Monday, November 3, 2025

Pilar-pilar Rumah Tangga Muslim

 

Tujuan Kognitif

  1. Menjelaskan urgensi memperhatikan wanita sebagaimana perhatian pada pria
  2. Menjelaskan urgensi membangun keluarga muslimah
  3. Menjelaskan bahwa membangun keluarga muslim adalah langkah kedua, setelah perbaikan diri.
  4. Menyebutkan dengan singkat ciri-ciri keluarga muslim
  5. Menyebutkan prinsip-prinsip pemilihan isteri
  6. Menjelaskan prisnsip-prinsip penegakan keluarga muslimah
  7. Menghadirkan dalil/bukti bahwa menikah adalah ibadah, amanah, dan tanggung jawab laki-laki
  8. Menjelaskan misi keluarga dalam Islam
  9. Menetapkan rumah tangga muslim sebagai manhaj amal islami
  10. Menetapkan dasar pembentukan keluarga mulimah teladan dan hakikat pasangan bahagia
  11. Menyebutkan beberapa taushiyah umum yang berkaitan dengan keluarga muslim (bangunan, perabotan, pakaian, makan minum, alat ukur/cara pandang.....)
  12. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh ayah teladan
  13. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh ibu teladan
  14. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan anak- anak teladan

 

Muatan Ilmiah

Kita tidak boleh memperhatikan laki-laki dan mengabaikan wanita. Memperhatikan pemuda dan mengabaikan para gadis. Wanita adalah separoh masyarakat dan pencetak laki-laki. Seorang (akh) muslim jika tidak memiliki saudari (ukht) muslimah yang mampu melaksanakan pekerjaan rumah, maka akan mengharuskannya untuk menikah dengan gadis muslimah mana saja. Ia bisa gagal hidupnya atau berhenti dalam perjalanan dakwahnya.

Demikianlah jika kita mengabaikan penyiapan para akhawat muslimah, kita telah menghadapkan para pemuda muslim ke pintu kesia-siaan. Kemudian keluarga muslimah yang dibangun di atas taqwa adalah pondasi pembangunan negeri yang menjadi impian. Keluarga yang akan melahirkan generasi masa depan yang mampu meneruskan perjalanan dakwah dan memikul amanah.

Keharusan untuk memberikan perhatian kepada anak-anak dan pemuda dalam setiap marhalah (fase) usia mereka sehingga tumbuh di atas disiplin beragama yang benar dan persiapan yang layak untuk menjadi pemandu yang kokoh khususnya bagi generasi masa kini. Untuk itu peran utama kita sangat besar dan berkelanjutan sampai generasi berikut. Tidak memperhatikan satu generasi dari generasi yang ada akan terjadi ketidak sinambungan dan mengarah kepada bahaya besar. Sebagaimana keharusan untuk memperbaiki diri, mengajak orang lain yang menjadi kewajiban asasi setiap muslim dan muslimah, ada kewajiban ketiga yang tidak kalah urgensinya adalah penegakan keluarga muslim. Sebagaimana profil kepribadian muslim adalah sosok aqidah, maka menjadi keharusan untuk mempersiapkannya agar menjadi model yang benar dan teladan mumpuni. Maka alangkah besar kebutuhan kita untuk memiliki keluarga muslim yang menjadi teladan, sebagai pilar kuat membangun masyarakat muslim. Keluarga memiliki peran kritis dalam menentukan kuat lemahnya masyarakat. Sebab keluarga adalah persemaian atau ruang tarbiyah anak-anak, membentuk mereka pada masa pembentukan dan persiapan. Keluarga memiliki pengaruh bentukan yang sangat dominan dalam kepribadian anak yang akan melekat sepanjang hidupnya.

Sungguh benar Rasulullah saw ketika bersabda:

Setiap bayi yang dilahirkan berada dalam fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi.”

Berbicara tentang penegakan rumah tangga/keluarga muslim tidak cukup dengan sekilas, akan tetapi harus merujuk kepada apa yang pernah ditulis tentang keluarga, baik berupa karangan dan kajian. Namun dengan mengharap manfaat tulisan ini kami hanya bisa mengungkapkan rambu-rambu dan arahnya.

Pemilihan yang Baik

Seorang akh dan ukht yang kami ajak untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain, harus mencari pasangan, yang tidak hanya sebagai pasangan suami isteri. Agar membangun keluarga muslimah di atas pilar taqwa sejak pertama melangkah, maka seorang akh harus memilih ukht dzatuddin (disiplin beragama) yang memahami perannya dalam hidup ini, sehingga menjadi pendukung terbaik bagi dakwah, membantu dan mengingatkannya jika ia lupa, memotifasi dan tidak membuat frustasi, menjaga amanahnya ketika ia tiada meski dalam waktu yang lama, menumbuhkan anak-anaknya dengan pertumbuhan yang islami. Demikian juga al ukht, agar selektif tidak menerima begitu saja calon suami kecuali pemilik aqidah yang bertaqwa kepada Allah, dan mampu membantunya mentaati Allah dan menggapai ridha-Nya.

Sunnah Rasulullah saw mengantarkan kita dalam hal ini dengan bersabda:

Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, statusnya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, maka kamu akan peroleh keuntungan.”

Sebagaimana Rasulullah saw tidak menyetujui wali seorang wanita yang menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukainya. Hal ini memberikan hak pilih kepada setiap al ukht tentang calon suaminya.

Komitmen Dengan Aturan Islam

Dan yang kami harapkan adalah agar aturan dan nilai-nilai Islam dapat kembali dominan dalam setiap fase pembentukan keluarga muslim, sejak dari khitbah, akad nikah, penyiapan rumah, walimah, dst jauh dari adat dan kebiasaan yang destruktif, baik dari tradisi klasik maupun yang diimport dan bertentangan dengan syariat Islam, atau hal-hal lain yang menjadi sandungan dalam pross pernikahan, bisa berupa hal hal yang mengurangi kesempurnaannya. Mengapa akad nikah tidak kita lakukan di masjid, dalam suasana bersih, jauh dari beraneka tradisi yang sering menyertai momentum ini, berlebihan dan prilaku lain yang menyimpang dari syariah Islam.

Boleh jadi hal ini akan ditolak orang hari ini, sebagaimana penolakan terhadap busana muslim, akan tetapi dengan seringnya kita melakukannya, maka pernikahan di masjid akan diterima sebagaimana diterimanya busana muslim. Sesungguhnya inilah pertarungan antara kemuliaan dan kehinaan. Dan jika kita komitmen dengan kemuliaan dan nilai nilai Islam, kita akan mampu menampilkan kepribadian kita yang Islami.

Kasih Sayang

Jika telah usai pemilihan pasangan di atas prinsip agama, dan langkah berikutnya telah dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, maka kita telah memulai membangun rumah tangga muslim di atas pondasi yang kokoh, yang akan menampilkan stabilitas, kebahagiaan, hakiki yang banyak dicari keluarga hari ini.

Kebahagiaan tidak akan datang dari luar hati, tidak akan dihadirkan oleh kekayaan, rumah tinggal, pakaian, dan perabotan; akan tetapi datang dari dalam jiwa karena taqwa kepada Allah, Yang Maha Pemberi kebahagian, kasih sayang. Maha Benar Allah Yang berfirman:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” ― (QS. Ar Rum: 21)

Aku tak melihat kebahagian itu dalam tumpukan kekayaan, akan tetapi ketaqwaan itulah kebahagiaan.”

Kasih Sayang Suami Isteri dalam Al Quran dan As-Sunnah

Allah berfirman:

Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya Aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan". (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum". Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya) [2].” ( QS. Shaad: 41-44)

[2] nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya dan dia memohon pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah Kemudian memperkenankan doanya dan memerintahkan agar dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati perintah itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah dia dari penyakitnya dan dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia akan memukul isterinya bilamana sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu dia masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada isterinya sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar dia dapat memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya yaitu memukulnya dengan dengan seikat rumput.

Dari Abu Hurairah ra –dari Nabi saw bersabda: “Ketika Nabi Ayyub mandi dengan telanjang tiba-tiba berjatuhan belalang dari emas, lalu ia kumpulkan belalang itu dengan bajunya. Lalu Rabbnya menyeru: “Wahai Ayyub tidakkah telah Aku berikan kekayaan kepadamu melebihi apa yang engkau lihat sekarang? Nabi Ayyub menjawab: ―Betul Ya Rabb, akan tetapi aku tidak akan pernah merasa cukup dari berkah-Mu.” HR Al Bukhari.

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Tidak ada hadits yang kuat menurut Al Bukhari tentang kisah Nabi Ayyub, maka cukup dengan hadits ini yang memenuhi syaratnya. Dan yang paling shahih dalam kisah Ayyub as adalah yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Juraij dan disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim.

Dari Anas ra: Bahwasannya Nabi Ayyub as diuji Allah selama sepuluh tahun, sehingga ia ditolak oleh semua orang yang dekat maupun yang jauh, kecuali dua orang saudaranya, yang membesoknya setiap pagi dan petang. Berkata salah satunya kepada yang lainnya: “Sungguh Nabi Ayyub telah melakukan dosa besar; jika tidak karena dosa itu tentu ia telah keluar dari ujian ini. Ucapan ini kemudian disampaikan oleh salah satunya tadi kepada Nabi Ayyub. Nabi Ayyub bersedih dan berdo‘a kepada Allah saat itu. Lalu ia keluar untuk hajatnya, isterinya menuntunnya dengan memegang tangannya. Ketika Nabi Ayyub sudah selesai dari hajatnya, wanita itu terlambat menjemputnya. Allah swt memberikan wahyu kepadanya agar ia menggerakkan kakinya; Nabi Ayyub hentakkan kakinya ke tanah dan keluarlah mata air, ia mandi dengan air itu dan seketika kembali sehat. Kemudian datanglah isterinya menjemput, tetapi tidak mengenalinya, wanita itu bertanya kepadanya: Di mana Nabi Ayyub? Ia menjawab: Saya ini Ayyub….

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Abdullah ibnu Ubaid, ibnu Umair seperti hadits Anas, dan di akhirnya berkata: Lalu Nabi Ayyub bersujud dan berkata:

Demi Kemuliaan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Engkau sembuhkan aku, lalu Allah menyembuhkannya. Dan menurut Adh Dhahhak dari Ibnu Abbas ra. Allah swt mengembalikan masa muda isterinya sehingga dapat melahirkan duapuluh sembilan anak laki laki. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Wahb bin Munabbih dan Muhammad bin Ishaq dalam permulaan kisah yang panjang sekali, dan kesimpulannya adalah bahwa: Ada …”

Hilal Bin Umayyah dan Isterinya

Isteri Hilal bin Umayyah dengan setia melayani suaminya sejak ia dikucilkan bersama dengan tiga orang yang tidak ikut berangkat ke perang Tabuk, akan tetapi mereka bertiga ini jujur, tidak bikin sumpah dan membuat alasan dusta. Rasulullah membiarkannya dan menunda urusannya sehingga datang keputusan Allah.

Dari Ka‘b bin Malik ra berkata: ….dan Rasulullah saw melarang kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga yang tidak ikut serta bersama Nabi. Orang-orang menjauhi kami dan berubah wajahnya pada kami, sehingga dalam diriku bumi ini terasa bukan yang biasa kami tempati. Keadaan ini kami alami selama lima puluh malam…bahkan ketika sudah melewati empat puluh malam dari lima puluh itu, tiba-tiba utusan Rasulullah saw mendatangi kami dan berkata: ―Sesungguhnya Rasulullah saw memerintahkanmu untuk menjauhkan diri dari isterimu. Aku bertanya: ―Aku ceraikan atau apa yang harus aku lakukan? Ia menjawab: Tidak, hanya jauhi dia dan jangan kau dekati. Utusan itu menemui dua orang sahabatku seperti itu. Maka aku katakan kepada isteriku:―Pulanglah kamu kepada keluargamu, beradalah di sana, sehingga Allah memutuskan masalah ini. Ka‘b berkata: ―Maka datanglah isteri Hilal bin Umayyah menghadap Rasulullah saw, berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah orang tua yang sudah tidak berdaya, ia tidak memiliki pembantu, apakah engkau tidak memperbolehkan aku melayaninya? Rasulullah menjawab: Tidak, hanya jangan sampai ia mendekatimu (berhubungan suami isteri, red.). isteri Hilal menjawab: ―Sesungguhnya Demi Allah, ia tidak lagi punya gairah apapun. Demi Allah, dia tidak berhenti menangis sejak masalahnya diputuskan sampai hari ini.... HR Al Bukhari dan Muslim.

Beberapa Hikmah Ulama Tentang Timbal Balik Kasih Sayang Antara Suami Isteri

a. Bersabar Ketika Suami Sedang Kesulitan

Ibnul Qayyim berkata: mereka berkata: “Allah swt mewajibkan kepada pengemban kebenaran untuk senantiasa bersabar atas suami yang sedang kesulitan, dan memotivasinya untuk bersedekah dengan tidak meminta haknya, dan selain dua hal ini termasuk kelewatan tidak dibolehkan bagi suami.”

Kami katakan kepada wanita ini (yang suaminya sedang kesulitan) sebagaimana yang pernah Allah firmankan: Kamu tunggu sampai ia mampu, kamu bersedekah. Tidak ada hak suami selain keduanya. Sedangkan yang dibutuhkan oleh prinsip syari‘ah dan kaidahnya dalam hal ini adalah bahwa seorang laki-laki ketika memperdaya wanita bahwa ia punya harta. Lalu wanita itu menikah dengannya, dan ternyata kemudian terungkap bahwa ia orang yang tidak punya apa-apa, atau memiliki harta tidak mau memberi nafkah kepada isterinya, dan wanita itu tidak dapat mengambil apa yang ia butuhkan dari suaminya, langsung atau melalui hakim, maka ia boleh membatalkan nikahnya. Namun jika wanita itu menikah dengannya dan tahu kondisi sulitnya sejak semula, atau semula kaya lalu tertimpa sesuatu sehingga jatuh miskin, maka ia tidak boleh membatalkan nikahnya. Dan banyak orang yang tertimpa kesulitan ekonomi setelah semula mudah, akan tetapi tidak mengadukan suaminya kepada hakim untuk dipisahkan antar mereka. Wallahu a‘lam

b. Bersabar Ketika Isteri Sakit

Ibnul Qayyim berkata: Para ulama mengatakan: Jika wanita tidak menyenangkan suaminya karena sakit berkepanjangan, tidak mampu berhubungan suami isteri, suami tidak berkesempatan untuk membatalkan pernikahan, bahkan ia wajib menafakhinya dengan penuh meskipun isterinya tidak dapat berhubungan badan.

Ini artinya bahwa di antara makna kasih sayang adalah toleran ketika mendapatkan sebagian hak bersama, seperti hak berhubungan seks dan nafkah tidak dapat dipenuhi secara penuh.

c. Merealisasikan Ibadah yang Universal

Risalah kita dalam hidup ini adalah ibadah menyembah Allah, dan kita harus mengusahakan seluruh urusan hidup kita ini adalah mendekatkan diri kepada Allah, memohon pertolongan Nya untuk dapat menyembah dan mentaati-Nya. Makan, minum, olah raga, belajar, bekerja, menikah, mendidik anak semuanya adalah ibadah dan taqarrub kepada Allah, kita usahakan agar semua itu mendapatkan ridha Allah dan menjauhi apa yang Allah murkai. Setiap akh dan ukht hendaklah menjadikan pernikahannya adalah ibadah yang keduanya mengharap balasan dan ridha Allah swt.

Dari itulah menjadi keharusan kedua belah fihak untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan, mulai dari adab, rambu-rambu, hak dan kewajiban, serta bersemangat untuk menegakkan kewajiban ini, komitmen dengan adab dan bekerja sama untuk kebaikan, ketakwaan dan mentaati Allah dalam pernikahannya.

Sungguh benar Rasulullah saw yang bersabda:

Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari, lalu ia shalat dan membangunkan isterinya. Jika isterinya tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di malam hari lalu shalat, dan membangunkan suaminya, jika tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya.” ( HR Abu Daud dengan sanad shahih.)

d. Saling Tsiqah/Percaya

Tatkala saling percaya antara suami isteri terpenuhi maka kebahagiaan ketenteraman jiwa akan terwujud, tidak ada prasangka, dan praduga, tidak pula mendengarkan berita-berita burung penuh dusta. Hal ini tidak akan terwujud kecuali dalam naungan taqwa, dan muraqabatullah (pengawasan Allah) dalam sembunyi maupun nyata, dalam ada dan tiada (suami) sehingga suami merasa tenang, dan tsiqah bahwa isterinya hanya unutk dirinya dan mampu menjaga diri meski ditinggalkan dalam waktu yang lama. Isteri juga merasa bahwa suaminya hanya untuk dia saja. Dalam naungan tsiqah inilah keduanya tidak akan memberikan jalan bagi syetan ,jin dan manusia memasukinya.

Di antara hal penting yang harus diperhatikan pasangan suami isteri adalah masing-masing tsiqah bahwa pernikahan yang dibangun di atas prasangka dan cemburu mustahil dapat bertahan lama, atau menenangkan hati keduanya. Karena seorang mukmin laki-laki dan wanita wajib memilih yang beragama sebelum pernikahan dilangsungkan. Wanita memilih orang yang beriman dan berakhlak.

Sabda Nabi:

Maka pilihlah yang beragama, maka kamu akan beruntung.”

Jika telah datang kepadamu orang yang engkau ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia.”

Ketika pondasi kokoh, dan pilarnya kuat, keluarga terhormat, iman yang meramaikan hati, maka ketenangan akan datang, kejujuran akan bersemayam, buruk sangka akan sirna, hidup bahagia, dan keluarga akan memainkan peran utama dan kehidupan.

Syariah Mendorong Tsiqah, Menjauhi Buruk Sangka Antara Suami Isteri

Dari Jabir bin Abdillah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jika salah seorang diantaramu telah lama tiada, maka janganlah mengetuk pintunya malam hari. (Imam Muslim menambahkan: mengkhianati atau mencari cari kesalahannya).” HR Al Bukahri dan Muslim.

Dari Jabir bin Atik bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Cemburu itu ada yang dicintai Allah dan ada pula yang dibenci Allah. Cemburu yang dicintai adalah keraguan, dan yang dibenci Allah adalah selainnya. ( HR Abu Daud)

Sungguh tepat Rasulullah saw. Sebab fenomena tsiqah dan husnuzhzhan adalah membatasi cemburu hanya pada meragukan saja. Sedangkan cemburu di luar wilayah meragukan ini berarti kehilangan tsiqah dan dominasi su‘uzhzhan. Tsiqah dari salah seorang pasangan akan menambah kejujuran, memelihara janji di fihak lain.

Tips Praktis Kewajiban Husnuzhan

Dari Sisi Suami

Dari Abu Hurairah ra , bahwasannya seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah saw dan berkata: “Sesungguhnya isteriku telah melahirkan bayi laki-laki hitam, akan tidak mengakuinya. Rasulullah bertanya kepadanya: Apakah kamu punya onta? Ia menjawab: Punya. Tanya Nabi: Apa warnanya? Ia jawab: merah. Tanya Nabi: Apakah ada yang berwarna kehitam –hitaman. Jawabnya: Ada. Tanya Nabi: menurutmu dari mana datangnya warna kehitam-hitaman itu. Jawabnya: dari keturunanya. Sabda Nabi: barangkali ini juga keturunan bawaan. Rasulullah tidak memberikan peluang baginya untuk cuci tangan.” HR Al Bukhari dan Muslim

Dari Abu Said Al Khudzriy berkata: Di rumah ini pernah ada seorang anak muda yang baru saja melangsungkan pernikahan. Kemudian kami berangkat ke Khandaq bersama Rasulullah saw. Anak muda itu meminta izin kepada Rasulullah saw pulang ke rumahnya di tengah hari. Rasulullah mengizinkannya pada hari itu dan mengatakan kepadanya: Bawalah senjatamu, karena sesungguhnya aku khawatir atas dirimu dari gangguan Bani Quraizhah. Anak muda itu mengambil senjatanya kemudian pulang ke rumahnya. Ia dapati isterinya berdiri di depan pintu. Anak muda itu cemburu dan hendak melepaskan anak panahnya ke arah isterinya itu. Isterinya berkata: Tahan anak panahmu dan masuklah ke dalam rumah, sehingga engkau tahu apa yang menyebabkan aku keluar. Anak muda itu masuk dan didapatiya sesekor ular melingkar di atas tempat tidurnya, lalu ular itu ia panah dengan anak panahnya... (HR Muslim)

Dari Pihak Isteri

Dari Aisyah ra berkata: Pada malamku bersama dengan Nabi Muhammad saw di sisiku, ia ke tampat tidurnya ia letakkan selendangnya, ia lepaskan alas kakinya diletakkan di sisi kedua kakinya, ia hamparkan kainnya di atas tempat tidurnya lalu berbaring, tidak lama setelah mengira aku telah tidur, ia ambil selendangnya dan memakai alas kakinya pelan-pelan, dan membuka pintu lalu keluar, dan menutupnya pelan-pelan. Lalu aku pakai pakaianku di kepalaku, aku pakai penutup kepala, aku pakai kain sarungku, aku segera berangkat menyusul Rasulullah saw sehingga sampai di Baqi, Rasulullah berdiri lama, lalu ia angkat kedua tangannya tiga kali, lalu berbalik dan aku berbalik, aku percepat,Nabi percepat langkahnya, dan aku lebih cepat lagi, Nabi lebih mempercepat lagi dan aku lebih percepat lagi, sehingga aku bisa mendahuluinya, aku masuk rumah, belum sempat aku berbaring Nabi sudah datang dan bertanya: Ada apa engkau Hai Aisya bimbang dan jalan secepat itu. Jawabku: Tidak ada apa-apa. Kata Nabi: Sungguh engkau yang akan memberitahukanku atau Yang Maha Lembut dan Maha Memberitahukan yang akan memberitahuku. Aku berkata: Ya Rasulullah, demi ayah ibuku, lalu aku ceritakan kepadanya. Nabi bertanya: Engkaukah yang seperti bayangan hitam di depanku? Jawabku: Betul, sungguh telah terjadi tekanan di dadaku yang mengagetkanku. Nabi bertanya lagi: Apakah engkau menyangka bahwa Allah dan Rasul-Nya akan berbuat tidak adil kepadamu (memberikan jatah mabitnya untuk yang lain). Jawabku: Serapih apapun manusia menyembunyikan, pasti Allah mengetahuinya. Betul. Nabi bersabda: Sesungguhnya Jibril menemuiku, lalu menemuiku, aku jauhkan ia darimu, aku menemuinya jauh darimu, sebab ia (Jibril) tidak mau masuk pada saat engkau telah menanggalkan pakaianmu. Aku kira tadi kamu sudah tidur, sehingga aku tidak ingin membangunkanmu, dan aku tidak mau kamu ketakutan dalam kegelapan malam. Lalu Nabi bersabda: Sesungguhnya Rabb mu menyuruhku mendatangi ahli Baqi, memintakan ampunan bagi mereka. Aku bertanya: Bagaimana aku memintakan ampunan bagi mereka? Sabda Nabi: Ucapkan:

Salam atas penghuni rumah, dari orang-orang beriman dan kaum muslimin, semoga Allah merahmati yang telah mendahului kami dan yang akan menyusul, dan sesungguhnya Insyaallah kami akan menyusul. HR Muslim

Dan terakhir, diantara keharusan saling husnuzhzhan antara suami isteri adalah: menjauhkan diri dari mengungkit-ungkit masa lalu, yang berupa kesalahan sekecil apapun. Karena Allah swt telah memerintahkan untuk menutupi, seseorang menutupi kesalahan sendiri, kemudian ia menutupi kesalahan orang lain.

Maka tidak sepatutnya salah seorang suami isteri mendesakkan pertanyaan seperti: ―Apakah cinta kita ini cinta pertama? Apakah pernah berhubungan dengan orang lain? Sesungguhnya pertanyaan ini adalah kebodohan. Jika dijawab dengan jujur dan dikatakan bahwa: ini bukan cinta pertama, atau dulu pernah berhubungan dengan yang lain, maka ini jawaban yang menghanguskan. Dan seharusnya pertanyaan bodoh itu dijawab dengan jawaban bijak, bukan dengan jawaban jujur, meski tidak sepenuhnya jujur.

Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mi‘yath, termasuk wanita muhajirah awal yang berbai‘at dengan Nabi. Bahwasannya ia mendangar Rasulullah bersabda: “Tidaklah termasuk pendusta, orang yang mendamaikan antara manusia, ia berkata baik dan mentransfer berita yang baik. Ibnu Syihab berkata: Aku tidak pernah mendengar Rasulullah memberikan rukhsah (dipensasi) apapun dalam perkataan dusta kecuali dalam tiga hal, yaitu: ketika perang, mendamaikan orang dan percakapan suami isteri.”

Bersama Memikul Tanggung Jawab

 Di antara penyebab stabilitas, kebahagiaan hidup suami isteri adalah kebersamaan, musyawarah, dan bekerja sama, dengan menempatkan suami ssebagai pemimpin yang memiliki kata akhir dan kepemimpinan. Jika ada yang kurang dari norma di atas maka kekokohan dan kebahagiaan keluarga tidak akan terwujud.

“ ...dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya [26]. QS. Al Baqarah: 228

[26] hal Ini disebabkan Karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga (lihat surat An Nisaa' ayat 34).

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” QS. An Nisa: 34

Pengelolaan urusan rumah tangga akan sempurna apabila dilakukan dengan proporsional dalam atmosfir kebersamaan tanggung jawab, musyawarah, dan batas-batas ajaran Islam. Tidak berlebihan (boros) dan pelit (bakhil). Dalam atmosfir qana‘ah, ridha, dan yakin bahwa dunia bukanlah rumah kenikmatan. Rumah Rasulullah saw pernah melintasi beberapa purnama tanpa ada api menyala di dapurnya.

Agar suami isteri merasakan amanah dan tanggung jawab. Semuanya adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Hendaklah masing-masing bertaqwa kepada Allah dalam mengelola amanah Allah kepadanya. Firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; QS. At Tahrim: 6

Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku yang terbaik bagi keluargaku.”

Kami ingin ada standar yang benar dalam kepemimpinan. Kami melihat perhatian yang lebih ketika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit secar fisik, akan tetapi kami belum melihat perhatian seperti itu ketika ada salah satu anggota keluarga kurang menunaikan hak-hak Allah, atau meninggalkan ajaran Islam, padahal terapi atas masalah terakhir ini harus lebih serius.

Masing-masing pasangan memiliki kebersamaan dalam suka duka, urusan umum dan khusus. Teladan terbaik setiap keluarga muslim adalah Rasulullah saw bersama dengan keluarganya.

Rasulullah saw Melibatkan Isterinya Dalam Suka dukanya

Dari Aisyah, Ummul Mukminin berkata: Wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw adalah mimpi yang baik dalam tidurnya… sehingga datanglah kebenaran itu ketika ia berada di gua Hira. Malaikat menemuinya dan mengatakan: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,” kemudian Rasulullah pulang dengan membawa ayat itu, berguncang hatinya. Ia masuk menemui Khadijah bint Khuwailid ra, dan berkata: selimutilah aku, selimutilah aku. Ia menyelimutinya sehingga hilang demamnya. Ia sampaikan dan ceritakan peristiwanya kepada Khadijah: “Aku khawatir akan diriku sendiri…..” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dari Al Maisur bin Makhramah dan Marwan …keduanya berkata: “Rasulullah berangkat di waktu Hudaibiyah. Setelah selesai membuat perjanjian dengan Quraisy, Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya: ―Bangunlah, lalu sembelihlah hewan Qurban kalian lalu mencukur rambut. (perawi) berkata: Demi Allah tidak ada seorangpun yang bangun sampai Rasulullah mengulanginya tiga kali. Ketika tidak ada seorangpun yang bangun, ia masuk ke (tenda) Ummu Salamah. Rasulullah menceritakan sikap para sahabat tadi kepadanya. Ummu Salamah berkata: Wahai Nabiyallah, kamu ingin hal ini? Keluarlah, jangan bicaara sepatah katapun denga mereka, sehingga engkau sembelih hewan qurbanmu, dan engkau panggil tukang cukurmu untuk mencukurmu. Lalu Rasulullah keluar tanpa berbicara dengan seorangpun dari mereka, ia potong hewan qurbannya, ia panggil tukang cukurnya dan mencukurnya. Maka ketika para sahabat melihat hal ini, merka bangun memotong hewan qurbannya dan saling memotong rambut satu sama

Dari Aisyah ra berkata: Nabi bersabda: Sesungguhnya aku berkeinginan untuk memanggil Abu Bakar dan anaknya, lalu aku berikan mandat kepadanya. Agar tidak ada lagi yang mengatakan macam-macam, atau berhayal macam macam.lalu aku katakan: Allah menolak, dan kaum mukminin mendorong. (dalam riwayat lain imam Muslim: Panggil Abu Bakar ke sini, ayahmu dan saudaramu, sehingga aku menuliskan tulisan. Sesungguhnya aku takut ada orang-orang yang berharap. Ada orang yang berkata: ―Aku lebih layak, Allah dan kaum mukminin menolak, kecuali Abu Bakar (HR Al Bukhari dan Muslim).

Al Hafizh Ibnu hajar berkata: Dalam hadits di atas terdapat: Seorang suami yang menyampaikan sesuatu kepada isterinya yang tidak disampaikan/dibuka kepada orang lain selainnya.

Dari Aisyah ra, isteri Rasulullah saw, bahwa Rasulullah saw berkata kepadanya: “Tahukah kamu bahwa kaummu ketika membangun Ka‘bah, mereka tidak menyempurnakan pada pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim? Aku katakan: Ya Rasulallah, mengapa tidak engkau kembalikan seperti pada pondasi Nabi Ibrahim? Jawab Nabi: Jika tidak karena kedekatan kaummu dengan kekufuran sungguh akan aku lakukan.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat imam Muslim: Sungguh akan aku buat dua pintu, menempel ke tanah, timur dan barat. Tahukan kamu kenapa kaummu meninggikannya dari tanah? Aku jawab: Tidak tahu. Sabda Nabi: Untuk memuliakannya, agar tidak sembarang orang memasukinya, kecuali orang yang mereka inginkan. Jika ada orang yang ingin masuk sendiri, dibiarkan naik, sehingga ketika sudah hampir masuk mereka dorong hingga jatuh.

Dalam riwayat kedua: Jika setelah aku nanti ada kaummu yang hendak membangunnya, maka marilah aku tunjukkan kepadamu, bagian mana yang dahulu mereka tinggalkan.lalu Nabi menunjukkannya kira-kira tujuh dzira‘….)

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: dalam hadits pembangunan Ka‘bah terdapat beberapa pesan… antara lain: perbincangan suami dengan isterinya membicarkan urusan umum.

Dari Aisyah ra berkata: Suatu malam Nabi Muhammad berjaga (tidak dapat tidur) (dalam riwayat imam Ahmad: Aisyah ada di sisinya, ia bertanya: Ada apa wahai Rasulullah? Ia menjawab: Kalau ada orang shalih dari sahabatku yang menjagaku malam ini‖. Tiba-tiba aku mendengar suara senjata (pedang), Nabi bertanya: Siapa ini? Dijawab: Sa‘d Ya Rasulallah, aku datang untuk menjagamu. Lalu Nabi saw tidur sehingga aku mendengar suara ngoroknya. HR. Al Bukhari.

Isteri-isteri Melibatkan Nabi saw Dalam Urusan Mereka

Dari Aisyah ra berkata: Pernah datang kepadaku seorang wanita miskin bersama dengan dua orang putrinya; Aku berikan kepadanya tiga butir kurma, lalu ia bagikan kepada anaknya masing-maing satu butir, ia angkat sebutir kurma ke arah mulutnya untuk dimakan, tatapi anaknya memintanya, lalu ia belah kurma yang dimakannya itu untuk keduanya. Sikap wanita itu sangat menakjubkanku. Lalu aku ceritakan hal ini kepada Rasulullah saw, lalu bersabda: Sesunggunya Allah telah menetapkannnya karena sikapnya itu, dengan surga. HR Al Bukhari dan Muslim

Dari Maimunah bint Al Harits ra bahwasannya ia telah memerdekakan budak perempuan sebelum meminta izin kepada Nabi SAW. Maka ketika hari gilirannya, ia bertanya: Apakah engkau tahu Ya Rasulallah, bahwa aku telah memerdekakan budak perempuanku? Nabi bertanya: Apakah sudah kamu lakukan? Jawabku: Ya, sudah. Sabda Nabi: Adapun jika engkau berikannya kepada paman-bibimu (dari ibu), maka lebih besar lagi pahalanya. HR Al Bukhari dan Muslim.

Kita menyaksikan keterlibatan Khadijah ra dalam meneguhkan Rasulullah saw, dan menenangkannya, berpartisipasi dalam menemukan kejelasan masalah yang dialami Rasulullah saw. Kepergiannya ke rumah Waraqah bin Naufal, meski bertentangan dengan Quraisy setelah itu, bahkan bertentangan dengan agama kaumnya. Kemudian kita lihat bagaimana Khadijah mengcovernya dan membiayai dakwahnya yang baru lahir. Khadijah merupakan pilar kuat bagi Rasulullah dan para sahabat sampai wafatnya. Kaum muslimin menyebut tahun wafatnya sebagai ‘Amul huzni (tahun dukacita ). Dalam peristiwa Hudaibiyah, dalam situasi kritis, hampir saja manusia binasa karena mendurhakai Rasulullah saw, Rasulullah saw masuk ke tenda Ummu Salamah, meminta pendapat dan dukungannya, lalu Ummu Salamah berikan isyarat yang mampu mengeluarkan dari situasi kritis dan menyingkirkan bahaya. Ummu Salamah memberikan langkah bijak yang diikuti Rasulullah saw untuk membawa para sahabat kepada kehendak Allah dan Rasul Nya. Itulah pendapat yang paling nikmat, musyawarah dan langkah yang paling memuaskan. Demikianlah peran wanita shalihah yang memahami da‘ahnya, berfikir untuk kemaslahatan agama dan dunianya, pendukung pendapat suaminya dalam kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa musyawarah dengan isteri terkadang lebih sukses daripada bermusyawarah dengan laki-laki. Hal ini juga menegaskan bahwa tidak boleh ada sikap meremehkan pendapat siapapun dalam umat ini. Dan bahwa wanita shalihah jika berada di belakang laki-laki shalih menjadi pendukung dan keberkahan bagi suami dan umat Islam.

Kita dapatkan Aisyah ra dalam beberapa situasi menghadirkan hal-hal besar. Menjadi penyimpan rahasia Rasulullah saw, termasuk dalam urusan khalifah (penggantinya), pembangunan Ka‘bah di atas pondasi Nabi Ibrahim, dalam masalah jaga, dan lain sebagainya, seperti yang ada dalam hadits shahih.

Kontribusi Dalam Masyarakat Muslim

Membangun Sebagaimana kita menginginkan dari seorang muslim untuk menjadi gambaran pribadi nyata yang menggambarkan Islam, baik dari segi aqidah, ibadah, akhlak dan perilaku, kita juga menginginkan agar rumah tangga muslim menjadi praktek yang baik dan detil dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan keluarga.

Kita ingin melihat seorang suami muslim yang melaksanakan kewajibannya terhadap rumah tangganya sebagaimana telah ditentukan oleh Islam, dan seorang ayah muslim yang mengajarkan anak-anaknya dengan adab-adab Islam, memahamkan mereka urusan agama mereka, dan menyertai mereka di setiap tingkatan masa dari hidup mereka.

Kita juga ingin melihat seorang istri muslim yang menjadikan rumahnya taman bagi suaminya dimana ia beristirahat di dalamnya setelah merasakan beratnya berjuang, dalam rangka agar istri membantu suaminya dalam ketaatan pada Allah. Sungguh indah apa yang dikatakan seorang istri pada suaminya ketika sang suami hendak keluar dari rumahnya pada pagi hari: “Bertaqwalah pada Allah dalam urusan kami, dan janganlah engkau memberi kami makan kecuali yang halal lagi thayyib…”

Kita ingin melihat dalam rumah tangga muslim, seorang ibu muslimah yang menjaga anak-anaknya dan menumbuhkan mereka dalam ajaran Islam, dikarenakan dialah yang paling banyak menyertai mereka. Dan inilah risalah yang terpenting dari tugas perempuan, dimana musuh-musuh kemanusiaan berusaha untuk memalingkan seorang ibu dari risalahnya dengan berbagai macam cara dalam rangka menghancurkan eksistensi masyarakat.

Kita juga ingin melihat dalam rumah tangga muslim, anak laki-laki dan perempuan muslim yang beribadah pada Rabb mereka, berbuat baik pada ayah dan ibu mereka, berinteraksi dengan teman-teman mereka dengan adab-adab Islam, dan tidak muncul dari mereka perkataan atau perbuatan yang bertentangan dengan Islam.

Kita menginginkan sebuah rumah tangga muslim yang selalu memelihara silaturahim, memperhatikan para kerabat, dan memenuhi hak-hak mereka. Kita juga ingin melihat dari rumah tangga muslim contoh yang luhur yang telah diajarkan Islam dalam memperlakukan pembantu rumah tangga, maka pembantu juga makan apa yang mereka makan, memakai pakaian sama seperti yang mereka pakai, dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang berat, dan jika memberi beban pekerjaan mereka ikut membantu.

Kita ingin melihat dari sebuah tangga muslim gambaran unik yang telah digariskan Islam dalam konteks interaksi yang baik dengan tetangga dan pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana telah diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam.

Kita juga menginginkan sebuah rumah tangga muslim yang menampilkan gambaran teladan yang baik dalam setiap aspek kehidupan. Yang nampak dari pakaiannya yang islami, makanan dan minuman yang halal, akhlak yang baik, perilaku islami, cara hidup yang islami baik dalam kebiasaan, tradisi, dalam keadaan senang maupun susah. Dan dalam setiap hal tersebut menjauhi tabiat dan kebiasaan jahiliah serta tradisi-tradisi yang datang dari luar.

Maka tak dapat diterima jika seorang Da‘i yang menyeru pada Allah yang menempuh jalan dakwah, lalai dan menyia-nyiakan kewajibannya dalam penyadaran setiap anggota keluarganya untuk menerapkan ajaran islam dalam setiap aspek kehidupan. Sesungguhnya orang yang tidak mampu menyadarkan keluarganya maka ia akan lebih tidak mampu untuk menyadarkan orang lain

Memikul Amanah Dakwah dan Penyadaran Ummat

Setiap keluarga muslim-sebagaimana kewajiban setiap individu muslim- wajib untuk melaksanakan kewajiban dakwah ilallah terhadap keluarga-keluarga yang berada di sekitarnya untuk dengan sikap sabar dan telaten. Dan dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, seorang istri sekaligus ukhti muslimah dapat menaklukkan hati para tetangganya dengan dakwah, sekaligus merubah perkumpulan perkumpulan yang biasanya didominasi oleh ghibah dan obrolan tidak jelas menjadi perkumpulan yang diisi oleh pembelajaran dan pendalaman ajaran agama.

Maka medan dakwah sesungguhnya sangat membutuhkan seorang ukhti daiyah untuk melaksanakan perannya di tengah-tengah kaum sejenisnya sesama perempuan. Sesungguhnya perempuan oleh musuh-musuh Islam telah dijadikan penyebab kerusakan dan kemerosotan, oleh karenanya kita ingin menjadikan perempuan sebagai alat perbaikan dan pembinaan dalam rangka menyangga nilai nilai yang mulia dan memerangi hal-hal yang hina.

Demikianlah kita ingin keluarga muslim menjadi mercusuar yang memberi petunjuk pada orang-orang yang tersesat, menyirnakan kegelapan dari sekitar mereka, dan memberi cahaya bagi mereka menuju jalan kebaikan. Dan bersamaan dengan semakin banyaknya keluarga muslim semacam ini, akan semakin tersambung lingkaran-lingkaran cahaya dan saling merapat antarsesamanya, hingga mendominasi seluruh masyarakat. Dan memungkinkan bagi pribadi muslim untuk mengukuhkan dirinya untuk memimpin masyarakat tersebut, hingga kemuliaan akan berkembang dan kehinaan akan 208 Modul Muntazhim terkikis, dan terbentuklah basis masyarakat yang beriman, bersih dan stabil bagi eksistensi Islam dan pemerintahan Islami.

Oleh karenanya, hendaknya setiap al akh dan al ukht bersemangat dan bersegera untuk mendirikan rumah tangga Islami yang menjadi teladan. Inilah langkah penting dan mendasar di atas jalan dakwah, maka mintalah pertolongan pada Allah, mudahkanlah dan jangan persulit. Dan petunjuk hanyalah milik Allah.

Asas Membangun Keluarga

Kaum materialis dan sekular berusaha untuk meruntuhkan bangunan masyarakat khususnya masyarakat islam, melalui usaha mereka untuk menetapkan peraturan baru mengenai pembentukan keluarga, sebagaimana tercantum dalam dokumen Konferensi Kependudukan di Kairo. Konferensi itu bertujuan untuk membuka kemungkinan pembentukan keluarga antara dua laki-laki, dua perempuan, dan antara laki laki dan perempuan, tanpa sedikitpun memperhatikan tradisi tradisi akhlak dan nilai-nilai agama dalam membangun keluarga. Hal ini menjadi tantangan bagi para aktivis harakah yang peduli untuk waspada dan memperingatkan tentang bahaya hal tersebut. Dan sudah terbentuk lembaga besar untuk mencegah usaha keji tersebut yang telah direncanakan oleh antek-antek Yahudi dalam Protokolat mereka.

No comments:

Post a Comment

Aqidah Thahawiyyah