Sunday, February 28, 2021

Lima Syiar (Bagian-1)

1-Allah Tujuan Kami

 

TUJUAN MEREKA VS TUJUAN KAMI

 

Pertama

 

Adapun tujuan mereka adalah gelar keilmuan, karier politik, penghasilan yang besar, villa yang indah, mobil mahal, kehidupan mewah, pakaian gemerlap, nama yang masyhur, semangat patriotisme palsu yang menimbulkan orang tercengang dan heran, tunangan atau istrik cantik, dan anak-anak yang banyak. Dengan kata lain mereka cinta hawa nafsu. Atau mereka cinta dunia. Al-Qur'an menunjuk hal tersebut pada berbagai tempat dan kesempatan.

 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 

 

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imran, 3/14)

 

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ 

 

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (Al Hadid, 57/20)

 

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ 

 

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah, 9/24)

 

Kedua

 

Islam tidak melarang seseorang menikmati kemewahan hidup di dunia. Malah Islam tidak menyangkal bahwa kaum mukminin adalah pemilik dunia, dunia diperuntukkan bagi mereka.

 

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ 

 

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, “Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. (Al-A'raaf, 7/32)

 

Di sinilah perbedaan besar antara "menguasai dunia"dan "dikuasai dunia". Yang pertama dianjurkan dan disukai-Nya, sedangkan yang kedua dilarang dan dijauhi-Nya. Berbeda sekali antara dunia yang ada di genggaman tangan mereka degan dunia yang mendekam dalam kalbu mereka. Berbeda sekali antara dunia sebagai sarana dengan dunia sebagai tujuan. Berbeda sekali antara menjadikan dunia sebagai jembatan penyeberangan dengan dunia sebagai tempat perhentian. Hal tersebut di atas bergantung kepada persepsi tentang hakekat dunia dan pasca dunia. 

 

Ketiga 

 

Dunia ini sifatnya temporer meskipun dirasa lama oleh manusia. Jika tidak, siapakah yang dapat hidup abadi, walau seorang diktator yang paling kuat dan jahat pada zaman lampau maupun zaman sekarang ?. Dunia ini berputar, meskipun tampaknya diam dan tenang. Jika ia statis dan tetap untuk satu golongan maka ia tidak akan pindah ke tanganmu. Hal ini bisa dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang kita lihat di setiap bidang kehidupan. 

 

Sejenak kita lihat sirkulasi uang. Sejenak kita lihat gerakan ekonomi. Sejenak kita lihat peristiwa politik yang bisa juga dinamakan gerakan politik. Sejenak kita lihat situasi masyarakat yang menyangkut individu, keluarga, dan bangsa yang bisa juga dinamakan gerakan kemasyarakatan. Semuanya itu menyakinkan kita pada isyarat dalam Al-Qur'an.

 

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاءَ ۗوَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ 

 

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zhalim, (Ali Imran, 3/140)

 

Sungguhpun begitu ia (dunia) adalah kecil meskipun nampaknya besar. Oleh karena itu apa arti puncak kenikmatan yang bisa dicapai dengan dunia ini ?

 

Apabila anda sebagai manusia hanya bisa mencapai puncak kenikmatan dunia dan memang jika inilah tujuan anda, maka keadaan ini akan mensejajarkan anda dengan hewan yang paling hina. Isyarat Al-Qur'an:

 

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ 

 

Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka. (Muhammad, 47/12)

 

Nah !. Oleh karena sifat dunia itu temporer, berbolak-balik, dan hina dina - kiranya cukup jelas - untuk diketahui bentuk akhirnya seperti diungkapkan oleh sifat-sifatnya yang pertama yaitu bahwa ia temporer/sementara.

 

Lihatlah pada maut yang menebas orang-orang yang hidup di sekitar kita baik yang dekat maupun yang jauh, baik yang kita sayangi maupun yang kita benci, baik orang besar maupun yang kecil, baik mukmin maupun kafir, baik yang berbudi luhur maupun yang jahat. Sesungguhnya bahwa maut itu saja sudah cukup sebagai peringatan dan bukti serta ancaman pendeknya umur dunia, berbolak-baliknya dan kehinaan. Dan sebagai bukti juga bahwa ia akan berakhir, seperti berakhirnya hidup individu, seperti berakhirnya hidup suatu keluarga, seperti berakhirnya hidup suatu bangsa, dan seperti berakhirnya hidup negara-negara serta berbagai kerajaan. 

 

Jika ia abadi maka tentulah apa yang hidup di atasnya akan abadi juga.

 

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 

 

Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan. (Al Qashash, 28/88)

 

Maha Suci Allah. Dia telah melukiskan fungsi dunia sebagai gelanggang ujian bagi umat manusia. Di sinilah manusia diperindah kecintaannya terhadap hawa nafsu. Sesudah mengutarakan bahwa kehidupan dunia sebagai kesenangan sementara. Dia juga menjelaskan bahwa di sisi-Nya terdapat kehidupan dan kenikmatan abadi, yaitu di surga !. Bukan hanya sampai di situ, bahkan karena rahman dan rahim-Nya kepada manusia maka Dia berkenan menawarkan jalan menuju surga melalui rasul-Nya.

 

قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ 

 

Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (Ali Imran, 3/15)

 

Allah swt yang Maha Kasih dan Maha Sayang kepada hamba-hamba-Nya. Sesudah Dia mengutarakan apa sebenarnya kehidupan di dunia ini dengan memulai: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan ...". Kemudian Dia berkenan melukiskan proses perkembangan kehidupan pada akhir ayat.

 

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ 

 

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (Al Hadid, 57/20)

 

Allah swt menjelaskan proses perkembangan kehidupan-kehidupan di dunia dengan ibarat tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang menakjubkan. Kemudian ia mengalami kekeringan. Kemudian ia mulai menguning. Kemudian ia mengalami kehancuran dan binasa. Inilah perumpamaan sederhana dari tujuan mereka yang kafir.

 

Itulah hakekat dari temporer, berbolak-balik, dan hina dina. Dan itulah proses perkembangan menuju liang lahat. "Kering, lalu menguning, dan kemudian binasa".

 

Kemudian apa tujuan kami !

 

TUJUAN KAMI

 

Keempat

 

Tujuan kami adalah tujuan wujud seluruhnya, bahkan ia lebih mahal daripada wujud itu sendiri, bahkan ia lebih indah dari kehidupan itu seluruhnya. Tujuan mereka fana, tujuan kami abadi. Tujuan mereka hina, tujuan kami agung. Hasil tujuan mereka memang cepat tetapi cepat lenyap, sedang tujuan kami memang lambat tetapi abadi.

 

Tujuan kami adalah Allah swt. Siapa yang lebih abadi dari Allah ?. Siapa yang lebih agung dari Allah ?. Siapa yang lebih mulia dari Allah ?. 

 

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ 

 

Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu. (Adz-Dzariyat, 51/50)

 

قَالَ هُمْ أُولَاءِ عَلَىٰ أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَىٰ 

 

Dia (Musa) berkata, “Itu mereka sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” (Thaha, 20/84)

 

Kelima

 

Tujuan menuju Allah ini kami agungkan, kami cintai lebih besar dari sekedar rasa takut. Dan kami takut sekali kepada-Nya dengan rasa takut yang mencegah dari bersikap untung-untungan serta lupa daratan, dan dalam waktu yang sama kami mengharap belasa kasih-Nya.

 

Adapun kecintaan kami kepada Allah swt adalah karena pengetahuan kami tentang Allah swt. Setiap kali pengetahuan kami bertambah setiap kali itu juga kecintaan kami bertambah. Dan kami mengenali Allah swt melalui asma dan sifat-sifat-Nya. Karena asma dan sifat-sifat-Nya memiliki kekuatan dan pengaruh yang dahsyat. Jika kami mencintai seseorang di dunia karena sifatnya yang pemurah, maka Allah adalah zat yang paling pemurah.

 

إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا

 

“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina (HR. Al-Hakim (I/48), dari Sahabat Sahl bin Sa’ad)

 

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Dia pemurah dan suka kepada kemurahan dan memberi kepada orang yang permurah apa yang tidak diberikan-Nya kepada yang lain". (HR Turmudzi)

 

Jika kami mencintai seseorang di dunia karena kebesarannya maka Allah Maha Besar dari segala yang besar. Begitulah seterusnya. Dengan mengamati asmaul husna yang kepada kami - dalam surat Al-A'raf 18- - menganjurkan kepada kepada kami menyeru dengan asma-Nya itu. Telah sampailah kami kepada kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

 

1. Asma Allah itu memberi sifat mutlak sedang asma yang dimiliki manusia bersifat nisbi. Asma Allah "Ar-Rahman dan Ar-Rahim, bahwa Allah memiliki sifat rahmah dan sifatnya itu adalah mutlak bagi Allah Rabbul alamin, sementara rahman manusia adalah nisbi. Rahman manusia terbatas sekali. Mungkin rahman manusia bisa meliputi keluarga atau sanak famili terdekatnya, namun bagaimanapun luasnya tidak akan mencapai seluruh wujud alam ini. Sedang rahmat Allah swr meliputi seluruh wujud alam ini. 

 

وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُ ۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ 

 

Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (Al A'raaf, 7/156)

 

Rahmat Allah tidak terbatas, tidak terikat, dan tidak nisbi tetapi ia mutlak dan meliputi segala sesuatu.

 

Seorang istri atau ibu ingin agar rahmatnya sampai kepada suami atau putranya, tetap ia tidak dapat menyampaikan hal tersebut karena suami atau puteranya itu diborgol di penjara musuh. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterikatan dan keterbatasan rahmat manusia. Sedang rahmat Allah akan masuk menerobos ikatan dan batas yang membentang di hadapan manusia.

 

Pada suatu hari seorang rekan saya melaksanakan ibadah shaum di penjara perang. Di dalam penjara itu ia tidak menemukan sesuatu selain siksa dan aniaya. Sebelum magrib ia dipanggil ke tempat penyiksaan. Ia menengadahkan wajah ke langit menantikan rahmat Allah tiba pada saat ia  berbuka shaum. Kemudia ia duduk di tempat penyiksaan itu dengan muka menghadap tembok seperti halnya saudara-saudaranya yang lain yang juga sedang menunggu giliran untuk disiksa.

 

Kemudian ia mendengar suara adzan sayup-sayup sampai ke dalam ruangan itu. Sekali lagi ia menengadahkan wajah ke langit. Namun ia berkata kepada dirinya sendiri yang sudah menjalani shaum selama dua puluh empat hari itu bahwa apakah mungkin ke tempat penyiksaan ini ada orang yang akan mebawa makanan untuknya berbuka ?. Apakah mungkin diperkenankan kepadanya walau seteguk air. Apakah mungkin ?. Apakah mungkin ?. Namun keyakinannya kepada Allah besar sekali dan pengharapannya terhadap rahmat-Nya adalah luas.

 

Tiba-tiba ia dikagetkan oleh seseorang yang meletakkan tangannya di pundaknya, dan bertanya kepadanya, "Apakah anda shaum ?". Ia bingung karena selama dua bulan penyiksaannya di penjara perang yang biadab ini belum pernah ada seorangpun yang bertanya dengan logat dan mimik muka seperti itu. Rekan-rekannya yang lain tidak ditanya dengan pertanyaan seperti itu. Kenapa hanya dia sendiri yang ditanya demikian ?. Padahal dia tidak memberitahu kepada siapapun bahwa ia shaum, dan tentu saja tidak akan ada orang yang mau berterus terang mengatakan hal ini (di dalam penjara perang). 

 

Ia berkata dalam hatinya bahwa ia shaum karena Allah, dan hanya Allah jualah yang akan melindunginya. Kemudian ia menjawab dengan tegas kepada si penanya, "Ya saya sedang shaum." Tiba-tiba tanpa diduga kemudian orang itu memberi sepiring makanan yang belum pernah diberikan selama ini di penjara perang, dan baru pertama ini selama ia disekap di penjara perang merasakan makanan seperti itu. Di atas piring makanan itu terdapat sebuah kurma besar sehingga buka shaum saat itu sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Maha Suci Engkau wahai Rabb-ku, alangkah besar kemurahan dan kasih sayang-Mu.

 

Sebenarnya kisah ini panjang sekali tetapi kami hanya mengutipnya sedikit untuk mengungkapkan bahwa rahmat Allah adalah tiada berhingga dan tiada terbatas.

 

مَّا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 

 

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Al Fathir, 35/2)

 

وَمِنْهُم مَّن يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ ۚ أَفَأَنتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ 

 

Dan di antara mereka ada yang mendengarkan engkau (Muhammad). Tetapi apakah engkau dapat menjadikan orang yang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti? (Yunus, 10/42)

 

Perumpamaan lain tentang ampunan dan maghfirah Allah swt adalah bahwa adakalanya manusia bisa memberi ampun kepada orang yang salah. Jika ia seorang yang lapang dada dan baik hati maka ia dapat menghapus kesalahan itu dari dalam hatinya. Tetapi ia tidak mungkin bersikap lebih dari pada itu, misalnya menganggap kesalahan orang pada dirinya itu sebagai suatu kebaikan, kepentingan, jasa baik, atau kemurahan hati. Lain halnya dengan ampunan Allah swt. 

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ 

 

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Az-Zumar, 39/53)

 

Sabda Rasulullah saw:

 

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ جَعْفَرٍ الْجَزَرِيِّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

 

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ja'far Al Jazari dari Yazid bin Al Asham dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.'"  (Shahih_Muslim/4936)

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا 

 

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisaa, 4/48)

 

وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا 

 

Dan barangsiapa bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al Furqon, 25/71)

 

Malah ampunan-Nya itu bisa menghapus semua kesalahan dan dosa seseorang untuk kemudian menggantikannya dengan timbunan kebaikan.

 

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا 

 

kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al Furqon, 25/70)

 

Asma serta sifat-sifat-Nya ini kami kutip dari Al-Qur'an. Meskipun jumlahnya banyak dan sekilas makna serta artinya ada yang saling kontroversil, namun semuanya melebur dan memiliki kebersamaan dalam zat Allah swt. Seseorang yang mempunyai sifat rahmat yang besar maka cenderung sifat galaknya kurang atau tidak terlihat. Tidak demikian dengan Allah Swt, Dia memiliki dua sifat yang berbeda itu dalam waktu yang sama, misalnya sifat rahmat dan pembalas. Dua sifat yang berlawanan namun masing-masing mutlak adanya. Dia-lah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Dia-lah pula yang Maha Pembalas, Maha Keras, dan Maha Kuat. Sifat-sifat ini masing-masing pada tempat dan posisinya, baik di dunia maupun di akhirat.

 

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ، وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ 

 

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (Al-Hijr, 15/49-50)

 

غَافِرِ الذَّنبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ 

 

"Yang mengampuni dosa dan menerima taubat, keras hukuman-Nya, yang mempunyai karunia, tiada Rabb selain Dia. Hanya kepada-Nyalah semua makhluk akan kembali" (Al-Mu'min, 40/3)

 

Manusia juga memiliki sifat-sifat tertentu seperti di atas walau sangat terbatas, ia tidak bisa mempersatukan sebagian besar dari sifat-sifat yang dimilikinya sekaligus. Hampir dapat dikatakan Mustahil atau dapat dikatakan bohong jika ada pengakuan yang demikian dari seseorang. Tetapi sifat-sifat llahi adalah hal yang lazim dan hak bagi Allah Swt.

 

Begitu juga tentang asmaul husna. Ada yang tidak mungkin disandang oleh manusia atau digunakan sebagai gelar karena sifatnya, misalkan Khallaq (pencipta), Razak (pemberi rizki), Mumiet (pemberi mati), Mutakabbir (sombong) dan lain-lainnya. Gelar di atas hanya jadi asma dan sifat Allah Swt!

 

Oleh karena itu jika kita mencintai seseorang karena sifat-sifat tertentunya, maka sifat itu sangat terbatas dan nisbi. Dan hanya Allah-lah yang memiliki sifat-sifat itu secara mutlak dan tidak terhingga.

 

3. Asma dan sifat-sifat-Nya ini selain memberi ruh ibadah kepada kita — merenung dan berdoa kepada-Nya — juga terdapat ibadah besar lainnya yang dapat mengangkat kita menuju martabat yang tidak pernah kita impi-impikan.

 

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

 

"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna tersebut dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya." (Al-A'raf, 7/180)

 

Sabda Rasulullah Saw :

 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

 

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat majelisnya denganku di hari kiamat kelak ialah orang yang paling baik akhlaknya." (HR. Turmudzi dari Jabir R.a, 1941)

 

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

 

"Sesungguhnya seorang mukmin itu berkat kebaikan dan akhlaknya bisa mencapai kelas orang yang shaum dan shalat." (HR. Abu Daud)

 

Siapakah yang mampu shaum sepanjang masa? Siapa yang mampu shalat malam selama-lamanya? Namun kita semua mampu berakhlak mulia dengan merenungi asma Allah dan sifat-sifat-Nya sambil berupaya mengambil apa yang bisa dipetik dan melakukan apa yang mungkin dikerjakan darinya, seperti sifat rahmat, kasih sayang, murah hati, jujur dan lain-lain.

 

Dengan melalui asma Allah dan sifat-sifat-Nya. Dengan melalui kebersamaan asma dan sifat tersebut dalam Rabbul alamin, dalam bentuknya yang mutlak seperti itu, maka... kami mencintai Allah dan Allah tujuan kami.

 

Kami juga mencintai Allah melalui penciptaan-Nya dalam bentuk makhluk, dalam bentuk jiwa, dan dalam bentuk semesta alam yang alangkah cantiknya, sempurna, dan lembut. Kelembutan karya Ilahi dalam qadha dan qadar-Nya. Seperti yang senantiasa kita lihat pada diri kita sendiri dan pada apa yang ada di sekitar kami; begitu pula terhadap sambutan-Nya kepada orang-orang yang sangat menderita bila berdoa kepada-Nya. Semua ini menjadi penyebab mengapa kami mencintai-Nya.

 

Keenam

 

Rasa cinta ini pun menghantarkan kami kepada hal-hal yang berikutnya, yaitu merenungi nikmat Allah yang telah terlimpah kepada kami, kemurahan rahmat-Nya yang melimpah ruah kepada kami baik siang maupun matam. Sedangkan kami senantiasa menentangnya dengan melakukan berbagai kemaksiatan.

 

Adapun nikmat terbesar dari Allah kepada kami itu ada tiga hal, yaitu nikmat Islam, nikmat iman, dan nikmat persaudaraan. Baru setelah ketiga nikmat itu kami menghitung nikmat-nikmat-Nya yang lain. Nikmat diadakan dari tiada atau dari nuthfah, dari air yang hina. Nikmat menghidupkan nuthfah ini, kemudian ïa jadikan alaqah, segumpal darah kemudian ïa jadikan segumpal daging, kemudian ıa jadikan tulang-belulang, kemudian tulang itu dibalut dengan daging. Begitu pula dengan nikmat pendengaran, penglihatan, dan kalbu. Nikmat penciptaan datam bentuk yang paling indah, tidak dijadikan-Nya makhluk yang merayap di tanah, tidak berkaki empat. Dan kenikmatan kelas yaitu diutamakan di atas semua makhluk-Nya!

 

Begitu Juga pemberian nikmat izin mengeksploitasi langit dan bumi, darat dan udara, dan lautan.... seluruh alam semesta

 

وَفِي الْأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ 

 

"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon-pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (Ar-Rad, 13/4)

 

وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ جَنَّاتٍ مَّعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۚ كُلُوا مِن ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ 

 

"Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila ia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yang berlebih-lebihan." (Al-An'am, 6/141)

 

أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۖ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ - 5:96

 

"Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan (makanan yang berasal) dari laut, sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan ; dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (kembali)." (Al-Maidah, 5/96)

 

 

أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ 

 

"Tidaklah mereka perhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman." (An'nahl, 16/79).

 

Kini jelaslah sudah bahwa nikmat Allah yang berupa pemberian makan dengan berbagai buah-buahan di musim dingin atau kemarau, dari berbagai binatang ternak, bangsa burung, dan lain-lain adalah besar dan banyak sekali!

 

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ - 14:34

 

"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidakkah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (lbrahim, 14/34)

 

Itulah kebaikan Allah, itulah nikmat yang diberikan-Nya, sedang apabila seorang manusia berbuat baik kepada manusia lainnya, baik dilakukan hanya sekali maupun lebih sudah melekat pada si penerima, dan kebaikan itu diingatnya serta dipuja dan dipujinya.

 

Tetapi kebaikan Allah Swt yang tiada terputus sekejap pun kepada manusia, yang senantiasa berulang setiap hari - ratusan sampai ribuan kali kenapa tidak membawa manusia untuk me- nyembah-Nya??? Adalah layak apabila pertama-tama Allah disembah dengan rasa cinta dan terima kasih. Dan siapa pula yang lebih layak berlaku demikian jika bukan dia seorang muslim yang sudah mengenal Allah. la esakan Dia dengan cinta dan terima kasih itu.

 

Ketujuh

 

Kemudian tibalah giliran terhadap apa yang dikatakan oleh sementara ulama bahwa manusia bisa terikat erat dengan manusia lain karena adanya kebersamaan dalam berbagai sifat walaupun ada-kalanya tidak dirasakan pada waktu mereka bergerak menyatu dalam kebersamaan itu. Demikianlah para ulama memahami sabda Rasulullah Saw:

 

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

 

"Ruh-ruh itu ibarat suatu pasukan yang dikerahkan bila satu sama lain saling berkenalan, maka ia akan menyatu dan apabila saling berselisih akan bertolak-belakang." (HR. Muttafaqun Alaih  - Muslim/477)

 

Dikatakan bahwa apabila manusia itu akhlaknya sudah meningkat tinggi yang bersumber dari asma dan sifat-sifat Allah Swt yang bisa ia petik dan amalkan, maka setiap kali ia akan merasakan bahwa dirinya bersama dengan Allah Swt dan lebih mencintainya sebanding dengan kadar kebersamaan itu. Sungguh hal di atas adalah suatu alasan yang layak diperhatikan.

 

Kedelapan

 

Kami juga merasa ngeri dan takut kepada tujuan kami. "Ya sesungguhnya Allah itu lebih layak kamu takuti".

 

Mungkin ada yang bertanya bahwa bagaimana mungkin dapat bertemu rasa cinta dengan rasa takut? Contohnya banyak, misalnya seorang anak yang mencintai ayahnya dalam waktu yang sama ia takut melakukan kesalahan yang akan menimbulkan kegusaran ayahnya. Atau seorang istri yang cinta suaminya, tetapi dalam waktu yang sama ia juga takut melakukan kesalahan dan selalu berharap mendapat kasih-sayang suaminya.

 

لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ ۖ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 

 

"Dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An-Nahl, 16/60)

 

Nah, jadi takut kepada Allah itu juga akan cinta kepada-Nya. Kepada-Nya harus dalam bentuk takut dan cinta yang setulusnya, dibanding dengan rasa takut dan cinta kepada yang lain. Karena Allah Swt memandang orang yang mempersamakan cintanya kepada yang lain sama dengan cintanya kepada Allah adalah musyrik.

 

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ - 2:165

 

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintai sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah; Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Al-Baqarah, 2/165)

 

Begitu pula halnya dengan rasa takut. Apabila rasa takut kita kepada Allah sama dengan rasa takut kepada selain Allah maka kita sudah tergelincir ke dalam kemusyrikan - naudzu billahi min dzalik –karena kami memberi penilaian kepada seorang hamba sesuai dengan petunjuk Rabbul 'ibad (Allah Swt) saja.

 

Begitu juga dengan iman yang tidak akan kami peroleh sebelum rasa takut kepada Allah melebihi rasa takut kami kepada semua makhluk-Nya.

 

أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَّكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُم بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ أَتَخْشَوْنَهُمْ ۚ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَوْهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ 

 

" Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang melanggar sumpah (janjinya), dan telah merencanakan untuk mengusir Rasul, dan mereka yang pertama kali memerangi kamu?. Mengapa kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (At-Taubah, 9/13)

 

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا 

 

"Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan." (Al-Ahzab, 33/39)

 

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ - فَانقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ - إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ 

 

"Orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada yang mengatakan: 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah kecintaan mereka dan mereka menjawab: 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (Orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (All Imran, 3/173-175)

 

Kesembilan

 

Apabila rasa takut kepada Allah telah bersemi dalam hati seorang mukmin maka hati akan mendapat beberapa manfaat, di antaranya:

 

1. Seseorang akan menjadi taqwa kepada Allah karena rasa takutnya sama seperti menjadi taqwa kepada Allah karena rasa cintanya. Rasa takut yang bersenyawa dengan rasa cinta itu akan mewujudkan suatu jenis ibadah yang bernilai tinggi bagi seseorang. Hal ini terjadi karena hati seseorang yang bergetar karena takutnya serta cintanya kepada Allah adalah merupakan tanda hati yang hidup penuh vitalitas, yang selalu bertindak bijak dan mengarahkan tindak tanduk dirinya untuk senantiasa sesuai dengan apa yang menimbulkan keridhaan-Nya. Dalam kondisi demikian Allah Swt tidak akan pernah menemukanmu hadir bergelimang dosa di gelanggang yang dilarang-Nya. Dan dia tidak akan pernah melihatmu absen dari pentas yang diperintahkan-Nya kepadamu.

 

2. Rasa takut dan cinta itu berdaya guna mematahkan semua rasa takut kepada selain Allah sehingga seorang Mukmin mampu tampil di setiap arena sebagai pemberani yang tabah. 

 

Itulah sikap yang nampak jelas dari kaum Mukminin di masa lalu. Kecintaan mereka kepada Allah dalam hatinya melebihi kecintaan mereka kepada dunia dan seisinnya. Dan takutnya kepada Allah dalam hatinya melebihi rasa takut mereka kepada selain Allah.

 

Lihatlah bagaimana beberapa orang tukang sihir Fir'aun bersikap ketika mereka berhadapan dengan tokoh yang paling zalim yang pernah dikenal dalam sejarah, dia berkata kepada mereka:

 

فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ 

 

"Akulah Rabb-mu yang paling tinggi." (An-Naziat,  79/24)

 

seraya mengancam mereka:

 

قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ 

 

" Dia (Fir‘aun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu sekalian dengan bersilang secara bertimpal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih sedih dan lebih kekal siksanya." (Thaha, 20/71)

 

Ternyata ancaman Fir'aun dan angkara murkanya itu tidak menakutkan dan menggetarkan mereka semua. Bahkan mereka menghadapinya dengan sikap yang tidak mungkin di dapati selain dilakukan oleh seorang mukmin. Mereka berkata:

 

إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ ۗ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ 

 

"Sesungguhnya kami beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal azab-Nya." (Thaha, 20/73)

 

Begitu juga Rasulullah Saw ketika gangguan Quraisy makin membuas dan ganas, sampai orang yang satu-satunya biasa membela Rasul ketika itu (Abu Thalib) datang memohon kepada beliau agar mengadakan kompromi dengan pihak Quraisy.

 

Rasulullah Saw menjawab dengan dibarengi linangan air mata karena tidak mungkin dapat menerima usul tersebut.

 

"Wahai paman, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwah ini, hingga Allah memenangkannya atau aku gugur membelanya, tidak akan aku menghentikannya."

 

Sikap para ulama pewaris Nabi terhadap masalah ini dapat dilihat di bawah ini:

 

Abu Hanifah. Beliau menolak diangkat menjadi hakim ketua dengan tujuan agar beliau tidak terlibat dalam kezaliman yang dilakukan pihak penguasa. Akibat sikapnya ini adalah beliau disiksa dan dianiaya hingga syahid.

 

Asy-Syafi'i. Beliau juga menghadapi gangguan dan rintangan yang cukup berat.

 

Imam Ahmad. Beliau berdiri tangguh menghadapi perangkap fitnah rezim, yaitu slogan Al-Qur'an itu makhluk atau kalamullah? Beliau tetap bertahan pada pendiriannya dan mengatakan apa yang diyakininya dengan benar dan tidak terperangkap terhadap dikte penguasa zalim. Karena tidak mau memberi pernyataan yang memuaskan hati sang rezim maka akhirnya beliau harus menerima risiko disiksa dan dianiaya.

 

Imam Malik. Beliau juga tidak luput dari penyiksaan dan penganiayaan. Bahkan karena penyiksaan dan penganiayaan itu tulang lehernya terlepas dari tulang bahunya, sehingga beliau tidak dapat melipat tangan ke dada pada waktu shalat. Beliau hanya bisa shalat dengan tangan terkulai sejajar tubuhnya, sampai-sampai pengikut beliau mengira hal tersebut sebagai sunnah. Padahal hal itu terjadi karena akibat dahsyatnya siksa yang beliau terima dari rezim.

 

Kemudian tiba giliran ulama lainnya setelah ulama-ulama di atas, yaitu:

 

Said bin Juber. Beliau berdiri tegas di hadapan rezim Hajjaj bin Yusuf. Beliau disiksa dan dianiaya dengan keji. Dan menjelang ajalnya tiba akibat penyiksaan ini beliau memohon kepada Allah Swt (karena kerasnya siksa yang beliau terima): "Ya Allah, janganlah sesudahku ini diberikan lagi kesempatan kepada Hajjaj untuk menyiksa seorangpun", Ternyata doa beliau terkabul dan Hajjaj meninggal tidak lama setelah syahidnya Said bin Juber. Dalam sakit menjelang meningalnya, Hajjaj selalu berkata: "Apa dosa yang dilakukan Said bin Juber sehingga aku menyiksanya".

 

Abu Hazim. Beliau adalah seorang ahli fiqih di Madinah. Ketika Abdul Malik bin Marwan menduduki singgasana kerajaan maka datanglah tokoh masyarakat berbondong-bondong untuk menyatakan kebulatan tekad mendukung Abdul Malik. Namun tidak demikian halnya dengan ahli fiqih dari Madinah ini. la tidak mau datang menyatakan kebulatan tekad seperti yang lain. Kemudian Abdul Malik mengirim utusannya untuk bertanya kepada Abu Hazim.

Utusan: "Kenapa kamu tidak datang (menyatakan kebulatan tekad)?"

Abu Hazim : "Saya tidak membutuhkanmu!" 

Utusan: "Kenapa kita tidak senang terhadap kematian?"

Abu Hazim : "Karena kalian menghancurkan akhirat kalian dan membangun dunia kalian, oleh karena itu tentu kalian tidak mau pindah dari daerah "kejayaan" menuju daerah penghancur-leburanmu."

Utusan: "Bagaimana kedudukan saya di sisi Allah?"

Abu Hazim : "Tanyakan pada dirimu, dimanakah posisimu dalam Firman Allah Swt.

 

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ - وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ 

 

"Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam sorga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka." (Al-Infithar, 84/13-14)

 

Begitu juga dalam hadits terdapat banyak contoh kepahlawanan yang layak diteladani seperti di atas.

 

Renungkan juga apa yang dikatakan:

- Marwan Hadid kepada pembunuhnya di Syiria?

- Karim Al-Anadlul kepada yang mengeksekusi-nya?

- Juga... Sayid Qutb, Hasan Al-Banna?

 

Kesepuluh

 

Manfaat ketiga dari ketaqwaan hati kepada Allah adalah akan mengantarkan pemiliknya ke sorga yang luasnya seluas langit dan bumi. Hati yang taqwa ini membimbingnya dalam mencari jalan keluar dari setiap permasalahan, dan ia mendapat rizki Allah dari jalan yang tidak diduga-duga sebelumnya.

 

Sedangkan sorga adalah ketetapan dan janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Jadi kesimpulannya adalah bahwa rasa takut kepada Allah itu menumbuhkan ketaqwaan. Dan sorga itu dijanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa.

 

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ 

 

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (All Imran, 3/133).

 

Kesebelas

 

Adapun di dunia ini, Allah Swt memberi pahala ketaqwaan dengan dua hal.

 

... ۚ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا - وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا 

 

"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq, 65/2-3)

 

Dalam kisah tiga pemuda yang terperangkap dalam gua karena tiba-tiba pintunya tertutup sendiri adalah merupakan bukti dari hal yang pertama (HR As-Sittah, Mutafaqun alaih). Sedangkan kisah Nabi Musa AS dengan kedua putri Nabi Syu'aib As merupakan bukti dari hal yang kedua.

 

فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ - فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ - قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ - قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ ۖ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ 

 

"Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian ia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: 'Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku'. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: 'Sesungguhnya bapakku memanggil Anda agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami'. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan padanya cerita (mengenai dirinya). Syu'aib berkata: 'Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang zalim itu'. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: 'Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya'. Berkatalah dia (Syu'aib): 'Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku itu, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik'." (Al-Qashash 24-27)

 

Dan dalam kisah saudara kita yang shaum dalam Penjara Perang itu, juga merupakan lukisan imbalan ketaqwaan kepada Allah Swt di suatu tempat yang tidak ada di sana kecuali penyiksaan dan penganiayaan. Kemudian sesudah dia duduk menghadapkan wajahnya ke tembok penjara, menanti giliran penyiksaan, tiba-tiba tangan yang semula diperkirakan akan memberi siksaan justru malah menyuguhkan sepiring makanan lezat dengan sebuah kurma di atasnya.

 

Hal itu tidak bisa diartikan lain selain karena kekuasaan Allah Swt, karena rahmat-Nya, dan karena nilai ketaqwaan orang yang melakukannya.

 

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

 

"Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya (sendiri), kecuali ibadah shaum, itu untuk-Ku dan Aku akan mengganjarnya. dan Aku lah yang membalasnya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah dari pada harumnya minyak wangi (HR. Bukhari/5472 dan Muslim)

 

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا - وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya." (Ath-Thalaq 2-3)

 

Keduabelas

 

Namun bagaimana caranya menumbuhkan rasa takut kepada Allah Swt?

 

1. Pertama-tama kami menumbuhkan rasa takut kepada-Nya melalui merenung dan menghayati asma dan sifat-sifat-Nya. Kami temukan salah satu di antaranya adalah: asma Ar-Rahman dengan sifat Ar-Rahman (pemberi rahmat), asma Al-Muntaqim (pembalas), Al-Jabbar (maha kuat) dengan sifat Al- Intiqam (Pembalas) dan Al-Jabarut (maha kuat).

 

2.Kami juga menumbuhkan rasa takut itu dengan cara mengingat tindakan dan sikap-Nya, misalnya dengan mengingat bagaimana Dia menghukum orang-orang zalim, seperti dalam sabda Rasullullah Saw.

 

"Sungguh Allah melepas bebas orang-orang zalim untuk beraksi, namun apabila Dia sudah menangkapnya maka tidak akan dilepaskan-Nya lagi." (HR Bukhari, Muslim, dan At-Turmudzi).

 

Kami juga mengingat bagaimana Dia menghukum bangsa-bangsa dan berbagai negara, seperti dalam firman-Nya.

 

وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُّكْرًا 

 

"Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Rabb mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan." (Thalaq, 65/8)

 

وَتِلْكَ الْقُرَىٰ أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِدًا 

 

"Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka." (Al-Kahfi,  18/59)

 

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚوَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ 

 

"Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (Al-Ankabut, 21/40)

 

3. Kami juga menumbuhkan rasa takut itu dengan mengingat siksanya.

 

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ - وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ 

 

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (Al-Hijr, 15/49-50)

 

Dimulai dari siksa kubur yaitu liang yang bisa merupakan salah satu liang api neraka dan juga bisa merupakan liang penghantar menuju sorga; dan juga jelas merupakan jalan pintas menuju hari kiamat.

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ - يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُم بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ 

 

"Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya, dan gugurlah kandungan segala wanita hamil, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya." (Al-Hajj, 22/1-2)

 

Persimpangan jalan itu adalah persimpangan yang menuju pada kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak seseorang.

 

يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

 

"Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam sorga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zukhruf, 43/71)

 

Atau persimpangan yang menuju kepada api neraka:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

 

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim, 66/6)

 

Dengan merenungi dan menghayati hal seperti di atas maka hendaklah kita menjadi takut kepada Allah Swt. Dia Maha Suci atas segala-galanya, Yang Maha Melihat segala sesuatu, dan yang Gagah yang tidak bisa ditundukkan baik di bumi maupun di langit.

 

Ketigabelas

 

Dan kami mengharapkan dari tujuan kami itu adalah ampunan dan rahmat Allah Swt, dan kami panjatkan husnudhan (persangkaan baik) dengan sepenuh hati akan kemurahan-Nya. Apabila seorang hamba berharap dari Rabb-nya, maka harapan itu larut dalam rasa cintanya, kemudian ia bersama semua rasa takutnya akan menerawang langit menuju ufuk tinggi. Maka telah sempurnalah unsur-unsur peribadatannya kepada Allah Rabbul 'alamin. Peribadatan kalbu dan kepatuhan jiwa raga kepada Khaliqnya, yang mampu membolak-balikannya dan memeliharanya.

 

Alangkah tepat lukisan Ibnul Qoyim ketika beliau mentamsilkan peribadatan itu seperti seekor burung. "Kepalanya cinta kepada Allah Swt, kedua sayapnya takut kepada-Nya, dan senantiasa berharap belas kasih-Nya".

 

Dalam Al-Qur'anul Karim ditegaskan:

 

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ 

 

"Mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap." (As-Sajadah 16)

 

Ingatlah doa itu otaknya ibadah!

 

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ 

 

"Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan merekalah orang-orang yang khusyu' kepada kami." (AI-Anbiya 90)

 

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ - وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ 

 

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (Al-Hijr 49-50)

 

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

 

"Aku selaras dengan baik sangka hamba-Ku kepada-Ku." (HR Asy-Syaikhan, Bukhari/6951 dari Abu Hurairah, Hadits Qudsi).

 

Keempatbelas

 

Sikap ini pada hakekatnya merupakan salah satu ibadah kalbu sekaligus suatu pengakuan terhadap kekuasaan penciptaan Allah yang tidak terhingga. Tidak ada sesuatupun yang tidak bisa dilakukan-Nya baik di bumi maupun di langit. Dia pencipta hukum dan berada di atas hukum tersebut. 

 

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ 

 

"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (Al-Anbiya,  21/23)

 

Dia-lah yang menciptakan hukum bahwa api itu membakar, tetapi Dia juga yang mampu membatalkan hukum itu bila dikehendaki-Nya. Seperti dalam Firman-Nya:

 

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ 

 

"Kami berfirman: 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (Al-Anbiya 69)

 

Selain daripada itu Dia juga melimpahkan banyak harapan ke dalam hati orang yang dirundung cemas dan putus asa, dan dalam kondisi duka lainnya. Semuanya ini untuk menyadari makna firman-Nya:

 

حَتَّىٰ إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَن نَّشَاءُ ۖ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ 

 

"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa." (Yusuf, 12/110)

 

Kelimabelas

 

Rasa cinta, takut, dan penuh harap merupakan landasan dasar perasaan seorang Mukmin yang memadati kalbunya untuk mencapai tujuannya, yaitu tercurah kepada Allah. Jika belum demikian maka sebelum melakukan segala-galanya haruslah hati itu diisi lebih dahulu. Sebelum karya hati dimulai maka hati harus diisi ilmu mengenal Allah Swt, melalui asma dan sifat-sifat-Nya. Dan berbarengan dengan ketiga perasaan di atas itu, harus disertakan juga perasaan-perasaan lain-nya, seperti tawakal kepada Allah, mohon perlindungan-Nya, membangkitkan rasa ngeri hatinya apabila terdengar asma-Nya disebut orang, senantiasa mempertebal imannya bila mendengar firman-Nya.

 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ 

 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakal." (Al-Anfal, 8/2)

 

No comments:

Post a Comment