Sunday, July 4, 2021

Komitmen terhadap Islam

 Resume Buku

APA BENTUK KOMITMEN SAYA KEPADA ISLAM

ماذا يعني انتماء للإسلام

 

Ditulis oleh: Dr. Fathi Yakan

 

BAGIAN PERTAMA: APA BENTUK KOMITMEN SAYA KEPADA ISLAM? 

القسم الأول - ماذا يعني انتمائي للإسلام

 

Menjadi muslim bukanlah klaim atas keturunan, identitas, atau penampilan saja. Akan tetapi menjadi muslim ialah memilih untuk kemudian berkomitmen dan berinteraksi dengan Islam dalam segala aspek kehidupannya. (Q.S. Al-Hajj :  78)

 

Saya Harus Mengislamkan Aqidah Saya 

أولاً - أن أكون مسلمًا في عقيدتي

 

Seorang muslim harus memiliki aqidah yang selamat (salimul aqidah), yaitu aqidah yang benar lagi lurus. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara kehidupannya dengan Al- Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

 

Tuntutan:


1.     Beriman bahwa pencipta alam semesta adalah Allah. (Q.S. Al-Anbiya: 22) 

2.     Beriman bahwa Allah menciptakan alam semesta ini bukanlah untuk bermain- main, melainkan untuk suatu tujuan. (Q.S. Al-Mu`minun: 115-116) 

3.     Beriman bahwa Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab suci sebagai sarana agar manusia mengenal-Nya, menjelaskan tujuan penciptaan mereka, asal- usul, dan tempat kembali mereka. (Q.S. An-Nahl: 36) 

4.     Beriman bahwa tujuan dari keberadaan manusia adalah untuk mengenal Allah dengan segala sifat-Nya, taat kepada-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai satu- satunya sesembahan. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56-58) 

5.     Beriman bahwa orang mukmin yang taat akan dibalas surga dan orang kafir yang bermaksiat akan dibalas neraka. (Q.S. Asy-Syura: 7) 

6.     Beriman bahwa manusia melakukan kebaikan maupun keburukan atas pilihan dan kehendaknya sendiri, tidak bisa berbuat baik kecuali karena petunjuk dan pertolongan Allah, dan terjerumus kejahatan bukan karena Allah melainkan hanya dalam batas kehendak-Nya. (Q.S. Asy-Syams: 7-10, Al-Muddatstsir: 38) 

7.     Beriman bahwa hanya Allah yang berhak membuat hukum dan siapa pun tidak boleh melanggarnya. Ulama muslim berijtihad menentukan hukum dalam kerangka prinsip syariat yang ditetapkan Allah. (Q.S. Asy-Syura: 10) 

8.     Berusaha mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat yang sesuai dengan kebesarannya. 

 

لِلَّهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ اسْمًا مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا لَا يَحْفَظُهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهُوَ وَتْرٌ يُحِبُّ الْوَتْرَ

 

"Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, tidaklah seseorang menghafalnya melainkan ia akan masuk surga, dan Dia adalah witir dan menyukai yang ganjil." (h.r. Bukhari dan Muslim)

9.     Berusaha memikirkan makhluk Allah dan tidak memikirkan Dzat-Nya. (Dinukil dalam Kitab “At-Targhib wa At-Tarhib”) 

 

  تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ اللهِ وَلَا تَتَفَكَّرُوْا فِي اللهِ، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا قَدْرَهُ ) رواه أبو نعيم في الحلية

 

"Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berfikir tentang (dzat) Allah, karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu mengukur-Nya." (Diriwayatkan Abu Nu'aim dari kitab Al-Hilyah)

10.  Mengenai sifat-sifat Allah swt., banyak ayat Al-Qur'an yang menyebutnya sesuai dengan kesempurnaan Allah, seperti sifat wujudbaqa' , qidammukhalafatuhu lil hawaditsqiyamuhu binafsihiwahdaniyah pada zat, sifat, dan af'al, qudratilmuiradahhayat, dan sifat kesempurnaan Allah lainnya.

11.  Yakin bahwa pendapat generasi salaf laebih layak diikuti untuk menyelesaikan masalah ta`wil (penafsiran) dan ta’thil (penafian), dan menyerahkan pengetahuan atas makna sifat-sifat tersebut kepada Allah swt.

12.  Harus beribadah kepada Allah dan tidak menjadikan sekutu-sekutu atas-Nya. (Q.S. An-Nahl: 36) 

13.  Harus takut kepada-Nya dan tidak takut kepada apapun selain-Nya. (Q.S. An-Nur: 52, Al-Mulk: 12)

14.  Selalu mengingat Allah dan senantiasa berdzikir kepada-Nya. (Q.S. Ar-Ra’d: 28, Az-Zukhruf: 36-37) 

15.  Cinta kepada Allah yang membuat diri semakin rindu kepada keagungan-Nya. (Q.S. At-Taubah: 24, H.R. Bukhari) 

 

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

 

"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (h.r. Bukhari)

 

16.  Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan dan menyerahkannya kepada-Nya. (Q.S. Ath-Thalaq: 3, H.R. Tirmidzi) 

 

احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

 

"Jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (maksudnya takdir telah ditetapkan) " (h.r. Tirmidzi)

 

17.  Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang tak terhitung dan karunia yang tak terhingga. (Q.S. An-Nahl: 78, Yasin: 33-35, Ibrahim: 7) 

18.  Selalu memohon ampun kepada Allah. (Q.S. An-Nisa`: 110, Ali Imran: 135-136) 

19.  Selalu merasa diawasi oleh Allah baik dalam kondisi tersembunyi maupun terang- terangan. (Q.S. Al-Mujadilah: 7) 

 

Saya Harus Mengislamkan Ibadah Saya 

ثانيًا - أن أكون مسلمًا في عبادتي

 

Seorang muslim harus memahami bahwa ibadah merupakan kepasrahan yang total dan merasakan keagungan Dzat yang disembah (Allah). Ibadah merupakan sebuah jalan bagi makhluk untuk berhubungan dengan Sang Khaliq. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56-58, Al-An'am: 162)

 

Tuntutan:

 

1.     Menjalankan ibadah dengan penuh makna dan tersambung dengan Allah. 

 

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأنَّكَ تَرَاهُ، فإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فإنَّهُ يَرَاكَ

 

"Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allahseolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olahmelihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu." (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)

 

2.     Melakukan ibadah dengan khusyu’ sehingga merasakan hangatnya hubungan dengan Allah dan merasakan nikmatnya kekhusyu’an. 

 

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُحَدِّثُنَا وَنُحَدِّثُهُ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَكَأَنَّهُ لَمْ يَعْرِفْنَا وَلَمْ نَعْرِفْهُ

 

"Rasulullah saw sering terlibat pembicaraan hangat dengan kami, tapi jika waktu shalat tiba, sikapnya berubah seakan-akan tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenalnya." (Diriwayatkan oleh Al-Azdi)

 

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

 

"Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya melainkan bergadang saja."  (H.R. Ahmad)

 

3.     Melakukan ibadah dengan hati yang hadir dan lepas dari segala bentuk kesibukan serta intrik duniawi yang ada di sekitarnya. 

 

لَا يَنْظُرُاللهُ إِلَى صَلَاةِ لَا يُحْضِرُ الرَّجُلُ فِيْهَا قَلْبَهُ مَعَ بَدَنِهِ

 

"Allah tidak memandang shalat seseorang yang dilakukan tanpa menghadirkan hatinya sebagaimana hadir dengan badannya." (H.R. Al-Firdausi)

 

4.     Melakukan ibadah dengan persaan kurang dan kurang sehingga tidak pernah puas dan dengan perasaan lapar sehingga tidak pernah kenyang, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan megerjakan nawafil (sunnah) untuk memenuhi seruan Allah dalan hadits Qudsi. 

 

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

 

"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya." (H.R. Bukhari)

 

5.     Berusaha selalu mengerjakan shalat malam (tahajjud) dan melatih diri untuk konsisten dalam melaksanakannya hingga menjadi kebiasaan. (Q.S. Al- Muzzammil: 6, Adz-Dzariyat: 17-18, As-Sajdah: 16) 

6.     Meluangkan waktu khusus untuk mempelajari dan merenungkan Al-Qur’an, terutama di waktu shubuh. (Q.S. Al-Isra`: 78, Al-Hasyr: 21) 

 

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَتَحَازَنُوْا

 

"Sesungguhnya Al Qur`an turun dengan syahdu, jika kalian membacanya maka apabila kalian membacanya berusahalah untuk syahdu." (h.r. Abu Nu'aim dari Hilyah)

 

مَا آمَنَ بِالْقُرْآنِ مَنِ اسْتَحَلَّ مَحَارِمَهُ

 

"Tidaklah beriman kepada Al-Qur'an, orang yang menghalalkan apa-apa yang diharamkan olehnya." (h.r. Tirmidzi)

 

أفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي تِلَاوَةُ القُرْآنِ

 

"Ibadah paling utama bagi umatku adalah membaca Al-Qur'an." (h.r. Abu Nu'aim)

 

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللَّهِ فَتَعَلَّمُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللَّهِ وَالنُّورُ الْمُبِينُ وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةٌ لِمَنْ اتَّبَعَهُ لَا يَزِيغُ فَيَسْتَعْتِبُ وَلَا يَعْوَجُّ فَيُقَوَّمُ وَلَا تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ وَلَا يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ فَاتْلُوهُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْجُرُكُمْ عَلَى تِلَاوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ أَمَا إِنِّي لَا أَقُولُ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلَامٍ وَمِيمٍ

 

"Sesungguhnya Al Qur'an adalah jamuan Allah maka pelajarilah dari jamuan-Nya semampu kalian. Sesungguhnya Al Qur'an adalah tali Allah, cahaya yang terang dan obat yang bermanfaat. Perlindungan bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya. Ia tidak pernah menyimpang hingga harus dicela, dan tidak pernah bengkok hingga harus diluruskan. Keajaibannya tidak pernah habis dan tidak akan membuat bosan karena banyak pengulangan. Oleh karena itu, bacalah Al Qur'an, sesungguhnya Allah akan memberi pahala kepada kalian karena membacanya, dengan setiap huruf sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif lam Mim, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (h.r. al-Hakim)

 

عَلَيْكَ بِتِلَاوَةِ القُرْآنِ فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَكَ فِي الْأَرْضِ وَذَخْرٌ لَكَ فِي السَّمَاءِ

 

"Engkau harus membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya Al-Qur'an menjadi cahaya yang menerangimu di bumi dan pundi pahala di akhirat." (h.r. Ibnu Hibban)

 

7.     Menjadikan do'a sebagai tangga menuju Allah dalam setiap urusan, karena do'a adalah intisari ibadah. Berdo'a dengan do'a ma'tsur (berasal dari Al-Qur'an dan petunjuk Rasulullah saw) (QS. Ghafir: 60)

 

Saya Harus Mengislamkan Akhlak Saya 

ثالثاً – أن أكون مسلماً في أخلاقي

 

Seorang muslim harus memahami tujuan utama dari risalah islam adalah ialah menyempurnakan akhlak. Akhlak yang mulia adalah bukti dan buah dari keimanan yang benar. Akhlak memiliki kadar yang paling berat dalam timbangan manusia pada hari kiamat. Akhlak mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam. Tanpa akhlak , ibadah hanya menjadi ritual dan gerakan yang tidak memiliki nilai dan manfaat. (Q.S. Al-Hajj: 41, Al-Baqarah: 177, Al-'Ankabut: 45, Al-Baqarah:197)

 

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

 

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia."(h.r. Ahmad)

 

لَيْسَ الْإِيْمَانُ بِالتَّمَنِّي وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقَلْبِ وَصَدَقَهُ الْعَمَلُ

 

"Iman bukanlah angan-angan kosong, tetapi sesuatu yang terpatri di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan." (h.r. ad-Dailami)

 

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

 

"Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amal selain akhlak yang baik." (h.r. Abu Dawud dan Tirmidzi)

 

Sifat-sifat seorang muslim: 

 

1.     Menjauhi perkara-perkara syubhat. (H.R. Tirmidzi) 

 

الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

 

"Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati". (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)

 

2.     Menjaga pandangan. (Q.S. An-Nur: 30, H.R. Thabrani) 

3.     Menjaga ucapan. (H.R. Tirmidzi, Tirmidzi, Baihaqi) 

 

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

 

"Tidaklah manusia itu disunggkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan lisan mereka?" (h.r. Tirmidzi)

 

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

 

"Tidaklah termasuk hamba yang mukmin, yaitu mereka yang selalu mengungkap aib, melaknat, berperangai buruk dan suka menyakiti." (h.r. Tirmidzi)

 

4.     Malu

 

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

 

"Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman." (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)

 

5.     Lapang dada dan sabar. (Q.S. Asy-Syura: 43, Al-Hijr: 85, Az-Zumar: 10, An-Nur: 22, Al-Furqan 63) 

6.     Jujur

 

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

 

"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta." (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi)

 

7.     Rendah hati (tawadhu’). 

 

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

 

"Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." (H.R. Muslim) 

 

العِزُّ إزَاري، والكبرياءُ رِدائي، فَمَنْ يُنَازِعُنِي في وَاحِدٍ منهما فَقَد عَذَّبْتُهُ

 

"Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya." (H.R. Muslim)

 

8.     Menghindarkan prasangka buruk, ghibah, dan tidak mencari-cari kesalahan orang Islam. (Q.S. Al-Hujurat: 12, Al-Azhab: 58, H.R. Abu Dawud) 

9.     Murah hati dan dermawan. (Q.S. Al-Baqarah: 3, Al-Baqarah: 272, H.R. Muttafaqun ‘Alaihi) 

10.  Menjadi teladan yang baik bagi orang lain. 

 

Saya Harus Mengislamkan Keluarga dan Rumah Tangga Saya 

رابعاً - أن أكون مسلماً في أهلي وبيتي

 

Dengan memeluk Islam, seorang muslim harus memiliki misi dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan, seluruh sisi kehidupan harus diarahkan sesuai dengan misi tersebut. Selain dituntut untuk menjadi muslim dalam beraqidah, beribadah, dan bermoral, seorang muslim harus bekerja keras agar masyarakat di sekitarnya menjadi masyarakat muslim. 

 

Untuk memulai ini, langkah konkret yang harus ditempuh ialah dengan mengislamkan keluarga dan rumah tangganya terlebih dahulu. Maka ada beberapa hal yang menjadi pokok bahasan: 

 

1.     Tanggung jawab atas pernikahan. 

a.     Pernikahan harus didasari niat karena Allah; 

b.     Selektif dalam menjatuhkan pilihan kepada wanita yang akan dipersuntingnya; 

c.     Memilih calon istri yang memiliki akhlak yang baik; 

d.     Selalu berhati-hati agar tidak melanggar perintah Allah dalam masalah ini. 

2.     Tanggung jawab setelah menikah. 

a.     Berbuat baik kepada istri dan mempergaulinya dengan cara yang baik; 

b.     Hubungan dengan istri tidak hanya sebatas seks dan nafsu, sebelum itu harus ada kesamaan pikiran, semangat, dan emosi. 

c.     Semua hubungan yang terjalin dengan istri harus senantiasa selaras dengan syariat. 

3.     Tanggung jawab suami-istri dalam mendidik anak. 

Sejatinya, sukses dalam melaksanakan pernikahan, memilih pendamping hidup yang shalihah, dan membangun peradaban suami-istri dalam koridor Islam sangat berpengaruh dalam mendidik anak dengan Pendidikan islami yang ideal. 

Pada dasarnya, hasil yang ingin dicapai dari lahirnya keluarga muslim adalah melahirkan keturunan yang shalih. 

 

Saya Harus Mampu Mengalahkan Hawa Nafsu Saya 

خامساً - أن أنتصر على نفسي

 

Dalam kehidupannya, manusia terlibat pertikaian abadi dengan nafsu dirinya sampai berhasil menguasainya atau dikuasai olehnya. Atau, ia tetap berada dalam pertikaian dan mengalami kekalahan atau kemenganan secara bergiliran sampai kematian datang menjemputnya. 

 

1.     Dalam menghadapi nafsu, manusia terbagi menjadi tiga kelompok. 

a.     Kelompok pertama, ialah orang-orang yang dapat mengalahkan nafsunya. Mereka adalah orang-orang yang ma’shum. 

b.     Kelompok kedua, ialah orang-orang yang dikuasai oleh nafsunya. Akibatnya, ia sangat berorientasi duniawi dan tunduk pada materi. Mereka adalah orang-orang kafir dan siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka, yaitu orang-orang yang melupakan Allah dan Allah membuat mereka lupa kepada dirinya sendiri. 

c.     Kelompok ketiga, ialah orang yang selalu berusaha keras mengontrol diri dan melawan hawa nafsunya. Terkadang, mereka menang, namun terkadang kalah. Mereka berbuat salah, tetapi lekas bertaubat. Mereka berbuat maksiat, tetapi segera menyesal dan mohon ampun kepada Allah. 

2.     Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dalam melawan hawa nafsu. 

a.     Hati, yaitu hati yang tetap hidup, lembut, jernih, keras, dan bercahaya. 

b.     Akal, yaitu akal yang dapat memandang dengan jernih, paham, dapat membedakan dengan baik dan buruk, mengadopsi ilmu-ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah, dan mengenali keagungan serta kekuasaan-Nya. 

3.     Bentuk-bentuk kekalahan dalam melawan hawa nafsu. 

Ketika hati manusia mati atau keras, dan ketika cahaya akal manusia padam atau menyimpang (kalah melawan setan), maka jalan-jalan godaan setan pada dirinya bertambah banyak. Ketika perlawanan dan kekebalan jiwa manusia rapuh, maka setan menjadi qarin (pendamping setia) baginya. 

Bahaya yang paling besar yang dihadapi oleh orang-orang yang kalah melawan setan adalah penyakit waswasah (gangguan setan yang membuatnya selalu ragu). Setan membuatnya ragu dalam setiap permasalahan hidupnya untuk menghalang-halanginya dari jalan Allah. 

4.     Cara-cara membentengi diri dari godaan setan 

a.     Tamak dan berprasangka buruk. Keduanya dilawan dengan qana’ah dengan dan percaya 

b.     Cinta kehidupan dunia dan angan-angan. Keduanya dilawan dengan rasa takut dan kematian yang dating dengan tiba-tiba 

c.     Suka santai dan mencari kesenangan. Keduanya dilawan dengan keyakinan nikmat akan sirna dan timbangan yang buruk ketika menghadap Allah 

d.     ‘Ujub (membanggakan diri). Dilawan dengan yakin akan anugerah Allah dan takut menerima akibat yang buruk

e.     Menganggap rendah dan tidak menghormati orang lain. Keduanya dilawan dengan mengenali hak dan kehormatan mereka 

f.      Hasad (dengki). Dilawan dengan qana’ah dan ridha dengan nasib setiap makhluk yang telah ditentukan Allah 

g.     Riya’ dan mengharap pujian dari orang lain. Keduanya dilawan dengan ikhlas 

h.     Kikir. Dilawan dengan keyakinan bahwa semua yang ada di tangan manusia akan sirna, sedangkan apa yang ada di sisi Allah akan kekal abadi 

i.      Sombong. Dilawan dengan rendah hati (tawadhu’) 

j.      Tamak dengan dunia. Dilawan dengan keyakinan apa yang ada di sisi Allah dan zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia. 

k.     Cara yang lain membentengi diri dari segala godaan dan tipu daya iblis adalah dengan mengingat Allah (dzikir) ketika memulai setiap pekerjaan, menghindari kekenyangan, membaca Al-Qur’an, memperbanyak istighfar, tidak tergesa-gesa, dan berhati-hati. 

 

Saya Harus Yakin Bahwa Hari Esok Milik Islam

سادساً - أن أكون واثقاً بأن المستقبل للإسلام

 

Mengimani Islam sebagai jalan hidup harus mendorong pada tingkat keyakinan bahwa masa depan adalah milik Islam. Mengingat Islam berasal dari Allah, maka ia menjadi agama yang paling layak dan mampu untuk mengatur seluruh aspek kehidupan dan memimpin kafilah sejarah kemanusiaan serta selalu berada di garis depan. 

 

Islam menjadi satu-satunya manhaj yang memiliki karakteristik istimewa, yaitu sanggup bertahan dan tetap memberikan kontribusi positif di setiap tempat dan masa dalam setiap sendi kehidupan. Kesyamilan manhaj Islam adalah corak yang membedakan Islam dengan semua manhaj dan sistem buatan manusia yang tujuan-tujuannya sangat terbatas. 

 

Kita harus mengetahui sebaik-baiknya batas kelemahan dan kegagalan yang dialami oleh sistem-sistem positif buatan manusia di seantero dunia, baik kapitalisme, demokrasi, liberalisme, sosialisme, maupun komunisme, ialah karena sifat buatan manusia terbatas, lemah, serba kekurangan, dan temporer.

 

 

BAGIAN KEDUA: APA BENTUK KOMITMEN SAYA KEPADA HARAKAH ISLAMIYAH? 

 

Komitmen terhadap gerakan Islam harus terlebih dahulu didasari oleh adanya komitmen kepada Islam. hal ini menjadikan fokus gerakan Islam adalah mempersiapkan individu agar menjadi muslim sejati sebelum merekrutnya sebagai anggota gerakan. 

 

Oleh karena komitmen kepada Islam adalah dasar, maka komitmen kepada gerakan Islam adalah bagian yang juga tidak terpisahkan dari komitmen yang tulus kepada agama ini. 

 

Saya Harus Mempersembahkan Hidup Saya untuk Islam 

 

Keberadaan kita sebagai muslim menuntuk agar menjadikan Islam sebagai prinsip hidup dalam beraqidah, ibadah, dan akhlak (baik untuk diri sendiri, rumah, maupun keluarga), maka kita juga dituntut agar mengabdikan diri untuk Islam, mengarahkan hidup kita untuk Islam, dan menggunakan segenap kemampuan serta potensi kita untuk memperkuat kedudukan Islam dan mengangkat pilarnya. 

 

Maka, dalam hal ini manusia terbagi menjadi tiga golongan: 

1.     Manusia yang mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan dunia Mereka adalah kaum materialis, baik dalam keyakinan maupun kenyataannya. Al- Qur`an menyebut mereka sebagai Ad-Dahriyyun. Para penganut komunisme, sekularisme, eksistensialisme, bersumber dari aliran materialisme ini. 

2.     Manusia yang hidupnya tidak jelas Golongan ini mewakili kebanyakan manusia pada umumnya. Mereka memiliki keyakinan yang labil dan banyak melakukan penyimpangan, tetapi menganggap semua yang dilakukannya benar dan baik. Pada dasarnya, mereka beriman kepada Allah, namun keyakinan mereka sangat dangkal, bertolak belakang dengan kenyataan hidupnya. Mereka juga bagian dari kaum materialis. 

3.     Manusia yang menganggap kehidupan dunia sebagai lading bagi kehidupan akhirat Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka mengerti hakikat kehidupan dan mengerti nilai dunia bila dibandingkan dengan nilai akhirat. Orang yang memeluk Islam dengan sungguh-sungguh memandang dunia sebagai arena perlombaan untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan mencapai ridha-Nya. 

 

Cara mengabdikan hidup untuk Islam: 

1.     Mengerti tujuan hidup 

2.     Mengetahui nilai dunia jika dibandingkan dengan nilai akhirat 

3.     Mengetahui bahwa mati adalah sebuah kepastian dan mau mengambil nasihat darinya 

4.     Mengetahui hakikat Islam dengan berusaha memahami (tafaqquh), belajar (ta’allum), dan mengerti segenap prinsip aqidah, hukum, hal-hal yang halal dan haram. 

5.     Mengetahui hakikat jahiliyyah dengan memahami segenap pemikiran, aliran, dan strateginya. Membongkar kelemahan dan kekurangannya, mengenali bahaya dan dampaknya, agar tidak terperosok di dalamnya, sekaligus agar mampu membuat persiapan yang baik untuk menghadapi dan mengatasinya. 

 

Karakter manusia yang mengabdikan hidupnya untuk Islam:

1.     Memiliki komitmen yang konkret terhadap Islam 

2.     Memberi perhatian terhadap kemaslahatan Islam 

3.     Teguh memegang kebenaran dan percaya kepada Allah 

4.     Komitmen dengan perjuangan Islam dan bekerja sama dengan sesama aktivis yang memiliki misi amar ma’ruf dan nahi munkar, membangun individu muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, dan negara yang Islami. 

 

Saya Harus Meyakini Kewajiban Berjuang untuk Islam 

 

Di antara alasan yang menegaskan keharusan berjuang untuk Islam dan kedudukannya sebagai kewajiban taklify, bukan kegiatan sukarela, adalah sebagai berikut: 

1.     Wajib dari segi prinsip 

Secara prinsip, memperjuangkan Islam adalah wajib karena itu merupakan alasan pembebanan taklif kepada seluruh manusia 

2.     Wajib dari segi hukum 

Ditinjau dari segi hukumnya, memperjuangkan Islam adalah wajib. Sebab, terhentinya hakimiyatullah (ajaran Allah sebagai referensi hukum) di bumi dan dominasi undang-undang dan hukum positif buatan manusia atas seluruh negara dan bangsa. 

3.     Wajib secara darurat 

Apabila ditinjau dari kondisi darurat, memperjuangkan Islam wajib agar kita dapat menghadapi setiap tantangan modern dan konspirasi musuh-musuh Islam, menghentikan gelombang materialisme dan serangan ateisme yang setiap saat berusaha melumat dan menghapus eksistensi Islam. 

4.     Wajib dalam skala individu dan kolektif 

Memperjuangkan Islam, jika ditinjau dari kedudukannya sebagai kewajiban yang dibebankan oleh agama (taklify), dianggap sebagai tanggung jawab individual yang sederajat dengan semua kewajiban dan tanggung jawab agama lainnya. Maka, dari segi tanggungjawab operasional pergerakan dianggap sebagai kewajiban kolektif. 

a.     Beban perjuangan Islam terlalu besar untuk dipikul oleh satu orang; 

b.     Langkah-langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi kekuatan jahiliyyah, membangun masyarakat Islami, dan memulai kehidupan islami adalah bukti syar’i atas kewajiban melakukan aktivitas kolektif (jama’iyyah); 

c.     Jalan perjuangan Islam penuh onak duri dan diselimuti dengan berbagai bentuk penderitaan. 

5.     Orang yang berjihad pada hakikatnya berjihad untuk kebaikan dirinya sendiri Seluruh aktivis harus mengetahui bahwa mereka yang butuh kepada Islam, bukan Islam yang butuh kepada mereka. Mereka berbuat, berjihad, berusaha dengan gigih, sejatinya untuk membersihkan diri dan menyucikan jiwa mereka sendiri. 

 

Harakah Islamiyah: Tugas, Karakteristik, dan Bekal 

 

1.     Tugas harakah islamiyah Mengarahkan manusia agar menyembah Allah ta’ala, baik individu maupun kelompok, melalui usaha membangun masyarakat Islami yang mengadopsihukum-hukum dan ajaran-ajaran dari Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Harakah Islam adalah organisasi global dengan tujuan agar merangkul seluruh aktivis Islam di berbagai belahan dunia Islam. “Secara singkat, tugas kita adalah menghadapi gelombang yang sudah melampaui batas. Yaitu, peradaban materi dan budaya hedonisme, serta nafsu yang telah menjangkiti berbagai lapisan masyarakat muslim, sehingga menjauhkan mereka dari kepemimpinan nabi dan bimbingan Al-Quran.” (Imam Syahid Hasan Al-Banna) Secara rinci, tugas harakah Islamiyah adalah untuk mewujudkan: 

a.     Sistem pemerintahan internal; 

b.     Sistem hubungan internasional; 

c.     Sistem kehakiman; 

d.     Sistem pertahanan dan kemiliteran; 

e.     Sistem ekonomi yang independen; 

f.      Sistem Pendidikan yang menghapus kebodohan; 

g.     Sistem keluarga yang menumbuhkan keturunan dan generasi muda muslim; 

h.     Sistem pembinaan individu dalam tingkah lakunya; 

i.      Semangat umum yang menyentuh seluruh lapisan umat; 

j.      Individu muslim, keluarga muslim, bangsa muslim, pemerintah muslim, negara yang memimpin begara-negara Islam lainnya dan menaungi seluruh pemeluk Islam, mengembalikan kejayaannya, merampas kembali tanah- tanahnya yang terjajah, dan negeri-negeri lainnya yang dijarah. Lalu mengibarkan jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia merasakan kebahagiaan berada di bawah naungan ajaran-ajaran Islam. 

2.     Karakteristik harakah islamiyah 

a.     Rabbaniyah, yaitu segala persepsi hukum, akhlak, adat, dan pemikiran harakah berasal dari agama Allah yang kekal dan risalah-Nya yang terakhir (Islam). 

b.     Independen, yaitu berasal dari kondisi nyata masyarakat muslim, bukan sistem yang diimpor atau sintetis dari sistem timur maupun barat. 

c.     Modern, yaitu memanfaatkan hasil penemuan dan sarana-sarana penunjang kehidupan, namun tidak melanggar batas-batas kemaslahatan dan kebaikan secara umum. 

d.     Komprehensif, yaitu dakwah tidak terbatas pada salah satu aspek kehidupan saja, melainkan mencakup aspek-aspek lain. 

e.     Menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dalam bidang fiqih, sebab perbedaan pendapat dalam masalah furu’ merupakan keniscayaan. Maka utamakan masalah-masalah ushul 

3.     Karakteristik pergerakan 

a.     Jauh dari kendali penguasa dan politisi 

Menghindarkan harakah dari setiap upaya yang akan memanfaatkannya atau menjadikannya sebagai komoditas, sehingga harakah tetap independen, tulus, dan ikhlas. 

b.     Bertahap 

Harakah melakukan cara bertahap, karena sadar jalan yang akan dilaluinya panjang dan berat, sedangkan tujuan yang ingin dicapai begitu besar. Imam Syahid Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa dakwah memiliki tiga tahapan, yaitu ta’rif (pengenalan), takwin (pembinaan), dan tanfidz (pelaksanaan).

c.     Lebih banyak beramal dan berkarya daripada melakukan propaganda dan publikasi 

Menghidari agar amal terhindar dari riya` sehingga dapat membuatnya sia- sia dan rusak. Watak perjuangan Islam tidak pernah mengandalkan propaganda yang dibesar-besarkan dan klaim kosong tanpa karya nyata. 

d.     Taktik bernapas Panjang 

Besarnya beban dan beratnya tugas yang harus dipikul oleh aktivis Islam menjadikan mereka dituntut untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan, serta sanggup untuk memberi dan berkorban. Selain itu, tidak boleh tergesa-gesa dalam perjalanan dan tidak boleh terburu-buru ingin memetik buah sebelum matang. 

e.     Terbuka dalam aktivitas dan tertutup dalam persiapan 

Da’i harus menggaungkan kebenaran di tempat ia berada. Namun, bukan berarti harus membuka semua yang ada padanya, seperti perencanaan dan program karena hal itu tidak memberikan maslahat apapun. 

f.      ‘Uzlah secara maknawi bukan jasadi 

“Harus ada sekelompok orang yang mau mengemban tekad ini dan melangkahkan kakinya di jalan perjuangan; berusaha membongkar jahiliyah yang telah mengakar di seluruh pelosok bumi; terus berjalan dengan menerapkan isolasi (‘uzlah) di satu sisi dan tetap menjaga hubungan dengan jahiliyah di sekitarnya di sisi lain.” (Sayyid Quthb)

g.     Tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan 

Para aktivis islam tidak berbuat untuk kepentingan pribadi atau semaunya sendiri, tetapi terikat dengan batasan dan tuntutan aqidah serta akhlak. Mereka tidak boleh menyimpang dari batas-batas tersebut atau mengubahnya. 

4.     Bekal harakah Islamiyah 

“Bekal kita adalah bekal generasi salaf sebelum kita dan senjata yang digunakan oleh pemimpin dan teladan kita Muhammad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan para sahabatnya ketika menyerbu dunia. Didukung oleh jumlah pasukan yang kecil, logistik yang sangat terbatas, namun usaha mereka sangat maksimal. Itulah senjata yang akan kita bawa untuk menyerbu dunia kembali.” (Imam Syahid Hasan Al-Banna) 

a.     Mereka memiliki keimanan yang sangat dalam, kuat, suci, dan abadi kepada Allah, berikut pertolongan dan dukungan-Nya; 

b.     Keimanan mendalam kepada manhaj, berikut keistimewaan dan relevansinya;

c.     Keimanan yang mendalam kepada ukhuwah, berikut hak dan kesuciannya; 

d.     Keimanan yang mendalam pada balasan, berikut keagungan, kebesaran, dan jumlahnya yang besar; 

e.     Percaya dengan diri sendiri karena mereka adalah jama’ah yang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia, dan karena itu pula mereka memiliki keistimewaan menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; 

f.      Jihad dengan sebenar-benarnya jihad. 

 

Saya Harus Memahami Lika-Liku Perjuangan Islam dan Alasan Harus Memilih Harakah Islamiyah

 

Kita harus mengetahui sarana-sarana perjuangan Islam lainnya, agar bergabungnya kita dalam harakah Islamiyah didasari oleh kesadaran dan pemahaman, bukan sekedar sikap spontan dan kecenderungan emosional. 

 

Sebenarnya, siapapun yang menyimak perkembangan dunia Islam akan menemukan berbagai macam kelompok dan institusi Islam. Ada yang cenderung kepada aspek ruhani (kejiwaan), namun mengabaikan aspek lainnya. Pada akhirnya mereka jauh dari kancah kehidupan nyata dan tidak mengerti dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. 

 

Begitu pula institusi-institusi lain. Ada yang cenderung pada aspek intelektual, masalah amal dan sosial, politik murni, dan lainnya. Institusi yang seperti ini tidak menjalankan perjuangan Islam secara komprehensif. Oleh karenanya, aktivitas yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut tetap pincang dan tidak sempurna. 

 

Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Wahai ikhwan, kalian bukanlah yayasan sosial, bukan partai politik, dan bukan lembaga lokal yang dibentuk untuk tujuan-tujuan yang sangat terbatas. Kalian adalah semangat baru yang merasuk ke dalam hati umat ini, sehingga Allah menghidupkannya dengan Al-Qur`an. Kalian adalah cahaya baru yang terpancar terang sehingga mengusir kegelapan materi dengan ma’rifatullah, dan suara gemuruh yang menggaungkan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 

 

Saya Harus Memahami Dimensi-Dimensi dalam Berkomitmen kepada Harakah Islamiyah 

 

Bergabung dengan harakah Islamiyah tidak dilakukan dengan cara mengajukan permohonan dan mendaftarkan diri. Tidak pula dengan sekedar keluar-masuk pusat kegiatan harakah dan menghadiri pertemuan-pertemuannya. Bergabung dengan harakah Islamiyah harus memenuhi dimensi-dimensi yang melampaui batas formalitas dan penampilan luar. Dimensi-dimensi yang membuktikan kedalaman aqidah dan kekuatan ikatan pemikiran dan keorganisasian. 

1.     Dimensi ideologis (‘aqidy) 

            Dimensi pertama yang harus diketahui ketika bergabung denga harakah Islamiyah adalah dimensi iedologis. Sebab, harakah menolak bentuk keanggotaan yang disebabkan oleh ketergantungan kepada sosok tertentu (intima’ syakhshy) yang banyak terjadi dalam kelompok-kelompok yang mendandalkan figuritas, yang pada hakikatnya adalah virus yang akan menghancurkan dan memusnahkan gerakan. 

            Sejak awal, keterikatan dengan harakah adalah keterikatan dengan agama. Artinya, harakah Islamiyah menolak keanggotaan reaktif yang timbul karena emosional serta tidak mengerti akan dimensi-dimensi keanggotaan harakah Islamiyah. Harakah Islamiyah juga menolak keanggotaan pragmatis yang hanya ingin menjadikannya sebagai batu loncatan untuk meraih hasrat pribadi dan status sosial. 

            Menjadi anggota harakah Islamiyah artinya mengerahkan kekuatan individu untuk kepentingan jama’ah. Lebih tepatnya, meleburkan kemampuan individu secara keseluruhan untuk kepentingan Islam. Sehingga, nilai keanggotaan sebagai bagian dari jamaah bersifat jernih, bersih, dan suci. 

2.     Dimensi keanggotaan sepanjang masa (mashiry) 

            Dimensi lain yang harus menyertai keanggotaan dan bergabungnya seseorang dalam harakah Islamiyah adalah dimensi keanggotaan sepanjang masa (mashiry). Artinya, keberadaan anggota harus selaras dengan keberadaan jama’ah dalam kondisi apa pun. 

            Berarti, keanggotaan harakah tidak mengenal keanggotaan sementara dalam fase tertentu yang akan berakhir ketika fase tersebut selesai. Akan tetapi, keanggotaan bersifat abadi dan tidak pernah lepas atau mundur dan melarikan diri darinya sampai yang bersangkutan menghadap Allah subhanahu wa ta’ala. 

 

Saya Harus Memahami Pilar-Pilar Perjuangan Umat Islam 

 

Ada tiga pilar yang mendukung keberhasilan perjuangan Islam yang harus diketahui oleh segenap aktivis, yakni tujuan yang jelas, jalan yang jelas, dan komitmen terhadap keduanya.

1.     Tujuan yang jelas 

Jelasnya tujuan perjuangan Islam dapat menghemat tenaga yangharus dilakukan oleh para aktivis agar tidak terjebak dalam “pertempuran kecil”. Alasan utama diturunkannya risalah Islam dan tujuan dasar dari agama ini adalah megarahkan manusia agar menyembah Tuhannya, baik secara individu maupun kolektif. Lebih jelasnya, mengarahkan manusia agar menyembah Allah. Artinya, seluruh loyalitasnya diberikan hanya kepada Allah dalam setiap urusan dan permasalahan. 

2.     Jalan yang jelas 

Kita juga harus mengetahui bahwa berjuang untuk Islam berarti berjuang menerapkan syari’at Allah di bumi ini. Atau, menggantikan aturan-aturan manusia yang dibuat berdasarkan nafsu dan otoritarianisme dengan syari’at Allah. Oleh sebab itu, interaksi dengan sistem jahiliyyah hanya diperbolehkan dalam batas kebutuhan selama melakukan persiapan untuk mengkudetanya, baik persiapan menyusun kekuatan maupun sarana-sarananya. Jalan perjuangan Islam harus dibuat berdasarkan kaidah dan prinsip yang permanen. Kaidah yang diadopsi dari tujuan dasar perjuangan dan dijabarkan secara praktis oleh sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. 

3.     Tabiat perubahan 

Tabiat perjuangan Islam bukanlah tambal sulam. Akan tetapi menolak tambalan dan jalan keluar setengah-setengah. Menolak akulturasi dengan nilai- nilai jahiliyyah. Menolak pola hidup sistem-sistem positif buatan manusia, semuanya. 

4.     Tabiat totalitas 

Tabiat perjuangan islam bersifat total dalam pengertian seluas-luasnya. Kesadaran intelektual, politik, dan harakah; Pendidikan jiwa dan pergerakan; keorganisasian dan perencanaan; persiapan sumber daya manusia dan materi adalah unsur-unsur yang harus ada dan terhimpun. Tidak mungkin mengambil sebagiannya dan mengabaikan sebagiannya. 

5.     Tabiat universalitas 

Tabiat perjuangan Islam yang lain adalah harus menembus tingkat universalitas, baik penguasaan, perencanaan, maupun keorganisasian. Gema dakwah sama sekali tidak boleh naik-turun. Terkadang terdengar jelas, terkadang lemah di berbagai penjuru dunia. Dari segi muatan pemikiran dan aqidah, Islam merupakan sistem universal yang malmapaui batas geografis, kebangsaan, etnis, dan Bahasa. Sebuah sistem yang memiliki dasar-dasar aturan yang luas dan fleksibel sehingga tampil sebagai satu-satunya sistem yang mampu mencakup seluruh masalah kehidupan dalam setiap tingkat dan aspeknya. 

 

Saya Harus Memahami Syarat-Syarat Bai’at dan Keanggotaan 

 

Setiap muslim dapat ikut berperan bersama harakah Islamiyah untuk menanggung beban perjuangan Islam dengan cara bergabung dengannya. 

1.     Mengutamakan kualitas, bukan kuantitas 

Adalah wajar sebuah harakah berusaha mengembangkan diri dan memperbanyak jumlah anggotanya dengan berbagai cara dan sarana yang benar. Akan tetapi, tidak boleh melakukan perekrutan anggota dari sana-sini secara sporadic, karena kualitas lebih penting dari kuantitas. 

2.     Masalah bai’at dan hukumnya menurut Islam 

Bai’at adalah janji setia. Orang yang berbi’at seakan-akan berjanji akan menerima pendapatnya, baik berkenaan dengan urusannya sendiri maupun segala urusan kaum muslimin. Bai’at adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. para sahabat berbai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkali-kali selama hidup beliau, seperti pada Bai’at Aqabah pertama, Bai’at Aqabah kedua, dan Bai’at Ar-Ridhwan. Bai’at tetap berlaku sepeninggal beliau wafat. Ketika itu kaum muslimin berbai’at kepada pemimpin-pemimpin mereka. 

3.     Masalah ketaatan dan hukumnya menurut Islam 

Ketaatan (Ath-Tha’ah) berarti melaksanakan perintah. Hukum taat adalah wajib selama bukan dalam perkara maksiat atau mendorong kepadanya. 

4.     Rukun-rukun bai’at 

Secara global, Imam Syahid Hasan Al-Banna menerangkan rukun-rukun bai’at, “Rukun bai’at kita ada sepuluh, maka hafalkanlah: paham, ikhlas, amal, jihad, pengorbanan, taat, keteguhan, totalitas, ukhuwah, dan kepercayaan." 

a.     Al-Fahmu (kepahaman). 

Artinya, engkau meyakini bahwa fikrah kita adalah islami. Engkau harus memahami Islam seperti yang kita pahami dalam ruang lingkup dua puluh prinsip yang kami ringkas. Kami merangkumnya dalam butir-butir berikut ini: 

                                               i.     Islam adalah sebuah sistem komprehensif yang mencakup seluruh aspek hidup. 

                                             ii.     Al-Qur`an dan As-Sunnah adalah referensi setiap muslim untuk mengetahui hukum-hukum Islam. 

                                            iii.     Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah memancarkan cahaya dan kenikmatan yang diletakkan oleh Allah di dalam hati manusia yang dikehendaki-Nya. Sementara kasyf, mimpi, ilham, dan firasat tidak termasuk dalil-dalil hukum agama dan tidak diakui kecuali dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum dan teks-teks dalil agama. 

                                            iv.     Jimat, mantra, wada’, raml, ramalan, perdukunan, dan sejenisnya adalah munkar yang harus diberantas, kecuali yang berupa ayat Al- Qur`an atau ruqyah yang ditetapkan oleh Nabi (ma`tsurah) 

                                              v.     Pendapat imam (pemimpin) dan wakilnya tentang suatu masalah yang tidak ada ketetapan dalil tekstualnya, memiliki beberapa interpretasi, dan mashalih mursalah dapat diterima selama tidak bertentangan dengan kaidah agama (Qa’idah Syar’iyyah).

                                            vi.     Pendapat siapa pun dapat diterima dan ditolak kecuali yang dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

                                           vii.     Setiap muslim yang belum mencapai derajat mampu mengkaji dalil- dalil hukum agama harus mengikuti salah seorang imam (tokoh) agama. 

                                         viii.     Perselisihan dalam masalah-masalah fiqih yang bersifat furu’ tidak boleh menjadi penyebab perpecahan dalam beragama. 

                                            ix.     Sibuk dengan setiap masalah yang tidak mengandung konsekuensi perbuatan praktis (‘amal) adalah suatu sikap berlebih-lebihan yang dilarang. 

                                              x.     Mengenal Allah (ma’rifatullah), mengesakan, dan menyucikan Allah adalah bagian dari aqidah Islam yang paling tinggi. Ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih tentang ayat-ayat Allah, kita Imani apa adanya tanpa menakwilkan dan menolaknya. 

                                            xi.     Setiap bid’ah yang tidak memiliki argumen dasar adalah bid’ah yang harus diberantas dengan cara-cara yang paling efektif. 

                                           xii.     Bid’ah idhafiyyah dan bid’ah tarkiyyah dan mengamalkan ibadah mutlak secara konsisten adalah termasuk khilaf fiqih, masing- masing pihak memiliki pendapat dalam hal ini. Tidak salah jika dibuat kajian untuk mencari kebenaran dengan dalil dan bukti yang kuat.

                                          xiii.     Mencintai, menghormati, dan menyanjung orang-orang shalih karena memandang perbuatan baiknya, termasuk sarana mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. 

                                          xiv.     Ziarah kubur, siapa pun orangnya, adalah sunnah yang dianjurkan agama dengan cara yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

                                           xv.     Doa kepada Allah disertai dengan tawassul melalui seorang makhluknya, termasuk masalah furu’ yang diperselisihkan dalam hal cara berdoa dan tidak termasuk masalah aqidah. 

                                          xvi.     Kebiasaan yang salah tidak dapat mengubah maksud kata-kata yang bersifat syar’i. 

                                        xvii.     Aqidah adalah dasar sebuah amal. Amalan hari lebih penting daripada amalan fisik, namun meraih kesempurnaan pada keduanya sangat dianjurkan oleh agama sekalipun kadar keduanya berbeda. 

                                       xviii.     Islam membebaskan akal dan menganjurkan manusia untuk mengkaji alam semesta. Islam mengangkat derajat ilmu dan para ulama, serta menerima segala sesuatu yang baik dan bermanfaat. 

                                          xix.     Ruang lingkup perspektif agama dan perspektif ilmiah adakalanya mencakup hal-hal yang tidak dibahas oleh salah satu dari keudanya. Namun, keduanya tidak mungkin bertentangan dalam masalah yang pasti (qath’i). Karena itu, suatu hakikat ilmiah yang benar tidak akan bertentangan dengan kaidah agama yang permanen. Jika di antara ada masalah zhanni (asumtif), maka dikembalikan kepada yang qath’i. Tetapi, jika keduanya bersifat zhanni maka perspektif agama lebih dikedepankan sampai perspektif akal terbukti benar atau terbukti salah. 

                                           xx.     Tidak boleh mengkafirkan orang Islam yang telah menyatakan dua kalimat syahadat dan mengamalkan konsekuensinya serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama, baik karena pemikirannya mauupun karena melakukan maksiat, kecuali jika ia menyatakan pernyataan kafir atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat ditafsirkan kecuali sebagai tindakan kafir. 

b.     Al-Ikhlas (ikhlas). 

Maksudnya, setiap ucapan, perbuatan, dan jihad seorang akh muslim hanya ditujukan untuk Allah. 

c.     Al-‘Amal (perbuatan). 

Maksudnya adalah memperbaiki diri sendiri, membangun keluarga muslim, membimbing masyarakat, membebaskan negara, meluruskan pemerintahan sehingga benar-benar islami, dan berjuang membangun kembali struktur global umat islam serta menjadi guru bagi dunia dengan menyebarkan Islam di seluruh pelosoknya. 

d.     Al-Jihad (kesungguhan). 

Maksudnya adalah jihad yang merupakan kewajiban permanen yang terus berlaku sampai hari kiamat. 

e.     At-Tadhhiyyah (pengorbanan). 

Maksudnya adalah mengorbankan diri, harta, waktu, dan kehidupan, serta segala sesuatu yang dimiliki untuk mencapai tujuan. 

f.      Ath-Tha’ah (ketaatan). 

Maksudnya adalah mematuhi dan melaksanakan perintah dalam keadaan susah maupun senang, ketika bersemangat maupun malas. 

g.     Ats-Tsabat (keteguhan). 

Maksudnya adalah seorang akh tetap berbuat dan berjihad untuk mencapai tujuannya, sekalipun harus menghabiskan waktu yang cukup lama dan bertahun-tahun sampai menemui ajalnya. Maka, pada saat itu, ia benar-benar meraih salah satu kebaikan: menang atau mati syahid. 

h.     At-Tajarrud (totalitas). 

Maksudnya adalah percaya dengan fikrah kalian secara total dan tidak tergoda dengan pemikiran atau ketokohan siapa pun, karena fikrah kalian lebih baik, lebih komprehensif, dan lebih tinggi. 

i.      Al-Ukhuwwah (persaudaraan). 

Maksudnya adalah hati dan jiwa para aktivis terikat dalam ikatan aqidah, karena aqidah merupakan ikatan yang paling kuat dan tak ternilai harganya. 

                                               i.     Ukhuwwah mendukung ketaatan kepada Allah; 

                                             ii.     Ukhuwwah adalah manifestasi solidaritas jiwa; 

                                            iii.     Ukhuwwah adalah manifestasi solidaritas materi; 

                                            iv.     Ukhuwwah adalah tanggung jawab sosial yang mencakup kewajiban-kewajiban yang paling mendasar dan krusial; 

                                              v.     Ukhuwwah adalah manifestasi kehangatan, cinta, dan tolong menolong; 

                                            vi.     Ukhuwwah adalah manifestasi kecemburuan dan kesetiaan. 

j.      Ats-Tsiqah (percaya). 

Maksudnya adalah seorang jundi (anggota) menaruh kepercayaan kepada qiyadah-nya (pemimpinannya), baik terhadap kemampuan maupun keikhlasannya, dengan kepercayaan yang mendalam sehingga melahirkan rasa cinta, hormat, dan patuh. 

5.     Kewajiban-kewajiban seorang akh 

Ada lebih dari tiga puluh kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap akh berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, dan masyarakatnya. 

a.     Mengamalkan wirid harian berupa bacaan Al-Qur`an sekurang-kurangnya satu juz setiap hari dan mengkhattamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. 

b.     Harus mampu membaca Al-Qur`an dengan baik, juga mendegar, dan merenungkan makna-maknanya.

c.     Mengontrol kesehatan dengan melakukan general check up dan segera megobati penyakit yang diderita. 

d.     Tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi kopi dan teh serta minuman- minuman sejenis yang mendandung kafein. Engkau hanya meminumnya ketika ada kebutuhan mendesak dan engkau sama sekali tidak dibenarkan merokok.

e.     Peduli dengan kebersihan dalam segala hal, baik kebersihan rumah, pakaian, makanan, badan, maupun tempat kerja. 

f.      Jujur dalam berbicara. 

g.     Menepati sumpah, pernyataan, dan janji. 

h.     Berani dan tabah. 

i.      Tampil berwibawa dan selalu bersungguh-sungguh. 

j.      Memiliki rasa malu yang kuat, peka, cepat terkesan dengan kebaikanmaupun dengan kejelekan. 

k.     Harus adil dan membuat keputusan yang benar dalam segala kondisi. 

l.      Selalu memiliki semangat tinggi dan terlatih dengan baik untuk melayani keperluan orang banyak. 

m.   Memiliki hati yang penuh kasih sayang, terbuka, dan lapang dada.

n.     Pandai membaca dan menulis. 

o.     Memiliki profesi yang berorientasi profit sekalipun engkau tergolong kaya dan terjun dalam bidang wirausaha, walaupun kecil. 

p.     Jangan mau menjadi pegawai negeri. 

q.     Bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaanmu, baik dari segi kualitas maupun profesionalitas, tidak memanipulasi dan tepat waktu. 

r.      Sanggup menuntut hakmu dengan baik dan memenuhi hak orang lain seutuhnya, tanpa dikurangi, tanpa diminta, dan diulur-ulur. 

s.     Menjauhi segala macam perjudian dan apapun motivasinya. 

t.      Menghindari riba dalam segala bentuk muamalat. 

u.     Turut serta mengembangkan kekayaan dunia Islam dengan mendukung produk-produk dan sumber-sumber ekonomi Islam. 

v.     Mendukung dakwah dengan menyumbangkan sebagian hartamu, menunaikan zakat wajib, dan menyisihkan sebagian hartamu untuk diberikan kepada orang-orang yang meminta dan membutuhkannya, walaupun pendapatanmu kecil. 

w.   Menabung sebagian dari pendapatanmu, walaupun sedikit, sebagai persiapan untuk menghadapi kondisi darurat. 

x.     Beruaha sekuat tenaga untuk menyemarakkan tradisi-tradisi Islam dan mengikis tradisi-tradisi asing dalam setiap aspek kehidupan, seperti ucapan salam, Bahasa, sejarah, pakaian, peralatan, jam kerja, istirahat, makanan, minuman, cara datang dan pergi, sedih dan gembira, dan lainnya.  

y.     Memboikot mahkamah sipil dan pengadilan yang tidak Islami, klub, media cetak, kelompok, sekolah, dan organisasi yang bertentangan dengan fikrah Islam-mu. 

z.     Selalu merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan mengingat serta mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan akhirat. 

aa.  Bersuci dengan baik dan selalu menjaga tetap dalam keadaan berwudhu` dalam sekian banyak waktu. 

bb. Melakukan shalat dengan baik, selalu berusaha melaksanakannya tepat waktu dan secara berjamaah di masjid.

cc.   Puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan ibadah haji, jika mampu, dan berusaha mempersiapkannya sejak sekarang jika belum mampu. 

dd. Selalu menyertakan niat berjihad dan mencintai mati syahid, dan melakukan persiapan sebaik mungkin untuk menghadapinya. 

ee.  Senantiasa bertaubat dan memohon ampun (istighfar). 

ff.    Berjihad melawan hawa nafsu. 

gg.  Menjauhi segala macam minuman keras, memabukkan, dan melemahkan badan. 

hh. Jangan berteman dengan orang yang berperangai buruk dan suka berbuat jahat. 

ii.     Memberantas tempat-tempat hiburan yang tidak sehat (al-lahwu) dan jangan sekali-sekali mendekatinya. 

jj.     Kenalilah anggota katibah-mu (kelompok) satu per satu dengan baik. 

kk.  Melepaskan hubungan dengan setiap organisasi atau kelompok, selama keberadaanmu di sana tidak memberi dampak positif kepada fikrah, apalagi jika engkau disuruh untuk melepaskannya. 

ll.     Berusaha menyebarkan dakwah di mana pun engkau berada dan memberi tahu qiyadah tentang keadaan yang engkau hadapi.

No comments:

Post a Comment