di Suffah (ruang dengan ukuran kecil dan sempit), Beliau senantiasa memuliakan para veteran badar baik dari kaum Muhajirin maupun Anshar. Tidak lama kemudian datanglah rombongan veteran badar, sementara telah ada orang-orang yang mendahului mereka. Para veteran mengucapkan salam kepada Nabi yang segera dibalas salam mereka oleh Nabi, sementara mereka masih berdiri di atas kaki orang-orang yang telah terlebih dahulu berada di dalamnya, sambil menunggu orang-orang tersebut mau menggesr duduknya agar mereka dapat ikut duduk di dalamnya. Nabi tahu keadaan itu, lalu meminta orang-orang tersebut berdiri memberikan tempat untuk para veteran, “berdiri hai fulan, engkau fulan, engkau fulan” pinta Nabi. Mereka ada yang tidak senang diminta bangun dari duduknya. Nabi tahu akan hal itu dari wajah mereka. Orang-orang Munafikpun berkomentar: “Bukankah kalian mengklaim bahwa teman kalian itu (Muhammad) selalu bersikap adil kepada manusia?”, “Demi Allah, kami tidak melihat dia telah berbuat adil kepada orang-orang itu, tempat duduk mereka  diambil alih oleh orang-orang yang ingin dekat dengan Nabi mereka. Kemudian Rasulullah berkata : 

 

" رحم الله رجلاً يفسح لأخيه "

 

“Semoga Allah merahmati seseorang yang meluaskan tempat untuk saudaranya”, setelah itu mereka cepat berdiri dan memberikan tempat kepada saudara-saudara mereka”.

 

Bila riwayat tersebut di atas sahih, sesngguhnya tidak kontradiksi dengan hadits yang menjelaskan larangan seseorang meminta orang lain berdiri dari tempat duduknya untuk diduduki olehnya, sebagaimana dijelaskan dalm hadits riwayat Bukhari - Muslim :

 

" لا يقم الرجل الرجل من مجلسه فيجلس فيه ، ولكن تفسحوا وتوسعوا " . . 

 

Janganlah seseorang meminta orang lain berdiri dari tempat duduknya, lalu ia menggantikan tempat duduknya, tetapi lapangkanlah oleh kalin dan luaskanlah!.

 

Juga dengan hadits mengenai keharusan orang yang terlambat datang ke suatu majlis agar mengambil tempat duduk di bagian belakang, dan hendaknya tidakmelangkahi tengkuk yang lainnya untuk mengambil posisi di depan.

 

Ayat tersebut menganjurkan untuk melapangkan majlis bagi yang baru datang, sebagaiman dianjurkan untuk taat kepada perintah bila diminta bangun dari duduknya, tetapi perintah ini seyogyanya datang dari pemimpin dalam rangka mengatur jamaahnya, bukan berasal dari orang yang baru datang. Akan tetapi inti tujuannya adalah memunculkan kelapangan hati sebelum melapangkan tempat, selagi hati lega, maka sikap toleran dan memberi kesempatan kepada yang lainnya menjadi mudah dan mempersilahkan kepada saudaranya dengan ridho dan senang hati 

 

Adapun jika pemimpin memandang ruangan harus dikosongkan, maka hal itu wajib ditaati. Inilah aturan dan sikap toleransi yang diajarkan Islam, dan dijadikan sebagai keharusan etika dalam setiap situasi dan kondisi.

 

Juga Al-Qur’an mengajarkan etika yang lain terkaita dengan sikap mereka kepada Rasulullah SAW – tampaknya sebelumnya mereka selalu berdesak-desakan di dekat Rasulullah SAW – untuk menyampaikan masalah pribadinya, atau ingin mendengarkan taujih dan pandangannya, atau agar supaya asyik dan menikmati  sendiri dekat bersamanya tanpa memahami kepentingan-kepentingan jamaahnya, tanpa merasakan betapa penting waktu baginya. Oleh karena itulah Allah berfirman :

 

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نَـٰجَيْتُمُ ٱلرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

 

12.  Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu telah mengamalkan ayat tersebut yang selalu bersedekah dengan beberapa dirham ketika beraudiensi dengan Rasulllah SAW, akan tetapi perkara ini cukup memberatkan umat Islam. Allah Maha mengetahu keadaan mereka yang sesungguhnya, dan hal ini dapat merusak tujuan mendatangi Rasul, seakan-akan ada harga tertentu untuk dapat berjumpa dengan-nya. Oleh karena itu pada ayat berikutnya Allah mentakhfifi (meringankan) mereka. Dengan turunnya ayat berikut maka beban mereka terangkat, sebagai gantinya Allah mengarahkan mereka ibadah dan ketaatan yang dapat memperbaiki kondisi hati mereka. Sebagaimana firman-NYA :

 

ءَأَشْفَقْتُمْ أَن تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَـٰتٍ ۚ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا۟ وَتَابَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

 

13.  Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) Karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah Telah memberi Taubat kepadamu Maka Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Dari gambaran dua ayat tersebut di atas kita dapatkan betapa corak dari berbagai corak kesunggguhan tarbawy (لوناً من ألوان الجهود التربوية ), untuk mempersiapkan Jamaah kaum muslimin dengan kepekaan perasaan dan kehalusan etika, baik yang kecil maupun yang besar.

 

Ayat selanjutnya kembali mengangkat tentang orang-orang munfik yang memberikan loyalityasnya kepada Yahudi, Allah menggambarkan keadaan dan sikap mereka, serta mengancam mereka dengan membongkar perkara dan keburukan manuver mereka. Sementara di sisi lain Allah akan membela dan menolong dakwah Islam dan para da’inya, meskipun mereka tetap harus merencanakan dan memprogramnya :

 

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ تَوَلَّوْا۟ قَوْمًا غَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مَّا هُم مِّنكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى ٱلْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ إِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

ٱتَّخَذُوٓا۟ أَيْمَـٰنَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

لَّن تُغْنِىَ عَنْهُمْ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُۥ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ ۖ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَىٰ شَىْءٍ ۚ أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْكَـٰذِبُونَ

ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَـٰنِ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ

 

14.  Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka Mengetahui.

15.  Allah Telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, Sesungguhnya amat buruklah apa yang Telah mereka kerjakan.

16.  Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; Karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.

17.  Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. mereka Itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya.

18.  (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Alla) lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.

19.  Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi.

 

Tekanan yang kuat pada ayat tersebut di atas perihal kaum munafik yang loyal kepada kaum yang dimurkai Allah (Yahudi), menunjukan bahwasnya mereka sangat masif dan bersikukuh menipudaya umat Islam, berkonspriasi dengan musuh bebuyutan mereka. Sementara di sisi lain kekuasaan Islam semakin besar, kaum munafik takut sehingga mereka mengelak dengan sumpah palsu agar tidak terubongkar konspirasinya, sedangkan mereka sendiri sadar bahwa keimanan mereka adalah dusta belaka, tapi merka jadikan keimanan zahir mereka sebagai tameng (taqiyyah) : " ا تخذوا أيمانهم جُنة "dengan car itulah mereka terus kasak-kusuk untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Kerena itu Allah mengancam mereka berkali-kali dalam ayat tersebut di atas :

 

15.  Allah Telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, Sesungguhnya amat buruklah apa yang Telah mereka kerjakan.

16.  Karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.

17.  Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. mereka Itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya.

 

Allah menggambarkan keadaan kaum munafik di hari kiamat dalam keadaan yang penuh dengan kepalsuan dan kehinaan, mereka bersumpah kepada Allah sebagaimana mereka bersumpah kepada manusia, " يوم يبعثهم الله جميعاً فيحلفون له كما يحلفون لكم "hari dimana mereka dibangkitkan seluruhnya, lalu mereka bersumpah kepada Allah sebgaimana mereka bersumpah kepada manusia. Hal itu mununjukan bahwasanya kemunafikan telah berurat berakar dalm diri mereka, sehingga di hari kiamatpun mereka tetap seperti itu, bahkan di hadapan Allah SWT!, Yang Maha tahu apa yang tersembunyi di lubuk hati. Tetapi mereka tetap menyangka bahwa dengan sikapnya itu mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), " ويحسبون أنهم على شيء ", Allah tetap menyatakan mereka sebagai pendusta, " ألا إنهم هم الكاذبون "

 

Kemudian Allah juga menyingkap penyakit mereka, yaitu telah dikuasai syetan seluruhnya dengan melupakan mereka dari mengingat Allah, " فأنساهم ذكر الله "Hati yang lupa dari mengingat Allah akan rusak dan total kepad keburukan, karena itu mereka disebut golongan setan, " أولئك حزب الشيطان ".total di bawah benderanya dan bertindak dengan atas namanya dan merealisasikan tujuan-tujuannya, yaitu keburukan total yang berakhir pada kerugian total : " ألا إن حزب الشيطان هم الخاسرون"

 

Tatkala orang-orang Munafik bergabung dengan Yahudi, dan mereka merasa bahwasanya Yahudi adalah kekuatan yang ditakuti dan diharapkan, dan meminta dari mereka backing dan pandangan, lalu Allah menjadikan mereka putus asa, karena Allah telah menetapkan kehinaan dan kebinasaan atas musuh-musuhnya, dan sebaliknya menetapkan kemenangan dan kejayaan bagi-NYA dan Rasul-NYA :

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ أُو۟لَـٰٓئِكَ فِى ٱلْأَذَلِّينَ

كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ

 

20.  Sesungguhnya orang-orang yang menetang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.

21.  Allah Telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

 

Inilah janji Allah yang benar dan pasti akan terwujud, meski terkadang fenomena zahirnya terkadang masih berbeda dengan apa yang Allah janjikan. Yang terjadi pada prakteknya iman kepada tauhid akan mengalahkan kekufuran dan kemusyrikan. Seorang Mukmin senantias berinteraksi dengan janji Allah, apalagi di era sekarang ini para musuh tak henti-hentinya memerangi orang beriman dengan pendekatan yang beraneka macam, seperi agresi, intimidasi dan kamuflase dan tipu daya dalan rentang waktu yang lama. Akan tetapi orang yang mukmin yang tetap teguh dengan keimanannya, akan menahan dan melindungi masyaraktnya dari serangan para musuh, serta tidak akan tunduknsedikitpun kepada tekanan dan keingina mereka. Pada kondisi inilah kebenaran janji Allah akan segera datang, tanpa menunggu waktu yang lama lagi.

 

Di penghujung ayat ini tertuang kaidah baku yang hendaknya menjadi sikap orang-orang yang beriman, atau menjadi neraca yang akurat untuk mengukur keimanan di dalam jiwa, sebagaimana ditegaskan dalm firman Allah :

 

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

 

22.  Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.

 

[1462]  yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain lain.

 

Ayat tersebut menjelaskan tentang keunggulan yang sempurna antara golongan Allah (Hizbullah) dan golongan setan (Hizbuzsyaithan) dan bergabung total dengan barisan yang istimewa dengan mebersihkan segala hambatan dan rintangan seraya komitmen dengan kesatuan ikatan akidah dan kecintaan hanya kepada Allah dan Rasul-NYA.

 

" لا تجد قوماً يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله "Allah tidak menjadikan dua hati pada satu rongga dada manusia, karena itu manusia tidak dapat menggabungkan dua kecintaan pada satu hati, cinta kepada allah dan Rasul-NYA juga cinta kepada para musuh Allah dan Rasul-NYA. Hanya dua pilihan, beriman atau tidak beriman, sebab keduanya tidak akan bersatu pada perasaan yang sama.

 

" ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم "Ikatan darah dan kekerabatan ini terputus oleh batasan Iman, sesungguhnya hubungan darah dan kerabat tetap dipelihara selama tidak melampaui batas akidah. Mempergauli kedua orang tua dengan cara-cara yang ma’ruf tetap diperintahkan sepanjang bukan dalam front peperangan antara golongan Allah dan golongan Setan. Abu Ubaidah bin Jarrah telah membunuh ayahnya pada perang Badar, Abu Bakar nyaris membunuh anaknya Abdurrahman, Mush’ab bin Umair telah membunuh saudaranya ‘Ubair dan Umar,Hamzah, Ali, Ubaidah dan Al-harits telah memerangi kerabat dan keluarganya sendiri. Mereka berlepas dari ikatan darah dan kekerabatan, hanya terikat dengan din dan akidah. Inilah puncak dari kemujlian gambaran ikatan dan nilai pada timbangan Allah : " أولئك كتب في قلوبهم الإيمان "

 

Keimanan telah dimantapkan dalm hati mereka, telah dicatat oleh Allah dalam dada mereka dengan perlindungan Allah, tidak akan luntur dan tidak akan goyah, karena telah diperkuat dengan “ruh”nya, " وأيدهم بروح منه "Mereka tidak akan memiliki tekad yang kuat kecuali dengan kekuatan ruh yang berasal dari Allah. Tidak mungkin cahaya akidah terpancar dalm hati mereka bila tidak diisi dengan ruh dari Allah, sehingga hati mereka menjadi sumber kekuatan dan cahaya.

 

"ويدخلهم جنات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها ", sebagai balasan apa  yang telah mereka optimalkan dalam ikatan akidah. " رضي الله عنهم ورضوا عنه ", Inilah gambaran keridhoan dan ketenagan yang melukiskan keadaan orang-orang beriman. Tuhan mereka rido kepad mereka dan mereka ridho kepada-NYA. " أولئك حزب الله " .., Mereka adalah Jama’ah-NYA, bernaung dibawah bendera-NYA, tertunjuki dengan hidayah-NYA, dan menjalankan manhaj-NYA. " ألا إن حزب الله هم المفلحونDemikianlah manusia terbagi menjadi dua golongan, golongan Allah dan golongan Setan, terbagi menjadi dua bendera, bendera Al-Haq dan bendera Al-Bathil. Keduanya adalah dua karakter yang berbeda yang tidak dapat digabungkan dan dikombinasikan di antara keduanya.

 

Tidak ada nasab, besan, keluarga, kerabat, negri, kebangsaan, premordialisme dan nasionalisme, Yang ada hanyalah akidah, hanya akidah!. Barang siap yang bergabung dengan golongan Allah berdiri di bawah bendera-NYA, maka Ia dan orang-orang yang bergabung bersamanya  layak mendapat predikat “Ikhwah fillah”. Meskipun warna kulit, kebangsaan, keluarga dan nasab mereka berbeda, akan tetapi mereka saling bertemu dalam ikatan yang melahirkan golongan Allah.

 

Gambaran akhir surat ini layak menjadi penutup surat yang dimulai dengan menggambarkan penjagan dan pemeliharaan Allah SWT dan pertolongan-NYA terhadap umat ini, terkait dengan peristiwa seorang wanita fakir yang telah didengar oleh Allah SWt perihal pengaduannya tentang dirinya dan suaminya. Maka bukti dari pemeliharaan (ri’ayah) Allah terhadap umat ini adalah dengan keunggulan Hizbullah terhadap Hizbussyaitan, sebagaimana tertuang di akhir surat ini.

 

Wallahu A’lamu bisshawab! 

 



([1])      أخرجه البخاري ومسلم . 

No comments:

Post a Comment