“Wahai orang-orang yang beriman, ruku dan sujudlah kamu serta beribadahlah kepada Rabb kamu dan kerjakanlah segala kebajikan, agar kalian mendapatkan kemenangan.”
Sebagai munthalaq kita
ambil nilai-nilai rabbani dalam al Qur’an yang terkait dengan muwashafat
(ciri) dan khashaish (karakteristik) seorang mukmin. Disebutkan dalam
surat Al Mukmin, bahwa salah satu ciri orang mukmin adalah mushallun (menegakkan
shalat). Kemudian yang berkaitan erat dengan komitmen kita berdakwah dan
berjihad adalah: “Dan orang-orang yang memenuhi amanat dan janji mereka…”.
Hal itu harus menjadi titik tolak
kita, bahwa salah satu karakteristik untuk membangun masyarakat muslimin adalah
orang-orang yang selalu memelihara amanah yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu wazhifah ibadah dan khilafah. Kewajiban itu telah ditawarkan
sebelumnya kepada langit dan bumi, tapi mereka semua menolaknya, kemudian
manusia yang siap menerima. Semoga kita tidak termasuk apa yang disebut Allah
dalam akhir ayat: “Sesungguhnya manusia dalam keadaan zalim dan bodoh”.
Kita harus betul-betul menjaga
amanah. Penerimaan manusia atas amanah telah dikokohkan dengan ahd (janji)
dan aqd (komitmen) yang dilakukan bersama-sama dan berulang-ulang dalam
bentuk ahd al intimai al islami dan ahd al intimai al jamai yang
dilaksanakan dengan beragam wazhifah, posisi dan penugasan.
Harus kita sadari pula betapa
amanah itu akan dipertangungjawabkan, “Sesungguhnya setiap janji akan
dimintai pertanggungjawaban”. Karena itu tepatilah janji. Apabila Allah
menyebutkan ikatan pernikahan sebagai basis masyarakat islami dengan istilah mitsaqan
ghalizhan, maka ahd untuk dakwah dan upaya menegakkan khilafah sudah
tentu lebih berat lagi.
Dalam al Qur’an, Allah bukan saja
memberikan janji pahala yang besar, apabila kita dapat melaksanakan dan
memenuhi amanah, tetapi juga memperingatkan kita dengan azab, apabila kita
tidak menepatinya. Karena itu kita harus berupaya agar termasuk orang yang
menepati janji.
“Dan orang-orang yang
menegakkan kesaksian (syahadat)-nya.” Selanjutnya kita harus menegakkan syahadah
rabbaniyah dan syahadah amaliyah islamiyah. Kita membenarkan
universalitas (syumuliyah) dan integralitas (takamuliyah) ajaran
Islam sebagai wujud syahadah dakwah rabbaniyah. Kita berupaya mengambil
pancaran nilai-nilai rabbani dari Al Qur’an, agar langkah-langkah dakwah
tetap berada dalam khuthuwat ar rabbaniyah dan khuthuwat al Islam.
Dengan menegakkan syahadah akan amaliyah
Islam, kita mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Islam yang
selama ini selalu disudutkan dengan isu-isu kekerasan dan kerusakan harus kita
bersihkan, dan kita buktikan bahwa Islam benar-benar rahmat bagi semua
golongan. Dengan tegaknya Islam, orang kafir sekalipun akan terlindungi oleh
rahmat Islam, kecuali orang-orang yang zalim dan memang dimusuhi oleh semua
orang.
Dengan semangat ibadah dan
berjamaah, kita pun akan dapat menanggulangi segala macam persoalan yang kita
hadapi saat ini. Dalam berjamaah, kita dituntut untuk bersabar atas kekurangan
yang mungkin kita temui pada saudara kita, sebab sesungguhnya kita tak akan
pernah mendapatkan seorang teman tanpa kekurangan sedikitpun, dan sebenarnya
kita sendiri memiliki banyak kekurangan.
Seorang penyair pernah berkata;
“Barangsiapa mencari saudara yang tak memiliki cacat, maka ia akan hidup
sendirian tidak punya kawan”. Penyair lain juga mengatakan: “Perhatikanlah
saudaramu…perhatikanlah saudaramu. Sesungguhnya orang yang tidak memiliki saudara
(kawan) adalah laksana seorang yang akan masuk ke medan tempur tanpa senjata”.
Modal utama kita ber-amal
jama’I adalah berjalannya proses: tawashau bil haq, wa bis shabr, wa bil
marhamah. Saya berharap dengan menjalankan proses ini dengan
sebaik-baiknya, sehingga nanti kita bisa tampil sebagai “khalqan akhar”
(makhluq baru) yang lebih berkualitas.
No comments:
Post a Comment