Tujuan Kognitif
- Menjelaskan urgensi memperhatikan wanita sebagaimana perhatian pada pria
- Menjelaskan urgensi membangun keluarga muslimah
- Menjelaskan bahwa membangun keluarga muslim adalah langkah kedua, setelah perbaikan diri.
- Menyebutkan dengan singkat ciri-ciri keluarga muslim
- Menyebutkan prinsip-prinsip pemilihan isteri
- Menjelaskan prisnsip-prinsip penegakan keluarga muslimah
- Menghadirkan dalil/bukti bahwa menikah adalah ibadah, amanah, dan tanggung jawab laki-laki
- Menjelaskan misi keluarga dalam Islam
- Menetapkan rumah tangga muslim sebagai manhaj amal islami
- Menetapkan dasar pembentukan keluarga mulimah teladan dan hakikat pasangan bahagia
- Menyebutkan beberapa taushiyah umum yang berkaitan dengan keluarga muslim (bangunan, perabotan, pakaian, makan minum, alat ukur/cara pandang.....)
- Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh ayah teladan
- Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan oleh ibu teladan
- Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan anak- anak teladan
Muatan Ilmiah
Kita tidak boleh memperhatikan laki-laki dan mengabaikan wanita.
Memperhatikan pemuda dan mengabaikan para gadis. Wanita adalah separoh
masyarakat dan pencetak laki-laki. Seorang (akh) muslim jika tidak memiliki
saudari (ukht) muslimah yang mampu melaksanakan pekerjaan rumah, maka akan
mengharuskannya untuk menikah dengan gadis muslimah mana saja. Ia bisa gagal
hidupnya atau berhenti dalam perjalanan dakwahnya.
Demikianlah jika kita mengabaikan penyiapan para akhawat muslimah,
kita telah menghadapkan para pemuda muslim ke pintu kesia-siaan. Kemudian
keluarga muslimah yang dibangun di atas taqwa adalah pondasi pembangunan negeri
yang menjadi impian. Keluarga yang akan melahirkan generasi masa depan yang
mampu meneruskan perjalanan dakwah dan memikul amanah.
Keharusan untuk memberikan perhatian kepada anak-anak dan pemuda
dalam setiap marhalah (fase) usia mereka sehingga tumbuh di atas disiplin
beragama yang benar dan persiapan yang layak untuk menjadi pemandu yang kokoh
khususnya bagi generasi masa kini. Untuk itu peran utama kita sangat besar dan
berkelanjutan sampai generasi berikut. Tidak memperhatikan satu generasi dari
generasi yang ada akan terjadi ketidak sinambungan dan mengarah kepada bahaya
besar. Sebagaimana keharusan untuk memperbaiki diri, mengajak orang lain yang
menjadi kewajiban asasi setiap muslim dan muslimah, ada kewajiban ketiga yang
tidak kalah urgensinya adalah penegakan keluarga muslim. Sebagaimana profil
kepribadian muslim adalah sosok aqidah, maka menjadi keharusan untuk mempersiapkannya
agar menjadi model yang benar dan teladan mumpuni. Maka alangkah besar
kebutuhan kita untuk memiliki keluarga muslim yang menjadi teladan, sebagai
pilar kuat membangun masyarakat muslim. Keluarga memiliki peran kritis dalam
menentukan kuat lemahnya masyarakat. Sebab keluarga adalah persemaian atau
ruang tarbiyah anak-anak, membentuk mereka pada masa pembentukan dan persiapan.
Keluarga memiliki pengaruh bentukan yang sangat dominan dalam kepribadian anak
yang akan melekat sepanjang hidupnya.
Sungguh benar Rasulullah saw ketika bersabda:
“Setiap bayi yang dilahirkan berada dalam fitrah, dan kedua
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi.”
Berbicara tentang penegakan rumah tangga/keluarga muslim tidak
cukup dengan sekilas, akan tetapi harus merujuk kepada apa yang pernah ditulis
tentang keluarga, baik berupa karangan dan kajian. Namun dengan mengharap
manfaat tulisan ini kami hanya bisa mengungkapkan rambu-rambu dan arahnya.
Pemilihan yang Baik
Seorang akh dan ukht yang kami ajak untuk memperbaiki diri dan
mengajak orang lain, harus mencari pasangan, yang tidak hanya sebagai pasangan
suami isteri. Agar membangun keluarga muslimah di atas pilar taqwa sejak
pertama melangkah, maka seorang akh harus memilih ukht dzatuddin
(disiplin beragama) yang memahami perannya dalam hidup ini, sehingga menjadi
pendukung terbaik bagi dakwah, membantu dan mengingatkannya jika ia lupa,
memotifasi dan tidak membuat frustasi, menjaga amanahnya ketika ia tiada meski
dalam waktu yang lama, menumbuhkan anak-anaknya dengan pertumbuhan yang islami.
Demikian juga al ukht, agar selektif tidak menerima begitu saja calon suami
kecuali pemilik aqidah yang bertaqwa kepada Allah, dan mampu membantunya
mentaati Allah dan menggapai ridha-Nya.
Sunnah Rasulullah saw mengantarkan kita dalam hal ini dengan
bersabda:
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
statusnya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, maka kamu
akan peroleh keuntungan.”
Sebagaimana Rasulullah saw tidak menyetujui wali seorang wanita
yang menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukainya. Hal ini memberikan hak
pilih kepada setiap al ukht tentang calon suaminya.
Komitmen Dengan Aturan Islam
Dan yang kami harapkan adalah agar aturan dan nilai-nilai Islam
dapat kembali dominan dalam setiap fase pembentukan keluarga muslim, sejak dari
khitbah, akad nikah, penyiapan rumah, walimah, dst jauh dari adat dan kebiasaan
yang destruktif, baik dari tradisi klasik maupun yang diimport dan bertentangan
dengan syariat Islam, atau hal-hal lain yang menjadi sandungan dalam pross
pernikahan, bisa berupa hal hal yang mengurangi kesempurnaannya. Mengapa akad
nikah tidak kita lakukan di masjid, dalam suasana bersih, jauh dari beraneka
tradisi yang sering menyertai momentum ini, berlebihan dan prilaku lain yang
menyimpang dari syariah Islam.
Boleh jadi hal ini akan ditolak orang hari ini, sebagaimana
penolakan terhadap busana muslim, akan tetapi dengan seringnya kita
melakukannya, maka pernikahan di masjid akan diterima sebagaimana diterimanya
busana muslim. Sesungguhnya inilah pertarungan antara kemuliaan dan kehinaan.
Dan jika kita komitmen dengan kemuliaan dan nilai nilai Islam, kita akan mampu
menampilkan kepribadian kita yang Islami.
Kasih Sayang
Jika telah usai pemilihan pasangan di atas prinsip agama, dan
langkah berikutnya telah dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, maka kita telah
memulai membangun rumah tangga muslim di atas pondasi yang kokoh, yang akan
menampilkan stabilitas, kebahagiaan, hakiki yang banyak dicari keluarga hari
ini.
Kebahagiaan tidak akan datang dari luar hati, tidak akan dihadirkan
oleh kekayaan, rumah tinggal, pakaian, dan perabotan; akan tetapi datang dari
dalam jiwa karena taqwa kepada Allah, Yang Maha Pemberi kebahagian, kasih
sayang. Maha Benar Allah Yang berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang.” ― (QS. Ar Rum: 21)
“Aku tak melihat kebahagian itu dalam tumpukan kekayaan, akan
tetapi ketaqwaan itulah kebahagiaan.”
Kasih Sayang Suami Isteri dalam Al Quran dan As-Sunnah
Allah berfirman:
“Dan ingatlah akan hamba kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya:
"Sesungguhnya Aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan".
(Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi
dan untuk minum". Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai
rahmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan
ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan
janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhan-nya) [2].” ( QS. Shaad: 41-44)
[2] nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya
dan dia memohon pertolongan kepada Allah s.w.t. Allah Kemudian memperkenankan
doanya dan memerintahkan agar dia menghentakkan kakinya ke bumi. Ayyub mentaati
perintah itu Maka keluarlah air dari bekas kakinya atas petunjuk Allah, Ayyub
pun mandi dan minum dari air itu, sehingga sembuhlah dia dari penyakitnya dan
dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudia berkembang
biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. pada suatu
ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia akan memukul isterinya bilamana
sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu dia
masih sakit. akan tetapi timbul dalam hatinya rasa hiba dan sayang kepada
isterinya sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya. oleh sebab itu turunlah
perintah Allah seperti yang tercantum dalam ayat 44 di atas, agar dia dapat
memenuhi sumpahnya dengan tidak menyakiti isterinya yaitu memukulnya dengan
dengan seikat rumput.
Dari Abu Hurairah ra –dari Nabi saw bersabda: “Ketika Nabi Ayyub
mandi dengan telanjang tiba-tiba berjatuhan belalang dari emas, lalu ia
kumpulkan belalang itu dengan bajunya. Lalu Rabbnya menyeru: “Wahai Ayyub
tidakkah telah Aku berikan kekayaan kepadamu melebihi apa yang engkau lihat
sekarang? Nabi Ayyub menjawab: ―Betul Ya Rabb, akan tetapi aku tidak akan
pernah merasa cukup dari berkah-Mu.” HR Al Bukhari.
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Tidak ada hadits yang kuat menurut
Al Bukhari tentang kisah Nabi Ayyub, maka cukup dengan hadits ini yang memenuhi
syaratnya. Dan yang paling shahih dalam kisah Ayyub as adalah yang diriwayatkan
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Juraij dan disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim.
Dari Anas ra: Bahwasannya Nabi Ayyub as diuji Allah selama
sepuluh tahun, sehingga ia ditolak oleh semua orang yang dekat maupun yang
jauh, kecuali dua orang saudaranya, yang membesoknya setiap pagi dan petang.
Berkata salah satunya kepada yang lainnya: “Sungguh Nabi Ayyub telah melakukan
dosa besar; jika tidak karena dosa itu tentu ia telah keluar dari ujian ini.
Ucapan ini kemudian disampaikan oleh salah satunya tadi kepada Nabi Ayyub. Nabi
Ayyub bersedih dan berdo‘a kepada Allah saat itu. Lalu ia keluar untuk
hajatnya, isterinya menuntunnya dengan memegang tangannya. Ketika Nabi Ayyub
sudah selesai dari hajatnya, wanita itu terlambat menjemputnya. Allah swt
memberikan wahyu kepadanya agar ia menggerakkan kakinya; Nabi Ayyub hentakkan
kakinya ke tanah dan keluarlah mata air, ia mandi dengan air itu dan seketika
kembali sehat. Kemudian datanglah isterinya menjemput, tetapi tidak
mengenalinya, wanita itu bertanya kepadanya: Di mana Nabi Ayyub? Ia menjawab:
Saya ini Ayyub….
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Abdullah ibnu Ubaid, ibnu
Umair seperti hadits Anas, dan di akhirnya berkata: Lalu Nabi Ayyub bersujud
dan berkata:
“Demi Kemuliaan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga
Engkau sembuhkan aku, lalu Allah menyembuhkannya. Dan menurut Adh Dhahhak dari
Ibnu Abbas ra. Allah swt mengembalikan masa muda isterinya sehingga dapat
melahirkan duapuluh sembilan anak laki laki. Demikianlah yang diriwayatkan oleh
Wahb bin Munabbih dan Muhammad bin Ishaq dalam permulaan kisah yang panjang
sekali, dan kesimpulannya adalah bahwa: Ada …”
Hilal Bin Umayyah dan Isterinya
Isteri Hilal bin Umayyah dengan setia melayani suaminya sejak ia
dikucilkan bersama dengan tiga orang yang tidak ikut berangkat ke perang Tabuk,
akan tetapi mereka bertiga ini jujur, tidak bikin sumpah dan membuat alasan
dusta. Rasulullah membiarkannya dan menunda urusannya sehingga datang keputusan
Allah.
Dari Ka‘b bin Malik ra berkata: ….dan Rasulullah saw melarang
kaum muslimin berbicara dengan kami bertiga yang tidak ikut serta bersama Nabi.
Orang-orang menjauhi kami dan berubah wajahnya pada kami, sehingga dalam diriku
bumi ini terasa bukan yang biasa kami tempati. Keadaan ini kami alami selama
lima puluh malam…bahkan ketika sudah melewati empat puluh malam dari lima puluh
itu, tiba-tiba utusan Rasulullah saw mendatangi kami dan berkata: ―Sesungguhnya
Rasulullah saw memerintahkanmu untuk menjauhkan diri dari isterimu. Aku
bertanya: ―Aku ceraikan atau apa yang harus aku lakukan? Ia menjawab: Tidak,
hanya jauhi dia dan jangan kau dekati. Utusan itu menemui dua orang sahabatku
seperti itu. Maka aku katakan kepada isteriku:―Pulanglah kamu kepada
keluargamu, beradalah di sana, sehingga Allah memutuskan masalah ini. Ka‘b
berkata: ―Maka datanglah isteri Hilal bin Umayyah menghadap Rasulullah saw,
berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah adalah orang tua yang
sudah tidak berdaya, ia tidak memiliki pembantu, apakah engkau tidak memperbolehkan
aku melayaninya? Rasulullah menjawab: Tidak, hanya jangan sampai ia mendekatimu
(berhubungan suami isteri, red.). isteri Hilal menjawab: ―Sesungguhnya Demi
Allah, ia tidak lagi punya gairah apapun. Demi Allah, dia tidak berhenti
menangis sejak masalahnya diputuskan sampai hari ini.... HR Al Bukhari dan
Muslim.
Beberapa Hikmah Ulama Tentang Timbal Balik Kasih Sayang Antara
Suami Isteri
a. Bersabar Ketika Suami Sedang Kesulitan
Ibnul Qayyim berkata: mereka berkata: “Allah swt mewajibkan
kepada pengemban kebenaran untuk senantiasa bersabar atas suami yang sedang
kesulitan, dan memotivasinya untuk bersedekah dengan tidak meminta haknya, dan
selain dua hal ini termasuk kelewatan tidak dibolehkan bagi suami.”
Kami katakan kepada wanita ini (yang suaminya sedang kesulitan)
sebagaimana yang pernah Allah firmankan: Kamu tunggu sampai ia mampu, kamu
bersedekah. Tidak ada hak suami selain keduanya. Sedangkan yang dibutuhkan oleh
prinsip syari‘ah dan kaidahnya dalam hal ini adalah bahwa seorang laki-laki
ketika memperdaya wanita bahwa ia punya harta. Lalu wanita itu menikah
dengannya, dan ternyata kemudian terungkap bahwa ia orang yang tidak punya
apa-apa, atau memiliki harta tidak mau memberi nafkah kepada isterinya, dan
wanita itu tidak dapat mengambil apa yang ia butuhkan dari suaminya, langsung
atau melalui hakim, maka ia boleh membatalkan nikahnya. Namun jika wanita itu
menikah dengannya dan tahu kondisi sulitnya sejak semula, atau semula kaya lalu
tertimpa sesuatu sehingga jatuh miskin, maka ia tidak boleh membatalkan
nikahnya. Dan banyak orang yang tertimpa kesulitan ekonomi setelah semula
mudah, akan tetapi tidak mengadukan suaminya kepada hakim untuk dipisahkan
antar mereka. Wallahu a‘lam
b. Bersabar Ketika Isteri Sakit
Ibnul Qayyim berkata: Para ulama mengatakan: Jika wanita tidak
menyenangkan suaminya karena sakit berkepanjangan, tidak mampu berhubungan
suami isteri, suami tidak berkesempatan untuk membatalkan pernikahan, bahkan ia
wajib menafakhinya dengan penuh meskipun isterinya tidak dapat berhubungan
badan.
Ini artinya bahwa di antara makna kasih sayang adalah toleran
ketika mendapatkan sebagian hak bersama, seperti hak berhubungan seks dan
nafkah tidak dapat dipenuhi secara penuh.
c. Merealisasikan Ibadah yang Universal
Risalah kita dalam hidup ini adalah ibadah menyembah Allah, dan
kita harus mengusahakan seluruh urusan hidup kita ini adalah mendekatkan diri
kepada Allah, memohon pertolongan Nya untuk dapat menyembah dan mentaati-Nya.
Makan, minum, olah raga, belajar, bekerja, menikah, mendidik anak semuanya
adalah ibadah dan taqarrub kepada Allah, kita usahakan agar semua itu
mendapatkan ridha Allah dan menjauhi apa yang Allah murkai. Setiap akh dan ukht
hendaklah menjadikan pernikahannya adalah ibadah yang keduanya mengharap
balasan dan ridha Allah swt.
Dari itulah menjadi keharusan kedua belah fihak untuk mengetahui
segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan, mulai dari adab, rambu-rambu,
hak dan kewajiban, serta bersemangat untuk menegakkan kewajiban ini, komitmen
dengan adab dan bekerja sama untuk kebaikan, ketakwaan dan mentaati Allah dalam
pernikahannya.
Sungguh benar Rasulullah saw yang bersabda:
“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari,
lalu ia shalat dan membangunkan isterinya. Jika isterinya tidak mau bangun ia
percikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di
malam hari lalu shalat, dan membangunkan suaminya, jika tidak mau bangun ia
percikkan air di wajahnya.” ( HR Abu Daud dengan sanad shahih.)
d. Saling Tsiqah/Percaya
Tatkala saling percaya antara suami isteri terpenuhi maka
kebahagiaan ketenteraman jiwa akan terwujud, tidak ada prasangka, dan praduga,
tidak pula mendengarkan berita-berita burung penuh dusta. Hal ini tidak akan
terwujud kecuali dalam naungan taqwa, dan muraqabatullah (pengawasan Allah)
dalam sembunyi maupun nyata, dalam ada dan tiada (suami) sehingga suami merasa
tenang, dan tsiqah bahwa isterinya hanya unutk dirinya dan mampu menjaga diri
meski ditinggalkan dalam waktu yang lama. Isteri juga merasa bahwa suaminya
hanya untuk dia saja. Dalam naungan tsiqah inilah keduanya tidak akan
memberikan jalan bagi syetan ,jin dan manusia memasukinya.
Di antara hal penting yang harus diperhatikan pasangan suami isteri
adalah masing-masing tsiqah bahwa pernikahan yang dibangun di atas prasangka
dan cemburu mustahil dapat bertahan lama, atau menenangkan hati keduanya.
Karena seorang mukmin laki-laki dan wanita wajib memilih yang beragama sebelum
pernikahan dilangsungkan. Wanita memilih orang yang beriman dan berakhlak.
Sabda Nabi:
“Maka pilihlah yang beragama, maka kamu akan beruntung.”
“Jika telah datang kepadamu orang yang engkau ridhai agama dan
akhlaknya maka nikahkanlah ia.”
Ketika pondasi kokoh, dan pilarnya kuat, keluarga terhormat, iman
yang meramaikan hati, maka ketenangan akan datang, kejujuran akan bersemayam,
buruk sangka akan sirna, hidup bahagia, dan keluarga akan memainkan peran utama
dan kehidupan.
Syariah Mendorong Tsiqah, Menjauhi Buruk Sangka Antara Suami Isteri
Dari Jabir bin Abdillah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jika
salah seorang diantaramu telah lama tiada, maka janganlah mengetuk pintunya
malam hari. (Imam Muslim menambahkan: mengkhianati atau mencari cari
kesalahannya).” HR Al Bukahri dan Muslim.
Dari Jabir bin Atik bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Cemburu
itu ada yang dicintai Allah dan ada pula yang dibenci Allah. Cemburu yang
dicintai adalah keraguan, dan yang dibenci Allah adalah selainnya. ( HR Abu
Daud)
Sungguh tepat Rasulullah saw. Sebab fenomena tsiqah dan husnuzhzhan
adalah membatasi cemburu hanya pada meragukan saja. Sedangkan cemburu di luar
wilayah meragukan ini berarti kehilangan tsiqah dan dominasi su‘uzhzhan. Tsiqah
dari salah seorang pasangan akan menambah kejujuran, memelihara janji di fihak
lain.
Tips Praktis Kewajiban Husnuzhan
Dari Sisi Suami
Dari Abu Hurairah ra , bahwasannya seorang Arab Badui datang
menemui Rasulullah saw dan berkata: “Sesungguhnya isteriku telah melahirkan
bayi laki-laki hitam, akan tidak mengakuinya. Rasulullah bertanya kepadanya:
Apakah kamu punya onta? Ia menjawab: Punya. Tanya Nabi: Apa warnanya? Ia jawab:
merah. Tanya Nabi: Apakah ada yang berwarna kehitam –hitaman. Jawabnya: Ada.
Tanya Nabi: menurutmu dari mana datangnya warna kehitam-hitaman itu. Jawabnya:
dari keturunanya. Sabda Nabi: barangkali ini juga keturunan bawaan. Rasulullah
tidak memberikan peluang baginya untuk cuci tangan.” HR Al Bukhari dan
Muslim
Dari Abu Said Al Khudzriy berkata: Di rumah ini pernah ada
seorang anak muda yang baru saja melangsungkan pernikahan. Kemudian kami
berangkat ke Khandaq bersama Rasulullah saw. Anak muda itu meminta izin kepada
Rasulullah saw pulang ke rumahnya di tengah hari. Rasulullah mengizinkannya pada
hari itu dan mengatakan kepadanya: Bawalah senjatamu, karena sesungguhnya aku
khawatir atas dirimu dari gangguan Bani Quraizhah. Anak muda itu mengambil
senjatanya kemudian pulang ke rumahnya. Ia dapati isterinya berdiri di depan
pintu. Anak muda itu cemburu dan hendak melepaskan anak panahnya ke arah
isterinya itu. Isterinya berkata: Tahan anak panahmu dan masuklah ke dalam
rumah, sehingga engkau tahu apa yang menyebabkan aku keluar. Anak muda itu
masuk dan didapatiya sesekor ular melingkar di atas tempat tidurnya, lalu ular
itu ia panah dengan anak panahnya... (HR Muslim)
Dari Pihak Isteri
Dari Aisyah ra berkata: Pada malamku bersama dengan Nabi Muhammad
saw di sisiku, ia ke tampat tidurnya ia letakkan selendangnya, ia lepaskan alas
kakinya diletakkan di sisi kedua kakinya, ia hamparkan kainnya di atas tempat
tidurnya lalu berbaring, tidak lama setelah mengira aku telah tidur, ia ambil
selendangnya dan memakai alas kakinya pelan-pelan, dan membuka pintu lalu
keluar, dan menutupnya pelan-pelan. Lalu aku pakai pakaianku di kepalaku, aku
pakai penutup kepala, aku pakai kain sarungku, aku segera berangkat menyusul
Rasulullah saw sehingga sampai di Baqi, Rasulullah berdiri lama, lalu ia angkat
kedua tangannya tiga kali, lalu berbalik dan aku berbalik, aku percepat,Nabi
percepat langkahnya, dan aku lebih cepat lagi, Nabi lebih mempercepat lagi dan
aku lebih percepat lagi, sehingga aku bisa mendahuluinya, aku masuk rumah,
belum sempat aku berbaring Nabi sudah datang dan bertanya: Ada apa engkau Hai
Aisya bimbang dan jalan secepat itu. Jawabku: Tidak ada apa-apa. Kata Nabi:
Sungguh engkau yang akan memberitahukanku atau Yang Maha Lembut dan Maha
Memberitahukan yang akan memberitahuku. Aku berkata: Ya Rasulullah, demi ayah ibuku,
lalu aku ceritakan kepadanya. Nabi bertanya: Engkaukah yang seperti bayangan
hitam di depanku? Jawabku: Betul, sungguh telah terjadi tekanan di dadaku yang
mengagetkanku. Nabi bertanya lagi: Apakah engkau menyangka bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan berbuat tidak adil kepadamu (memberikan jatah mabitnya untuk
yang lain). Jawabku: Serapih apapun manusia menyembunyikan, pasti Allah
mengetahuinya. Betul. Nabi bersabda: Sesungguhnya Jibril menemuiku, lalu
menemuiku, aku jauhkan ia darimu, aku menemuinya jauh darimu, sebab ia (Jibril)
tidak mau masuk pada saat engkau telah menanggalkan pakaianmu. Aku kira tadi
kamu sudah tidur, sehingga aku tidak ingin membangunkanmu, dan aku tidak mau
kamu ketakutan dalam kegelapan malam. Lalu Nabi bersabda: Sesungguhnya Rabb mu
menyuruhku mendatangi ahli Baqi, memintakan ampunan bagi mereka. Aku bertanya:
Bagaimana aku memintakan ampunan bagi mereka? Sabda Nabi: Ucapkan:
Salam atas penghuni rumah, dari orang-orang beriman dan kaum
muslimin, semoga Allah merahmati yang telah mendahului kami dan yang akan
menyusul, dan sesungguhnya Insyaallah kami akan menyusul. HR Muslim
Dan terakhir, diantara keharusan saling husnuzhzhan antara suami
isteri adalah: menjauhkan diri dari mengungkit-ungkit masa lalu, yang berupa
kesalahan sekecil apapun. Karena Allah swt telah memerintahkan untuk menutupi,
seseorang menutupi kesalahan sendiri, kemudian ia menutupi kesalahan orang
lain.
Maka tidak sepatutnya salah seorang suami isteri mendesakkan
pertanyaan seperti: ―Apakah cinta kita ini cinta pertama? Apakah pernah
berhubungan dengan orang lain? Sesungguhnya pertanyaan ini adalah kebodohan.
Jika dijawab dengan jujur dan dikatakan bahwa: ini bukan cinta pertama, atau
dulu pernah berhubungan dengan yang lain, maka ini jawaban yang menghanguskan.
Dan seharusnya pertanyaan bodoh itu dijawab dengan jawaban bijak, bukan dengan
jawaban jujur, meski tidak sepenuhnya jujur.
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mi‘yath, termasuk wanita
muhajirah awal yang berbai‘at dengan Nabi. Bahwasannya ia mendangar Rasulullah
bersabda: “Tidaklah termasuk pendusta, orang yang mendamaikan antara
manusia, ia berkata baik dan mentransfer berita yang baik. Ibnu Syihab berkata:
Aku tidak pernah mendengar Rasulullah memberikan rukhsah (dipensasi) apapun
dalam perkataan dusta kecuali dalam tiga hal, yaitu: ketika perang, mendamaikan
orang dan percakapan suami isteri.”
Bersama Memikul Tanggung Jawab
Di antara penyebab
stabilitas, kebahagiaan hidup suami isteri adalah kebersamaan, musyawarah, dan
bekerja sama, dengan menempatkan suami ssebagai pemimpin yang memiliki kata
akhir dan kepemimpinan. Jika ada yang kurang dari norma di atas maka kekokohan
dan kebahagiaan keluarga tidak akan terwujud.
“ ...dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya [26]. QS. Al Baqarah: 228
[26] hal Ini disebabkan Karena suami bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga (lihat surat An Nisaa' ayat 34).
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka.” QS. An Nisa: 34
Pengelolaan urusan rumah tangga akan sempurna apabila dilakukan
dengan proporsional dalam atmosfir kebersamaan tanggung jawab, musyawarah, dan
batas-batas ajaran Islam. Tidak berlebihan (boros) dan pelit (bakhil). Dalam
atmosfir qana‘ah, ridha, dan yakin bahwa dunia bukanlah rumah kenikmatan. Rumah
Rasulullah saw pernah melintasi beberapa purnama tanpa ada api menyala di
dapurnya.
Agar suami isteri merasakan amanah dan tanggung jawab. Semuanya
adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Hendaklah
masing-masing bertaqwa kepada Allah dalam mengelola amanah Allah kepadanya.
Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; QS. At
Tahrim: 6
Rasulullah saw bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan
aku yang terbaik bagi keluargaku.”
Kami ingin ada standar yang benar dalam kepemimpinan. Kami melihat
perhatian yang lebih ketika ada salah seorang anggota keluarga yang sakit secar
fisik, akan tetapi kami belum melihat perhatian seperti itu ketika ada salah
satu anggota keluarga kurang menunaikan hak-hak Allah, atau meninggalkan ajaran
Islam, padahal terapi atas masalah terakhir ini harus lebih serius.
Masing-masing pasangan memiliki kebersamaan dalam suka duka, urusan
umum dan khusus. Teladan terbaik setiap keluarga muslim adalah Rasulullah saw
bersama dengan keluarganya.
Rasulullah saw Melibatkan Isterinya Dalam Suka dukanya
Dari Aisyah, Ummul Mukminin berkata: Wahyu pertama yang diterima
Rasulullah saw adalah mimpi yang baik dalam tidurnya… sehingga datanglah
kebenaran itu ketika ia berada di gua Hira. Malaikat menemuinya dan mengatakan:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,”
kemudian Rasulullah pulang dengan membawa ayat itu, berguncang hatinya. Ia
masuk menemui Khadijah bint Khuwailid ra, dan berkata: selimutilah aku,
selimutilah aku. Ia menyelimutinya sehingga hilang demamnya. Ia sampaikan dan
ceritakan peristiwanya kepada Khadijah: “Aku khawatir akan diriku sendiri…..”
(HR Al Bukhari dan Muslim)
Dari Al Maisur bin Makhramah dan Marwan …keduanya berkata: “Rasulullah
berangkat di waktu Hudaibiyah. Setelah selesai membuat perjanjian dengan
Quraisy, Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya: ―Bangunlah, lalu
sembelihlah hewan Qurban kalian lalu mencukur rambut. (perawi) berkata: Demi
Allah tidak ada seorangpun yang bangun sampai Rasulullah mengulanginya tiga
kali. Ketika tidak ada seorangpun yang bangun, ia masuk ke (tenda) Ummu
Salamah. Rasulullah menceritakan sikap para sahabat tadi kepadanya. Ummu
Salamah berkata: Wahai Nabiyallah, kamu ingin hal ini? Keluarlah, jangan
bicaara sepatah katapun denga mereka, sehingga engkau sembelih hewan qurbanmu,
dan engkau panggil tukang cukurmu untuk mencukurmu. Lalu Rasulullah keluar
tanpa berbicara dengan seorangpun dari mereka, ia potong hewan qurbannya, ia
panggil tukang cukurnya dan mencukurnya. Maka ketika para sahabat melihat hal
ini, merka bangun memotong hewan qurbannya dan saling memotong rambut satu sama
Dari Aisyah ra berkata: Nabi bersabda: Sesungguhnya aku
berkeinginan untuk memanggil Abu Bakar dan anaknya, lalu aku berikan mandat
kepadanya. Agar tidak ada lagi yang mengatakan macam-macam, atau berhayal macam
macam.lalu aku katakan: Allah menolak, dan kaum mukminin mendorong. (dalam
riwayat lain imam Muslim: Panggil Abu Bakar ke sini, ayahmu dan saudaramu,
sehingga aku menuliskan tulisan. Sesungguhnya aku takut ada orang-orang yang
berharap. Ada orang yang berkata: ―Aku lebih layak, Allah dan kaum mukminin
menolak, kecuali Abu Bakar (HR Al Bukhari dan Muslim).
Al Hafizh Ibnu hajar berkata: Dalam hadits di atas terdapat:
Seorang suami yang menyampaikan sesuatu kepada isterinya yang tidak
disampaikan/dibuka kepada orang lain selainnya.
Dari Aisyah ra, isteri Rasulullah saw, bahwa Rasulullah saw berkata
kepadanya: “Tahukah kamu bahwa kaummu ketika membangun Ka‘bah, mereka tidak
menyempurnakan pada pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim? Aku katakan: Ya
Rasulallah, mengapa tidak engkau kembalikan seperti pada pondasi Nabi Ibrahim?
Jawab Nabi: Jika tidak karena kedekatan kaummu dengan kekufuran sungguh akan
aku lakukan.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat imam Muslim: Sungguh akan aku buat dua pintu,
menempel ke tanah, timur dan barat. Tahukan kamu kenapa kaummu meninggikannya
dari tanah? Aku jawab: Tidak tahu. Sabda Nabi: Untuk memuliakannya, agar tidak
sembarang orang memasukinya, kecuali orang yang mereka inginkan. Jika ada orang
yang ingin masuk sendiri, dibiarkan naik, sehingga ketika sudah hampir masuk
mereka dorong hingga jatuh.
Dalam riwayat kedua: Jika setelah aku nanti ada kaummu yang
hendak membangunnya, maka marilah aku tunjukkan kepadamu, bagian mana yang
dahulu mereka tinggalkan.lalu Nabi menunjukkannya kira-kira tujuh dzira‘….)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: dalam hadits pembangunan Ka‘bah
terdapat beberapa pesan… antara lain: perbincangan suami dengan isterinya
membicarkan urusan umum.
Dari Aisyah ra berkata: Suatu malam Nabi Muhammad berjaga (tidak
dapat tidur) (dalam riwayat imam Ahmad: Aisyah ada di sisinya, ia bertanya: Ada
apa wahai Rasulullah? Ia menjawab: Kalau ada orang shalih dari sahabatku yang
menjagaku malam ini‖. Tiba-tiba aku mendengar suara senjata (pedang), Nabi
bertanya: Siapa ini? Dijawab: Sa‘d Ya Rasulallah, aku datang untuk menjagamu.
Lalu Nabi saw tidur sehingga aku mendengar suara ngoroknya. HR. Al Bukhari.
Isteri-isteri Melibatkan Nabi saw Dalam Urusan Mereka
Dari Aisyah ra berkata: Pernah datang kepadaku seorang wanita
miskin bersama dengan dua orang putrinya; Aku berikan kepadanya tiga butir
kurma, lalu ia bagikan kepada anaknya masing-maing satu butir, ia angkat
sebutir kurma ke arah mulutnya untuk dimakan, tatapi anaknya memintanya, lalu
ia belah kurma yang dimakannya itu untuk keduanya. Sikap wanita itu sangat
menakjubkanku. Lalu aku ceritakan hal ini kepada Rasulullah saw, lalu bersabda:
Sesunggunya Allah telah menetapkannnya karena sikapnya itu, dengan surga.
HR Al Bukhari dan Muslim
Dari Maimunah bint Al Harits ra bahwasannya ia telah memerdekakan
budak perempuan sebelum meminta izin kepada Nabi SAW. Maka ketika hari
gilirannya, ia bertanya: Apakah engkau tahu Ya Rasulallah, bahwa aku telah
memerdekakan budak perempuanku? Nabi bertanya: Apakah sudah kamu lakukan?
Jawabku: Ya, sudah. Sabda Nabi: Adapun jika engkau berikannya kepada
paman-bibimu (dari ibu), maka lebih besar lagi pahalanya. HR Al Bukhari dan
Muslim.
Kita menyaksikan keterlibatan Khadijah ra dalam meneguhkan
Rasulullah saw, dan menenangkannya, berpartisipasi dalam menemukan kejelasan
masalah yang dialami Rasulullah saw. Kepergiannya ke rumah Waraqah bin Naufal,
meski bertentangan dengan Quraisy setelah itu, bahkan bertentangan dengan agama
kaumnya. Kemudian kita lihat bagaimana Khadijah mengcovernya dan membiayai
dakwahnya yang baru lahir. Khadijah merupakan pilar kuat bagi Rasulullah dan
para sahabat sampai wafatnya. Kaum muslimin menyebut tahun wafatnya sebagai
‘Amul huzni (tahun dukacita ). Dalam peristiwa Hudaibiyah, dalam situasi
kritis, hampir saja manusia binasa karena mendurhakai Rasulullah saw,
Rasulullah saw masuk ke tenda Ummu Salamah, meminta pendapat dan dukungannya,
lalu Ummu Salamah berikan isyarat yang mampu mengeluarkan dari situasi kritis
dan menyingkirkan bahaya. Ummu Salamah memberikan langkah bijak yang diikuti
Rasulullah saw untuk membawa para sahabat kepada kehendak Allah dan Rasul Nya.
Itulah pendapat yang paling nikmat, musyawarah dan langkah yang paling
memuaskan. Demikianlah peran wanita shalihah yang memahami da‘ahnya, berfikir
untuk kemaslahatan agama dan dunianya, pendukung pendapat suaminya dalam
kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa musyawarah dengan isteri terkadang lebih sukses
daripada bermusyawarah dengan laki-laki. Hal ini juga menegaskan bahwa tidak
boleh ada sikap meremehkan pendapat siapapun dalam umat ini. Dan bahwa wanita
shalihah jika berada di belakang laki-laki shalih menjadi pendukung dan
keberkahan bagi suami dan umat Islam.
Kita dapatkan Aisyah ra dalam beberapa situasi menghadirkan hal-hal
besar. Menjadi penyimpan rahasia Rasulullah saw, termasuk dalam urusan khalifah
(penggantinya), pembangunan Ka‘bah di atas pondasi Nabi Ibrahim, dalam masalah
jaga, dan lain sebagainya, seperti yang ada dalam hadits shahih.
Kontribusi Dalam Masyarakat Muslim
Membangun Sebagaimana kita menginginkan dari seorang muslim untuk
menjadi gambaran pribadi nyata yang menggambarkan Islam, baik dari segi aqidah,
ibadah, akhlak dan perilaku, kita juga menginginkan agar rumah tangga muslim
menjadi praktek yang baik dan detil dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan keluarga.
Kita ingin melihat seorang suami muslim yang melaksanakan
kewajibannya terhadap rumah tangganya sebagaimana telah ditentukan oleh Islam,
dan seorang ayah muslim yang mengajarkan anak-anaknya dengan adab-adab Islam,
memahamkan mereka urusan agama mereka, dan menyertai mereka di setiap tingkatan
masa dari hidup mereka.
Kita juga ingin melihat seorang istri muslim yang menjadikan
rumahnya taman bagi suaminya dimana ia beristirahat di dalamnya setelah
merasakan beratnya berjuang, dalam rangka agar istri membantu suaminya dalam
ketaatan pada Allah. Sungguh indah apa yang dikatakan seorang istri pada
suaminya ketika sang suami hendak keluar dari rumahnya pada pagi hari: “Bertaqwalah
pada Allah dalam urusan kami, dan janganlah engkau memberi kami makan kecuali
yang halal lagi thayyib…”
Kita ingin melihat dalam rumah tangga muslim, seorang ibu muslimah
yang menjaga anak-anaknya dan menumbuhkan mereka dalam ajaran Islam,
dikarenakan dialah yang paling banyak menyertai mereka. Dan inilah risalah yang
terpenting dari tugas perempuan, dimana musuh-musuh kemanusiaan berusaha untuk
memalingkan seorang ibu dari risalahnya dengan berbagai macam cara dalam rangka
menghancurkan eksistensi masyarakat.
Kita juga ingin melihat dalam rumah tangga muslim, anak laki-laki
dan perempuan muslim yang beribadah pada Rabb mereka, berbuat baik pada ayah
dan ibu mereka, berinteraksi dengan teman-teman mereka dengan adab-adab Islam,
dan tidak muncul dari mereka perkataan atau perbuatan yang bertentangan dengan
Islam.
Kita menginginkan sebuah rumah tangga muslim yang selalu memelihara
silaturahim, memperhatikan para kerabat, dan memenuhi hak-hak mereka. Kita juga
ingin melihat dari rumah tangga muslim contoh yang luhur yang telah diajarkan
Islam dalam memperlakukan pembantu rumah tangga, maka pembantu juga makan apa
yang mereka makan, memakai pakaian sama seperti yang mereka pakai, dan tidak
membebaninya dengan sesuatu yang berat, dan jika memberi beban pekerjaan mereka
ikut membantu.
Kita ingin melihat dari sebuah tangga muslim gambaran unik yang
telah digariskan Islam dalam konteks interaksi yang baik dengan tetangga dan
pemenuhan hak-hak mereka sebagaimana telah diwasiatkan oleh Rasulullah
shallallahu ‗alaihi wasallam.
Kita juga menginginkan sebuah rumah tangga muslim yang menampilkan
gambaran teladan yang baik dalam setiap aspek kehidupan. Yang nampak dari
pakaiannya yang islami, makanan dan minuman yang halal, akhlak yang baik,
perilaku islami, cara hidup yang islami baik dalam kebiasaan, tradisi, dalam
keadaan senang maupun susah. Dan dalam setiap hal tersebut menjauhi tabiat dan
kebiasaan jahiliah serta tradisi-tradisi yang datang dari luar.
Maka tak dapat diterima jika seorang Da‘i yang menyeru pada Allah
yang menempuh jalan dakwah, lalai dan menyia-nyiakan kewajibannya dalam
penyadaran setiap anggota keluarganya untuk menerapkan ajaran islam dalam
setiap aspek kehidupan. Sesungguhnya orang yang tidak mampu menyadarkan
keluarganya maka ia akan lebih tidak mampu untuk menyadarkan orang lain
Memikul Amanah Dakwah dan Penyadaran Ummat
Setiap keluarga muslim-sebagaimana kewajiban setiap individu
muslim- wajib untuk melaksanakan kewajiban dakwah ilallah terhadap
keluarga-keluarga yang berada di sekitarnya untuk dengan sikap sabar dan
telaten. Dan dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, seorang istri
sekaligus ukhti muslimah dapat menaklukkan hati para tetangganya dengan dakwah,
sekaligus merubah perkumpulan perkumpulan yang biasanya didominasi oleh ghibah
dan obrolan tidak jelas menjadi perkumpulan yang diisi oleh pembelajaran dan
pendalaman ajaran agama.
Maka medan dakwah sesungguhnya sangat membutuhkan seorang ukhti
daiyah untuk melaksanakan perannya di tengah-tengah kaum sejenisnya sesama
perempuan. Sesungguhnya perempuan oleh musuh-musuh Islam telah dijadikan
penyebab kerusakan dan kemerosotan, oleh karenanya kita ingin menjadikan
perempuan sebagai alat perbaikan dan pembinaan dalam rangka menyangga nilai
nilai yang mulia dan memerangi hal-hal yang hina.
Demikianlah kita ingin keluarga muslim menjadi mercusuar yang
memberi petunjuk pada orang-orang yang tersesat, menyirnakan kegelapan dari
sekitar mereka, dan memberi cahaya bagi mereka menuju jalan kebaikan. Dan
bersamaan dengan semakin banyaknya keluarga muslim semacam ini, akan semakin
tersambung lingkaran-lingkaran cahaya dan saling merapat antarsesamanya, hingga
mendominasi seluruh masyarakat. Dan memungkinkan bagi pribadi muslim untuk
mengukuhkan dirinya untuk memimpin masyarakat tersebut, hingga kemuliaan akan
berkembang dan kehinaan akan 208 Modul Muntazhim terkikis, dan terbentuklah
basis masyarakat yang beriman, bersih dan stabil bagi eksistensi Islam dan
pemerintahan Islami.
Oleh karenanya, hendaknya setiap al akh dan al ukht bersemangat dan
bersegera untuk mendirikan rumah tangga Islami yang menjadi teladan. Inilah
langkah penting dan mendasar di atas jalan dakwah, maka mintalah pertolongan
pada Allah, mudahkanlah dan jangan persulit. Dan petunjuk hanyalah milik Allah.
Asas Membangun Keluarga
Kaum materialis dan sekular berusaha untuk meruntuhkan bangunan
masyarakat khususnya masyarakat islam, melalui usaha mereka untuk menetapkan
peraturan baru mengenai pembentukan keluarga, sebagaimana tercantum dalam
dokumen Konferensi Kependudukan di Kairo. Konferensi itu bertujuan untuk
membuka kemungkinan pembentukan keluarga antara dua laki-laki, dua perempuan,
dan antara laki laki dan perempuan, tanpa sedikitpun memperhatikan tradisi
tradisi akhlak dan nilai-nilai agama dalam membangun keluarga. Hal ini menjadi
tantangan bagi para aktivis harakah yang peduli untuk waspada dan
memperingatkan tentang bahaya hal tersebut. Dan sudah terbentuk lembaga besar
untuk mencegah usaha keji tersebut yang telah direncanakan oleh antek-antek
Yahudi dalam Protokolat mereka.
No comments:
Post a Comment